-->
Strategi Seni Lukis Anak Usia Dini
STRATEGI PEMBELAJARAN SENI LUKIS ANAK USIA DINI
DI SANGGAR PRATISTA YOGYAKARTA
A. Penlampauan
1. Latar Belakang Masalah
Anak ialah masa depan bangsa yang harus ditumbuhkembangkan jiwa dan raganya untuk menjadi anak yang cerdas, terampil dan berahlak mulia. Anak usia dini harus dikembangkan motorik bergairah dan motorik haluasnya melalui kegiatan berkesenian, berketerampilan melalui kegiatan bermain. Bagi anak bermain ialah berguru atau berguru seraya bermain. Bagaimana membuat permainan yang sanggup membuatkan pertumbuhan fisik melalui motorik bergairah dan bagaimana membuatkan motorik halus melalui kegiatan kesenian. Sekarang pendidikan anak usia dini dikembangkan luar biasa melalui kegiatan prasekolah maupun kegiatan forum menyerupai RT, RW, dan pemerintah kelurahan mempunyai kader dan kegiatan PAUD. 

Mencermati fenomena itu perlu adanya reformasi dunia pendidikan yang mendasar. Pertama dilakukan pada sistem pendidikan, yakni sistem pendidikan tradisional direformasi menjadi sistem pendidikan empowering of people. Hal ini dilakukan alasannya ialah pendidikan gaya usang (tradisional) menganggap siswa sebagai objek yang harus mendapatkan apa saja yang di­diberi­kan guru. Kedua dilakukan pada orientasi pendidikan. Orientasi pendidikan kita terlalu menekankan pada aspek kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek-aspek kepribadian lainnya yang justru lebih penting, menyerupai aspek afektif dan psikomotorik terabaikan. 

Penelitian ini mencoba mengungkap dan membuatkan pembelajaran kesenian (seni rupa anak) di Sanggar Pratista Yogyakarta. Sanggar Prastista ialah arena kegiatan pembelajaran seni lukis anak nonformal terbesar dan populer di Yogyakarta. Sanggar ini telak mencetak seniman-seniman kecil terkemuka yang sudah mengukir prestasi lomba lukis tingkat daerah, Nasional, Asean, bahkan tingkat International. Bagaimana taktik Sanggar Pratista membuatkan model pembelajaran kepada pesertta didiknya mengakibatkan anak sanggup berguru melukis dengan baik. 

Permasalah pada penelitian ini dibatasi pada: 1) Bagaimanakah taktik pembelajaran seni lukis anak di Sanggar Pratista?. 2) Bagaimana menyiapkan media pembelajaran seni lukis anak yang dipakai di sanggar Pratista?, 3) Model pembelajaran apa yang dikembangkan sehingga anak sanggup berkarya seni lukis dengan baik?, 4) Bagaimana menilai proses anakdalam berkarya seni lukis?, 5) Bagaimana menilai hasil karya seni lukis anak?, 5) Bagaimana membuat lingkungan yang aman untuk berguru melukis bagi anak?

2. Kerangka Teori
a. Pengertian Pembelajaran
Konsep dasar pembelajaran intinya ialah satu rangkaian dengan konsep berguru dan mengajar. Menurut aliran behaviorisme Skinner(1974) Learnring is a change in behavior, kata kunci dalam difinisi ini berguru ialah perubahan tingkah laku. Menurut Robet Gagne (1977) aliran kognitif, Learning is a change in human disposition or capability, which persist over a period of time, and which is not simply ascribable to procces of growth. Kata kunci dari definisi Gagne berguru ialah suatu perubahan tabiat atau kemampuan insan yang berlangsung selama jangka waktu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan. 

Menurut Winkel(1987) berguru ialah suatu acara mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dari pengertian tersebut pada prinsipnya berguru ialah perubahan sikap insan dari hasil pengalaman diberinteraksi dengan lingkungannya.

