-->
Pengertian Iteman Dan Analisis Iteman
Pengertian Ikawan dan Analisis Ikawan
ITEMAN ialah aktivitas komputer yang dipakai untuk menganalisis butir soal secara klasik. Program ini termasuk satu paket aktivitas dalam MicroCAT°n yang dikembangkan oleh Assessment Systems Corporation mulai tahun 1982 dan mengalami revisi pada tahun 1984, 1986, 1988, dan 1993; mulai dari versi 2.00 hingga dengan versi 3.50. Alamatnya yaitu Assessment Systems Corporation, 2233 University Avenue, Suite 400, St Paul, Minesota 55114, United States of America.

Program ini sanggup dipakai untuk: (1) menganalisis data file (format ASCII) jawabanan butir soal yang dihasilkan melalui manual entry data atau dari mesin scanner; (2) menskor dan menganalisis data soal pilihan ganda dan skala Likert untuk 30.000 siswa dan 250 butir soal; (3) menganalisis sebuah tes yang terdiri dari 10 skala (subtes) dan mempersembahkan warta ihwal validitas setiap butir (daya pembeda, tingkat kesukaran, proporsi jawabanan pada setiap option), reliabilitas (KR-20/Alpha), standar error of measurement, mean, variance, standar deviasi, skew, kurtosis untuk jumlah skor pada jawabanan benar, skor minimum dan maksimum, skor median, dan frekuensi distribusi skor.

Saat ini sudah tersedia ITEMAN tinder Windows 95, 98, NT, 2000, ME, dan XP dengan harga $299. Sebelum memakai aktivitas Ikawan, bacalah manualnya/buku petunjuk pengoperasionalnya secara seksama. Sebagai contoh, tahap pertama yaitu membuat "file data" (control tile) yang meliputi 5 komponen utama.
  1. Baris pertama yaitu baris pengontrol yang mendeskripsikan data. 
  2. Baris kedua yaitu daftar kunci jawabanan setiap butir soal.
  3. Baris ketiga yaitu daftar jumlah option untuk setiap butir soal.
  4. Baris keempat yaitu daftar butir soal yang hendak dianalisis (jika butir yang akan dianalisis didiberi tanda Y (yes), kalau tidak diikutkan dalam analisis didiberi tanda N (no). 
  5. Baris kelima dan seterusnya yaitu data siswa dan pilihan jawabanan siswa.
Setiap pilihan jawabanan siswa (untuk soal bentuk pilihan ganda) diketik dengan memakai huruf, misal ABCD atau angka 1234 untuk 4 pilihan jawabanan atau ABCDE atau 12345 untuk 5 pilihan jawabanan.

Teknik memakai aktivitas ini, pertama data diketik di DOS atau Windows.
Teknik tergampang yaitu memakai aktivitas Windows yaitu dengan mengetik data di daerah Notepad. Tekniknya yaitu klik Start-Programs-Accessories-Notepad.

Korelasi point-biserial (r pbi) tidak sama dengan 0, hubungan biserial (r bis) paling sedikit 25% lebih besar daripada r pbi untuk perhitungan pada data yang sama. Korelasi point-biserial (r pbi) ialah hubungan product moment antara skor dikotomus dan pengukuran kriterion; sedangkan hubungan biserial (r bis) ialah hubungan product moment antara variabel latent distribusi normal berdasarkan dikotomi benar-salah dan pengukuran kriterion.

Menurut Millman dan Greene (1989) dalam Educational Measurement, kedua hubungan ini mempunyai kelebihan masing-masing. Kelebihan hubungan point biserial adalah: (1) mempersembahkan refleksi donasi soal secara sebenarnya terhadap fungsi tes. Maksudnya ini mengukur bagaimana baiknya soal berkorelasi dengan kriterion (tidak bagaimana baiknya beberapa secara abstrak); (2) sederhana dan pribadi bekerjasama dengan statistik tes; (3) tidak pernah mempunyai value 1,00 alasannya yaitu spesialuntuk variabel-variabel dengan distribusi bentuk yang sama yang sanggup berkorelasi secara sempurna, dan variabel kontinyu (kriterion) dan skor dikotomus tidak mempunyai bentuk yang sama. Kelebihan hubungan biserial adalah: (1) cenderung lebih stabil dari sampel ke sampel, (2) penilaian lebih akurat ihwal bagaimana soal sanggup diharapkan untuk membedakan pada beberapa perbedaan point di skala abilitas, (3) value r bis yang sederhana lebih pribadi bekerjasama dengan indikator diskriminasi kurva karakteristik butir (Item Characteristic Curve atau ICC). Kebanyakan para hebat pendidikan, khususnya di Indonesia, banyak yang memakai hubungan point biserial daripada hubungan biserial.

