-->
Upaya Mewujudkan Pengelolaan Sampah (Pkm)
KERETA ANTI PANIK SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENGELOLAAN SAMPAH (PKM)
RINGKASAN
Sampah ialah istilah yang sudah tidak gila di indera pendengaran kita. Dalam UU No. 18 tahun 2008 pasal 12 disebutkan bahwa pengelolaan sampah harus berwawasan lingkungan. Kebijakan dari pemerintah saja tidak cukup, yang lebih penting ialah kesadaran dan agresi faktual terutama dari masyarakat demi suksesnya upaya pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Masyarakat harus bisa berdikari dan produktif. Sampah yang berasal dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan keuntungannya juga akan kembali kepada masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu diadakan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Melalui jadwal Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM), diharapkan masyarakat akan tergerak dan menyadari akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam pengelolaan sampah, utamanya dalam skala rumah tangga. Salah satu aktivitas yang sanggup dilakukan dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) ialah dengan mengolah sampah organik lunak rumah tangga menjadi kompos.

Berdasarkan observasi yang kami lakukan di Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, kami mendapati bahwa kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah organik khususnya sampah rumah tangga masih sangat rendah. Oleh alasannya ialah itu, kami berencana mengadakan petes yang kami diberi nama KERETA ANTI PANIK (Keranjang Takakura Atasi Timbunan Sampah Organik), yaitu pembuatan kompos skala rumah tangga dengan Keranjang Takakura, demi terwujudnya masyarakat yang berdikari dan produktif melalui Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Pembuatan kompos Keranjang Takakura ini mudah dan sederhana, alasannya ialah tidak memerlukan lahan, sehingga sangat cocok untuk skala kecil rumah tangga.

Pelaksanaan petes ini dimulai dari survei lapangan dan koordinasi dengan pihak sekolah, dilanjutkan dengan sosialisasi dan pretest. Pretest bertujuan untuk mengetahui seperapa jauh kemampuan bahasa Inggris kepala Desa Tanjungsekar, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi jadwal dan pelaksanaan program. Dalam proses pelaksanaan, dimulai dari tahap: 1) Pengumpulan sampah, 2) Pemilahan sampah, 3) Persiapan pelaksanaan, berupa persiapan alat dan materi pendukung, 3) Pembuatan kompos keranjang Takakura, dan 4) Uji coba. Terakhir ialah penilaian aktivitas yang bertujuan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan pembuatan kompos Keranjang Takakura di desa Tanjungsekar.