Pada prinsipnya mengajar ialah proses yang terjadi pada guru bagaimana memberikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Mengajar pada prinsipnya ialah membina bagaimana belajar, berpikir, latihan untuk penguasaan suatu pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap. Mengajar berdasarkan Zamroni (2000:61) ialah seni untuk mentranfer pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diarahkan oleh nilai-nilai pendidikan, kebutuhan siswa. Kondisi lingkungan, dan keyakinan yang dimiliki guru.

Adapun pembelajaran seni dan keterampilan pada prinsipnya ialah pembelajaran untuk membuatkan apresiasi dan kreasi akseptor didik. Proses penanaman nilai estetik, terampil, dan kreatif, tekun akan lebih bermakna bila anak mengalami proses eksklusif diberinteraksi dengan banyak sekali kegiatan berkesenian. Pembelajaran seni rupa anak usia dini mempersembahkan apresiasi kepada anak sebagai bekal untuk pembentukan pengalaman estetik, pengembangan kreativitas, dan keterampilan anak dalam mengaktualisasikan gagasan sesuai bahasanya. Pembelajaran kesenian dan keterampilan pada esensinya ialah bermain, pembelajaran melalui bermain yang baik ialah bermain yang sangat senang bagi anak, sehingga sanggup membuatkan imajinasi, kreasi sehingga anak sanggup berkembang dengan baik dan wajar. 

b. Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan anak usia dini harus memperhatikan:
1. Perkembangan anak.
Anak akan sanggup berguru dengan baik bila anak merasa aman dan senang dalam situasi belajar. Untuk mewujudkan itu anak harus terpenuhi kebutuhan fisiknya menyerupai makan dan minum yang cukup dan secara psikologis aman dan senang dalam melaksanakan aktivitas. Jika proses pembelajaran anak tidak dalam kondisi yang sangat senang pasti akan susah untuk membuatkan potesi anak secara wajar, baik, dan terbaik. Tugas pembelajaran keterampilan ialah untuk membuatkan potensi anak melalui bermain dengan keterampilan. Pililah jenis keterampilan yang menarikdanunik dan disenangi anak. 

2. Kebutuhan Anak
Seribu anak akan mempunyai seribu keinginan, apakah kita sebagai pembimbing anak akan bisa melayani harapan tersebut. Tugas pembimbing bukan memenuhi harapan anak tersebut akan tetapi memupuk, mengarahkan, dan membina anak supaya harapan tersebut tersalurkan dalam kontek pembelajaran. Anak akan sanggup bermain dan berguru dengan baik kalau kebutuhan fisiknya tercukupi. 

3. Bermain sambil belajar
Dunia anak ialah dunia bermain, bila anak bermain ialah berguru mungkin tidak sama dengan orang remaja bermain mempunyai konotasi negatif. Anak berguru melalui bermain, apalagi berguru seni dan keterampilan yang mempunyai nilai permainan dan rekreasi. Tugas pembimbing ialah bagaimana mengemas materi seni lukis dan keterampilan anak usia dini yang menarikdanunik dan sanggup dilakukan sambil bermain. Ini ialah kiprah pembimbing yang harus mempersembahkan materi sesuai perkembangan anak. Bentuk bermain anak sanggup berupa bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain sosiodramatis. Keterampilan anak usia dini dalam melukis banyak yang berafiliasi dengan permainan, maka siapkan permainan yang sanggup membuatkan kreativitas dan keterampilan anak. Horal Titus dalam Gie (1996:28) menyampaikan “Play is the art of the child, and art is the play of the adult” Permainan ialah seni dari anak-anak, dan seni ialah permainan orang dewasa.

4. Pendekatan Tematik
Pembelajaran keterampilan ialah pembelajaran bermain, anak akan bermain dan berguru dengan baik bila tema bermain sesuai dengan perkembangan dan sangat bahagia. Untuk itu, pembimbing harus sanggup menentukan dan menentukan tema sesuai dengan kehidupan anak yang paling positif dan kontekstual. 

5.Kreatif dan Inovatif
Tugas pembelajaran keterampilan ialah membuatkan kreativitas anak, pilihlah jenis keterampilan yang sanggup menggali imajinasi dan membuatkan kreativitas anak. Pengembangan ide gres yang menantang dan inovatif sanggup memotivasi dan menumbuhkan kreativitas anak. Fungsi pembelajaran seni dan keterampilan ialah untuk membuatkan sensitivitas, kreativitas, dan keterampilan. Anak akan bermain untuk berguru diberimajinasi untuk membuatkan kreativitas tersebut. 