Kriteria baik tidaknya butir soal berdasarkan Ebel dan Frisbie (1991) dalam Essentials of Educational Measurement halaman 232 yaitu bila hubungan point biserial: >0.40=butir soal sangat baik; 0.30 - 0.39=soal baik, tetapi perlu perbaikan; 0.20 - 0.29=soal dengan beberapa catatan, biasanya dibutuhkan perbaikan; < 0. 19=soal jelek, dimembuang, atau diperbaiki melalui revisi. Adapun tingkat kesukaran butir soal mempunyai skala 0 - 1. Semakin mendekati 1 soal tergolong simpel dan mendekati 0 soal tergolong sukar.

a. Interpretasi Hasil Analisis Program ITEMAN
Hasil dari analisis ITEMAN sanggup berupa dua file yaitu file statistik dan file skor. Keduanya berupa file ASCII yang sanggup dilihat dengan memakai aktivitas pengolah kata (word processor).

File statistik hasil analisis ITEMAN sanggup dibedakan ke dalam 2 bagian, yaitu : Statistik butir soal dan statistik tes (skala). Gambar 4 di atas menunjukkan hasil analisis statistik butir soal, sedangkan gambar 5 menunjukkan hasil analisis statistik tes. Interpretasi kedua gambar di atas sanggup diuraikan sebagai diberikut :

I. Statistik Butir Soal
Untuk tes/skala yang terdiri dari butir-butir soal yang bersifat dikotomi contohnya pilihan ganda, statistik diberikut yaitu output dari setiap butir soal yang dianalisis :
  1. Seq. No yaitu nomor urut butir soal dalam file data.
  2. Scala-item yaitu nomor urut butir soal dalam skala (tes/subtes)
Prop. Correct yaitu proporsi siswa( akseptor tes) yang menjawaban benar butir soal. Nilai ekstrim (mendekati nol atau satu) menerangkan bahwa butir soal tersebut terlalu sukar atau terlalu simpel untuk akseptor tes. Indeks ini disebut juga indeks tigkat kesukaran soal secara klasikal.
Biser yaitu indeks daya pembeda soal dengan memakai koefisien hubungan biserial. Nilai nyata menerangkan bahwa akseptor tes yang menjawaban benar butir soal, mempunyai skor yang relatif tinggi dalam tes/skala tersebut. Sebaliknya nilai negatif menerangkan bahwa akseptor tes yang menjawaban benar butir soal, memperoleh skor yang relatif rendah dalam tes/skala tersebut. Untuk statistik pilihan jawabanan (alternative) hubungan biserial negatif sangat tidak dikehendaki untuk kunci jawabanan dan sangat dikehendaki untuk pilihan jawabanan yang lain (pengecoh).
Point-biser yaitu juga indeks daya pembeda soal dan pilihan jawabanan (alternatif) dengan memakai koefisien hubungan point-biserial. Penafsirannya sama dengan statistik biserial.

Catatan : Nilai -9.000 menerangkan bahwa statistik butir soal atas pilihan jawabanan tidak sanggup di hitung. Hal ini sering kali terjadii apabila tidak ada akseptor tes yang menjawaban butir soal/ pilihan jawabanan tersebut 
Statistik pilihan jawabanan (alternative) mempersembahkan warta yang sama dengan statistik butir soal. Perbedaannya yaitu bahwa statistik pilihan jawabanan dihitung secara terpisah. Untuk setiap piihan jawabanan dan didasarkan pada dipilih tidaknya alternatif tersebut, bukan pada benarnya jawabanan. Tanda (*) yang muncul di sebelah kanan hasil analisis menerangkan kunci jawabanan.