Tujuan dari petes ini ialah meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap memanfaatkan sampah organik. melaluiataubersamaini adanya aktivitas ini, diharapkan sampah organik yang pertamanya dimembuang begitu saja, menjadi dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat, bahkan bisa menjadi aktivitas yang bernilai ekonomi tinggi. Tak spesialuntuk itu, aktivitas ini juga sanggup menurunkan risiko penyakit berbasis lingkungan serta membangun budaya membersihkan dan sehat bagi masyarakat.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah, sebuah kata yang sudah tidak gila lagi di indera pendengaran kita. Sampah ialah sisa suatu perjuangan atau aktivitas (manusia) yang berwujud padat (baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat sanggup terurai maupun tidak terurai) dan dianggap sudah tidak berkhasiat lagi (sehingga dimembuang ke lingkungan). Secara umum, sampah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari alam dan sanggup mengalami pembusukan secara alami, misalnya: daun, kulit buah, ranting, dan sisa makanan. Sedangkan sampah anorganik ialah sampah yang tidak sanggup mengalami pembusukan secara alami (Wikipedia: 2013). Kedua-duanya, baik sampah organik maupun sampah anorganik sanggup mengakibatkan pencemaran lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Dalam UU No. 18 tahun 2008 pasal 12 disebutkan bahwa setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah secara berwawasan lingkungan. Meskipun begitu, banyak masyarakat kita masih gemar menyampah dan mendewakan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS). Tak ada upaya faktual baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk benar-benar mewujudkan suara pasal 12 tersebut. Padahal, untuk mewujudkan adanya pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, memerlukan kerjasama dari aneka macam pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat memegang peranan yang sangat penting. Perlu adanya kesadaran dari aneka macam lapisan masyarakat terkait pengelolaan sampah tersebut. Dalam hal ini, dibutuhkan adanya sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) secara mandiri, produktif, dan ramah lingkungan. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) atau yang lebih dikenal dengan istilah Pengelolaan Sampah Mandiri (PSM) ialah penanganan sampah yang direncanakan, dilaksanakan, dikembangkan dan dijaga kelangsungannya oleh suatu kelompok masyarakat/ komunitas (RT/ RW/ Kampung/ Dusun) (Iswanto, 2005). PSBM menempatkan masyarakat sebagai subjek (pelaku utama) dan penangung balasan dalam pengelolaan sampah di komunitasnya. Secara garis besar aktivitas PSBM meliputi: 1) minimiasasi timbulan sampah (reduce); 2) pemilahan sampah sesuai jenis di sumbernya; 3) memanfaatkan (reuse), pengolahan (recycle), dan/ atau penjualan sampah; dan 4) pemrosesan simpulan sampah residu di TPAS secara ramah lingkungan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, Kabupaten Pati dengan luas wilayah 1.491,20 km2 mempunyai kepadatan penduduk 817/ km2. Dalam Perda Kabupaten Pati No 7 pasal 7 Tahun 2010, disebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga berkewajiban: mengurangi timbunan sampah, memilah sampah sesuai jenisnya mulai dari sumber timbunan sampah, dan menangani sampah sesuai dengan cara yang berwawasan lingkungan. melaluiataubersamaini kepadatan penduduk yang cukup tinggi, ditambah dengan adanya peraturan tempat tersebut, tentunya semakin memperkuat alasan perlunya diselenggarakan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Sampah yang berasal dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan keuntungannya juga akan kembali kepada masyarakat. Sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga ada lima macam, yaitu sampah mudah terurai (organik), sampah anorganik laris jual, sampah anorganik yang sanggup dimanfaatkan/ diolah oleh komunitas, sampah B3 (bahan berbahaya beracum) rumah tangga, dan sampah lain (residu).

Seperti yang sudah kita ketahui, sampah organik lunak (gampang terurai) biasanya diolah menjadi kompos. Pengolahan menjadi kompos ini bisa dibentuk memakai lubang tanah, ataupun biopori. Untuk skala rumah tangga, pengolahan semacam ini kurang efektif alasannya ialah memerlukan tenaga dan lahan yang cukup luas. Untuk itu, dibutuhkan komposter skala rumah tangga yang sederhana, gampang, dan tidak memerlukan banyak tenaga dalam pembuatannya. Salah satu komposter yang mudah dan sederhana yaitu keranjang takakura. Keranjang Takakura ialah hasil temuan dari spesialis berjulukan Mr. Koji Takakura dari Jepang. Sampah yang bisa diolah memakai komposter keranjang takakura yaitu sampah sisa sayuran, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, serta sampah buah yang lunak. Sampah jenis ini ialah sampah yang setiap hari sanggup ditemukan dalam rumah tangga.

Berdasarkan observasi yang sudah kami lakukan di Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, kami mendapati bahwa belum ada samasekali masyarakat yang melaksanakan pengelolaan sampah organik rumah tangga. Sampah ornganik yang yang dihasilkan dari rumah tangga spesialuntuk dimembuang begitu saja. Padahal bila mereka tahu, sampah organik yang biasa mereka membuang ternyata masih bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaa. Pengolahannya pun mudah dan sederhana, alasannya ialah tidak memerlukan lahan, tidak membutuhkan banyak tenaga dalam pembuatannya, serta sangat murah, bahkan bila dikembangkan bisa menjadi sebuah aktivitas yang bernilai ekonomi tinggi. Oleh alasannya ialah itu, kami Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat dari Universitas Negeri Semarang berniat melaksanakan petes pembuatan pupuk kompos seserhana memakai keranjang Takakura, sebagai upaya untuk mewujudkan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) di Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. 