6. Lingkungan Kondusif
Pendidikan anak usia dini sanggup dikondusikan dengan lingkungan yang nyaman dan aman untuk bermain dan belajar. Hal ini penting untuk pelalaksanaan proses berguru dan bermain anak, lingkungan anak yang sesuai dengan dunia anak dan sanggup membuatkan fantasi anak. 

7. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Secara umum kecakapan hidup untuk anak mencakup beberapa aspek kecakapan personal, sosial, akademik, dan vokasional. Pembimbing harus sanggup membuatkan kecakapan personal dengan baik sesuai perkembangan anak. Kegiatan bermain, belajar, berketerampilan disajikan dalam bentuk yang sangat senang akan memmenolong perkembangan anak dengan baik. 

E. Fungsi seni di sekolah
Menurut Herawati (1999: 14) Fungsi pembelajaran seni ada enam yaitu: (1) sebagai media ekspresi, (2) sebagai media komunikasi, (3) sebagai media bermain, (4) sebagai media pengembangan talenta seni, (5) sebagai media kemampuan berpikir, (6) fungsi seni sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetik.

b. Metode Penelitian
Peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pelaksanaan pembelajaran seni lukis anak di sanggar pendekatan yang dipakai ialah pendekatan kualitatif. Relevansi pemilihan pendekatan ini ialah bahwa penelitian kualitatif pada prinsipnya ialah mengamati sikap orang dalam lingkungan kehidupannya, diberinteraksi dengan mereka, dan berusaha memahami acara mereka dengan dunia sekitarnya.

Tempat penelitian ialah Sanggar Pratista Kotabaru Yogyakarta yang sudah melaksanakan pembelajaran seni rupa anak yang berpengalaman panjang. Alasan menentukan subjek penelitian ini, pertama sanggar tersebut ialah sanggar seni rupa anak yang terkemuka dan berprestasi. Kedua, sanggar tersebut sudah melaksanakan pembelajaran yang meyakinkan dan dipercaya masyarakat. 

Subjek penelitian ini ialah pembimbing dan anak usia dini yang mengikuti pembelajaran seni lukis anak sebagai informan. Sedangkan pengelola, guru pembimbing sebagai informan kunci. Alasan menentukan subyek tersebut ialah 1). Semua anak menerima pelajaran seni lukis anak 2). Pembimbing yang mengajar seni lukis anak mempunyai riwayat pendidikan bukan seni rupa tetapi mempunyai pengalaman cukup lama. Penentuan informan berdasarkan snowball sampling melalui wawancara dengan pengelola atau pihak manajemen. 3. Kelas yang dipilih kelas anak usia dini. 4. Anak didik yang dipilih sebagai informan berdasarkan purposive sampling Pemilihan informan tersebut berdasarkan jenis kelabuin, kelompok berprestasi, kelompok cukup berprestasi.

Dalam penelitian ini memakai metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga metode pengumpulan data tersebut dipakai secara sedikit demi sedikit dan terintegrasi. 

Teknik analisis data memakai pendekatan deskriptif dengan dua cara. Pertama analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data. Kedua analisis data dilakukan setelah tiruana data yang dibutuhkan terkumpul. Langkah analisis data dalam penelitian ini meliputi: Tahap pertama setelah data terkumpul melalui observasi, wawancara, dan dukumentasi dilanjutkan reduksi data. Reduksi data ialah sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan, dan transformasi data bergairah yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setiap kegiatan reduksi data pada tiap kegiatan pengumpulan data dilanjutnya menentukan kesimpulan. Tahap kedua penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi tersusun yang mempersembahkan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data sanggup berbentuk deskripsi kata-kata. Tahap ketiga ialah menarikdanunik kesimpulan dan verifikasi hasil penelitian ini.