II. Statistik Tes/Skala
Analisis statistik untuk tes/skala dengan interpretasi diberikut :
  1. N of items yaitu jumlah butir soal dalam tes/skala yang ikut dianalisis. Untuk tes/skala yang terdiri dari butir-butir soal dikotomi, hal ini ialah jumlah total butir soal dalam tes /skala.
  2. N of examines yaitu jumlah akseptor tes yang dipakai dalam analisis.
  3. Mean yaitu skor rata-rata akseptor tes.
  4. Variance yaitu varian dari distribusi skor akseptor tes yang mempersembahkan citra ihwal sebaran skor akseptor tes.
  5. Std. Dev yaitu deviasi standar dari distribusi skor akseptor tes. Deviasi standar yaitu akar dari variance.
  6. Skew yaitu kemienteng distribusi skor akseptor tes yang mempersembahkan citra ihwal bentuk distribusi skor akseptor tes. Kemienteng negatif menerangkan bahwa sebagian besar skor berada pada bab atas (skor tinggi) dari distribusi skor. Sebaliknya kemienteng nyata menerangkan bahwa sebagian besar skor berada bab bawah (skor rendah) dari distribusi skor. Kemienteng nol menerangkan bahwa skor berdistribusi secara simetris di sekitar skor rata-rata (Mean).
  7. Kurtosis yaitu puncak distribusi skor yang menggambarkan kelandaian distribusi skor dibanding dengan distribusi normal. Nilai nyata menerangkan distribusi yang lebih lancip (memuncak) dan nilai negatif menerangkan distribusi yang lebih landai (merata). Kurtosis untuk distribusi normal yaitu nol.Minimun yaitu skor terendah akseptor tes dalam tes/skala tersebut.
  8. Maximum yaitu skor tertinggi akseptor tes dalam tes/skala tersebut.
  9. Median yaitu skor tengah dimana 50% skor berada pada atau lebih rendah dari skor tersebut.
  10. Alpha yaitu koefisien reliabilitas alpha untuk tes/skala tersebut yang ialah indeks homogenitas tes/skala. Koefisien alpha bergerak dari 0,0 hingga 1,0. Koefisien alpha spesialuntuk cocok dipakai pada tes yang bukan mengukur kecepatan (speeded test ) dan yang spesialuntuk mengukur satu dimensi (single-trait).
  11. SEM yaitu kesalahan pengukuran standar untuk setiap tes/skala. SEM ialah estimit dari deviasi standar kesalahan pengukuran dalam skor tes.
  12. Mean P yaitu rata-rata tingat kesukaran tiruana butir soal dalam tes secara klasikal dihitung dengan cara mencari rata-rata proporsi akseptor tes yang menjawaban benar untuk tiruana butir soal dalam tes/skala.
  13. Mean item-Tot nilai rata-rata indeks daya pembeda dari tiruana soal dalam tes/skala yang diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata point biserial dari tiruana soal dalam tes/skala.
  14. Mean-Biserial yaitu juga nilai rata-rata indeks daya pembeda yang diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata hubungan biserial dari tiruana butir soal dalam tes/skala. 
  15. Scale intercorrelation yaitu indeks hubungan antara skor-skor akseptor tes yang diperoleh dari setiap subtes/subskala
III. File Skor
Program ikawan juga mempersembahkan hasil skor untuk setiap akseptor tes yang menerangkan jumlah benar dari seluruh jawabanan. Dari pola diatas, kita sanggup melihat skor akseptor tes pada file CONTOH_1.SCR menyerupai pada gambar 6. 

Baris pertama dari output menunjukkan jumlah karakter untuk identitas akseptor tes (dalam pola di atas 24), jumlah skala (dalam pola di atas 1), dan nama file input. Kemudian hasil skala didiberikan secara berurutan sesuai dengan urutan akseptor tes dalam file data.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas ada beberapa kesimpulan yang sanggup diambil yaitu:
  1. Salah satu cara untuk memperbaiki proses berguru mengajar yang paling efektif yaitu dengan jalan mengevaluasi tes hasil berguru yang diperoleh dari proses berguru mengajar
  2. Pengolahan tes hasil berguru dalam rangka memperbaiki proses berguru mengajar sanggup dilakukan antara lain dengan melaksanakan analisis soal
  3. Tujuan khusus dari analisis butir soal ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa item atau soal itu dikatakan baik atau tidak baik
  4. Soal sanggup di analisis dengan memakai analisis kualitatif (teoritis) dan kuantitatif (empiris)
  5. Salah satu cara analisis butir soal secara kuantitatif sanggup dilakukan dengan memakai aktivitas komputer, menyerupai ITEMAN, SPSS, SPS, Statpro, Microsat, Bigstep, Anates dll
DAFTAR PUSTAKA;
  • Depdikbud, 1999, Pengelolaan Pengujian Bagi Guru Mata Pelajaran, Jakarta.
  • Djemari Mardapi, 2004, Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: UNY
  • Ign. Masidjo. 1995, Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
  • Nana Sudjana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
  • Ngalim Purwanto, 2004, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Suharsimi Arikunto, 2006, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
  • Sukardjo, 2008, Modul Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Sains Pascasarjana UNY. Yogyakarta

LihatTutupKomentar