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi ialah kurangnya kesadaran masyarakat terkena memanfaatkan sampah organik, khususnya sampah organik lunak rumah tangga. Kami membatasi rumusan duduk masalah sebagai diberikut.
  • Bagaimanakah cara mengoptimalkan memanfaatkan sampah organik?
  • Bagaimanakah cara pembuatan pupuk kompos memakai keranjang Takakura?
  • Bagaimana cara meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap memanfaatkan sampah organik?
1.3 TujuanKegiatan
Tujuan yang hendak dicapai dari jadwal ini adalah:
  • Mengoptimalkan memanfaatkan sampah organik.
  • Mengenalkan dan mempraktikkan terkena cara-cara pembuatan pupuk kompos dengan keranjang Takakura.
  • Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap memanfaatkan sampah organik.
1.4 Luaran yang Diharapkan
Target luaran yang diharapkan dari aktivitas ini yaitu:
  • Masyarakat Tanjungsekar sanggup memanfaatkan sampah organik melalui pembuatan pupuk kompos dengan memakai keranjang Takakura.
  • Kompos keranjang takakura nantinya sanggup dijadikan sebagai aktivitas yang bernilai ekonomi.
  • Meningkatkan lapangan perjuangan dan pendapatan bagi masyarakat.
  • Terciptanya budaya membersihkan dan sehat bagi masyarakat.
1.5 Manfaat Kegiatan
a. Bagi masyarakat
  1. Memperoleh wawasan dan pengetahuan gres wacana memanfaatkan sampah organik menjadi kompos memakai keranjang Takakura. 
  2. Dapat membuat sendiri pupuk kompos dengan cara yang praktis, sederhana, serta terjangkau.
  3. Dapat dijadikan salah satu aktivitas yang bernilai ekonomi.
b. Bagi lingkungan sekitar
  1. Lingkungan sekitar menjadi membersihkan dan sedap dipandang.
  2. Terwujudnya budaya membersihkan dan sehat di lingkungan tempat tinggal.
  3. Bagi pemerintah
a) Mendukung terwujudnya pengelolaan sampah berwawasan lingkungan sesuai pasal 12 UU No. 18 tahun 2008

BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1 Letak Geografis
Desa Tanjungsekar terletak di Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Desa Tanjungsekar lebih kurang terletak 32 km dari sentra Kabupaten Pati. Secara administrasi, Desa Tanjugsekar berbatasan dengan:
  1. Sebelah Utara : Desa Plosorejo 
  2. Sebelah Selatan : Desa Kepohkencono 
  3. Sebelah Barat : Desa Triguno 
  4. Sebelah Timur : Desa Soko Puluhan
Desa Tanjungsekar mempunyai luas tanah darat 25,5 ha dan tanah sawah 300 ha. Jarak dari sentra pemerintahan desa ke sentra pemerintahan kecamatan ialah 3 km. Jarak sentra pemerintahan kecamatan ke sentra pemerintahan kabupaten ialah 32 km, sedang jarak dengan sentra pemerintahan provinsi ialah 600 km.Keadaan topografi di Desa Tanjungsekar ialah dataran tinggi. Mata pencaharian dominan masyarakatnya ialah sebagai petani.

2.2 Demografi
Penduduk kecamatan Wedarijaksa berjumlah 57.666 jiwa (2006) dengan komposisi 28.630 jiwa pria dan sisanya 29.036 jiwa perempuan.

Sedangkan masyarakat samasukan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ini ialah masyarakat masyarakat desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Penduduk Desa Tanjungsekar sebagian besar bermatapencaharian sebagai Petani Tadah Hujan. Sebagai petani tadah hujan penghasilannya tidak menentu, terlebih bila gagal pguan. Jika tidak merantau, maka tidak ada penghasilan lain. Hampir tidak ada petani tadah hujan yang sukses di desa ini. Keberadaan kondisi ekonomi petani tadah hujan di desa ini sudah tersingkirkan dengan pendapatan para perantau yang ada di luar negeri. Kesentidakboleh sosial ekonomi semakin usang semakin nampak.

Tak ada lapangan kerja, kecuali ladang persawahan. Usaha kecil menengah pun masih belum nampak di desa ini. Sementara itu, masyarakat masyarakat Tanjungsekar yang notabenenya ialah penduduk desa yang bekerja sebagai petani ternyata belum bisa memanfaatkan sampah organik yang ada di sekeliling mereka, baik sampah organik rumah tangga maupun sampah organik dari pertanian mereka. Kesadaran pengelolaan sampah di desa ini masih sangat rendah. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Padahal bila mereka tahu, sampah organik yang biasanya mereka membuang begitu saja ternyata sanggup dimanfaatkan untuk membuat kompos. Akan tetapi belum banyak masyarakat yang tahu wacana pembuatan kompos dari sampah organik rumah tangga.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
Langkah pelaksanaan dalam petes pembuatan kompos keranjang Takakura dari sampah organik di Desa Tanjungsekar ialah sebagai diberikut.
1. Survei Lapangan 
Survei lapangan di Desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Hal bertujuan untuk mengamati situasi dan keadaan masyarakat yang direncakan sebagai objek samasukan. 

2. Koordinasi dengan pihak kepala desa 
Berkoordinasi dengan pihak kepala desa Tanjungsekar, kecamatan Pucakwangi, Pati untuk memilih komitmen mufakat antara waktu dan tempat pelaksanaan petes pembuatan kompos keranjang Takakuradari sampah organik rumah tanggakepada masyarakat desa Tanjungsekar, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. 

3. Sosialisasi Program 
Sosialisasi jadwal bertujuan untuk memdiberi isu wacana planning serangkaian pelaksanaan jadwal yang disampaikan kepada masyarakat masyarakat Desa Tanjungsekar yang akan mengikuti petes.

4. Pelaksanaan Program 
Berupa demonstrasi petes pembuatan kompos keranjang Takakura tolong-menolong dengan masyarakat Tanjungseka. 

Adapun alat dan bahan, serta cara proses pembuatan pupuk memakai keranjang takakura ialah sebagai diberikut:
  • Alat : Keranjang plastik (keranjang), jarum jahit, benangnilon,kain jaring, gunting, termometer, garu kecil, sprayer, sekop, sarung tangan, masker, dan ember
  • Bahan : Sampah organik, mikroorganisme cair (yang dibentuk sendiri), sekam, dan kardus.
  • Teknik Kerja : 
  1. Menyiapkan kolam dan mengisi dengan sekam secukupnya, kemudian ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
  2. Menyemprotkan mikroorganisme cair dengan memakai sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan sekop.
  3. Menggunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai ukuran bantalan dan potongan atas keranjang dengan cara menjahit potongan tepi jaring.
  4. Sesudah jaring berbentuk kantong, dilanjutkan dengan mengisi masing-masing kantong jaring dengan sekam secukupnya kemudian jahit hingga mirip bantal;
  5. Mengambil kardus dan memotong dengan memakai gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang kemudian tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling potongan dalam keranjang.
  6. Sesudah potongan dalam keranjang terlapisi kardus, kemudian meletakkan bantal sekam pada bantalan keranjang.
  7. Menyemprotkan Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan memakai sprayer hingga lembap merata.
  8. Memasukkan sampah organik segar yang sebelumnya sudah dicacah terlebih lampau, sesekali menekan sampah dengan sekop.
  9. Memasukkan termometer sebagai alat pengukur suhu pada dikala proses pengomposan.
  10. Melapisi permukaan atas dengan memakai bantal sekam yang sudah disemprot dengan Mikroorganisme cair.
  11. Sesudah terlapisi dengan bental sekam, kemudian menutup potongan verbal keranjang dengan memakai kain stocking biar serangga kecil tidak masuk.
  12. Sesudah keranjang tertutup kain stocking, kemudian mengambil epilog dari keranjang tersebut kemudian tutup dan tekan hingga rapat dan kuat.
Bagan proses pembuatan kompos keranjang Takakuradari sampah organik lunak rumah tangga: 
  • Anorganik
  • Sampah-sampah organik lunak rumah tangga
  • Sampah Rumah tangga
  • Organik 
  • Pemilahan sampah
  • Persiapan Petes
  • Persiapan alat dan bahan; tes pembuatan kompos keranjang Takakura
  • Pelaksanaan pelatiahan
5. Evaluasi Kegiatan
Mengevaluasi perkembangan pelaksanaan pembuatan kompos keranjang Takakura yang dilakukan oleh masyarakat Tanjungsekar.
6. Indikator Keberhasilan 
Indikator keberhasilan yang menjadi pola dalam pelaksanaan petes ini adalah: 
  • Masyarakat desa Tanjungsekar sanggup melaksanakan pengelolaan sampah organik lunak rumah tangga melalui pembuatan kompos keranjang Takakura. 
  • Terciptanya lingkungan membersihkan dan sehat alasannya ialah dengan pengelolaan sampah organik yang baik dan berwawasan lingkungan.

LihatTutupKomentar