C. hasil penelitian dan pembahasan
A. Tujuan Melukis di Sanggar Pratista
Tujuan yang dikembangkan Sanggar Pratista ialah mendidik anak melalui seni lukis yaitu mengakibatkan anak pintar, kreatif, dan berbudi pekerti baik. Tujuan tersebut sekaligus sebagai visi dan misi sanggar.Untuk mewujudkan itu metode yang dipakai dengan teladan dan keteladanan. Sanggar tidak membolehkan melukis dengan tema perang atau kekerasan alasannya ialah tema tersebut akan membentuk jiwa anak menjadi keras, brutal, dan susah diatur. Untuk membangun percaya diri anak diterapkan metode membuat sket lukisan dengan spidol permguan warna hitam dengan sekali gores dilarang diulang-ulang. Teknik ini dilakukan untuk melatih keberanian, spotanitas, dan percaya diri yang tinggi.Untuk mewujudkan tujuan itu, kegiatan melukis dilakukan pendekatan individual yang membuat suasana iklim sosioemosional anak dan pembimbing sangat dekat dan berteman dekat sehingga proses pembelajaran sanggup berjalan dengan baik. Selain itu, dinding tempat berguru melukis dipenuhi dengan hiasan lukisan karya anak sehingga berkesan sangat aman sanggup memotivasi anak untuk berguru dengan baik.

B. Kurikulum dan Materi pembelajaran
Kurikulum ialah seperangkat jadwal yang harus diselesaikan oleh akseptor didik untuk memperoleh kompetensi tertentu. Kurikulum Sanggar Pratista dikembangkan dalam bentuk jadwal bimbingan dan petes melukis yang terdiri dari empat jenjang petes melukis. Kurikulum dalam bentuk cetak seperrti buku memang tidak ada, tetapi kurikulum sebagai jadwal yang tertulis pada pikiran masing-masing pembimbing sudah menyatu dan menjiwai para pembimbing untuk mengantarkan bawah umur berguru melukis. Secara garis besar jadwal petes melukis bawah umur ada empat jenjang melukis tersebut sebagai diberikut:
  1. Tingkat Dasar, dengan materi melukis metode kering mencakup peralatan spidol permguan hitam, crayon, dan materi kertas gambar. Program tingkat dasar usang pendidikan empat bulan dengan pembimbingan dua kali dalam satu minggu.
  2. Tingkat Menengah, dengan materi melukis metode kering mencakup peralatan spidol permguan hitam, crayon, dan materi kertas gambar. Program tingkat menengah usang pendidikan empat bulan dengan jam pembimbingan dua kali dalam satu minggu.
  3. Tingkat Terampil, dengan materi melukis metode kering dan metode basah, dengan peralatan spidol permguan hitam, crayon, dan cat air, serta media lukis kertas. Teknik yang dipakai bervariasi sesuai perkembangan dan kebutuhan siswa. Program tingkat terampil usang pendidikan empat bulan dengan waktu berguru seminggu dua kali.
  4. Tingkat Mahir, dengan materi melukis metode kering dan metode basah, dengan peralatan spidol permguan hitam, crayon, dan cat air, acrilic, serta media lukis kertas dan kanvas. Teknik yang dikembangkan bervariasi sesuai kebutuhan siswa. Program tingkat andal usang pendidikan empat bulan dengan waktu berguru seminggu dua kali.
C. Pelaksanaan Pembelajaran Melukis
1. Persiapan
Persiapan sanggar dalam petes melukis untuk anak usia dini mencakup persiapan secara fisik dan mental. Persiapan fisik berupa penyiapan tempat untuk berguru dengan sistem lesehan dengan satu siswa satu meja berguru kecil. Tempat duduk lesehan dengan ganjal tikar dan disetting menghadap ke utara. Peralatan dan materi untuk melukis disediakan sendiri oleh perseta petes, kecuali pada pertama registrasi masuk pertama kali setiap siswa mendapatkan satu set peralatan melukis terdiri satu sepidol permguan, satu crayon brand Dong A, dan satu kertas gambar/buku gambar. Persiapan secara mental setiap anak yang akan berguru melukis ditempatkan pada tempat yang sudah disediakan dengan cara duduk sesuai tempat yang dipilih atau disediakan pihak sanggar. Selanjutnya pembimbing menyapa dan menanyakan apa kabar dan menanyakan harapan akan menggambar apa dan seterusnya sesuai kontek kondisi setiap anak. Secara psikis setiap siswa yang berguru sudah menyiapkan tema lukisan masing-masing, pembimbing tinggal memotivasi bagaimana mengekspresikan idenya.

2. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran ialah suatu proses dimana sikap dibentuk, diubah, dan dikendalikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pembelajaran melukis pada anak di Sanggar Pratista lebih sempurna disebut dengan petes melukis. Hal ini alasannya ialah banyak aspek keterampilan yang diajarkan kepada anak. Keterampilan tersebut mencakup beberapa aspek keterampilan menemukan imajinasi, keterampilan membuat sket, keterampilan mewarnai objek, dan keterampilan lain dalam kerangka anak mengekspresikan dirinya melalui bahasa visual. Metode yang diterapkan sesuai wawancara dengan HK (Tgl 23-8-2007) dikatakan anak senang dengan guru dan pekerjaan, anak dikenalkan dengan peralatan melalui menceritakan yang sangat senang sesuai kontek pada ketika melukis menyerupai puasa, lebaran, natal dan sebagainya. Semua pembimbing sanggar setiap kali memulai mengajar melukis dimulai dengan menyapa anak secara individual dengan selamat siang, apa kabar, mau melukis apa? kepada setiap akseptor yang akan mulai melukis. Para akseptor hadir di kelas melukis tidak bersamaan, siapa yang hadir eksklusif melukis dan siapa yang sudah selesai melukis sanggup meninggalkan kelas lebih pertama walaupun jam belajarnya masih ada. Model pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan individual, dengan satu pembimbing memandu antara satu hingga tiga siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara santai dan bebas saling tegur sapa dan bermain antar akseptor kursus. Dalam pelaksanaan petes orang renta pendamping atau pengasuh siswa dibolehkan mendampingi eksklusif dalam melukis. Bahkan banyak orangtua atau pendamping ikut dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam melukis. Hal ini dibolehkan oleh pihak sanggar selama tidak mengganggu kenyamanan proses berguru anak. Banyak anak yang sudah mulai percaya diri dalam pembimbingan yang eksklusif ditangani pembimbing sanggar, sementara orang renta atau pendamping duduk di luar ruangan.

Model pembelajaran yang dikembangkan di Sanggar Pratista ialah memakai metode pemdiberian contoh. Metode ini disampaikan pada anak bukan untuk memdiberi teladan suatu objek atau gambar untuk ditiru tetapi didiberi teladan pola dasar kemudian anak sisuruh melengkapi teladan pola tersebut sesuai idenya. 

Gambar 2: PE memdiberi teladan pada Sofa

Seperti yang dilakukan P E dalam mempersembahkan teladan bentuk dengan spidol permguan hitam kepada siswanya berjulukan Sofa. PE mempersembahkan pola yang tidak lengkap atau garis besar kemudian siswa melanjutkan pola tersebut, sambil mempersembahkan pola pembimbing memotivasi dengan ceritera, pertanyaan, dan bimbingan supaya anak percaya diri sanggup mengeluarkan idenya. Setiap ada bidang yang masih kosong pembimbing membuktikan penggalan tersebut untuk diisi dengan objek sesuai pilihan siswa. Objek tersebut contohnya awan, pohon, orang dan sebagainya. Teknik itu dilakukan untuk mempersembahkan motivasi supaya anak senang dalam melukis.

PY mempersembahkan teladan pola pada kertas gambar Diva. Semua pembimbing dalam mempersembahkan teladan eksklusif digoreskan pada kertas gambar siswanya dengan spidol permguan secara spontan, kemudian Diva melanjutkan dan melengkapi pola yang digoreskan pembimbingnya hingga selesai dengan baik. Pemdiberian teladan pola dikertas gambar anak ini untuk meyakinkan anak untuk bisa melukis dengan baik. Siswa merasa senang didiberi contoh, alasannya ialah sanggup memperlancar proses melukis mereka. Diva melukis dengan tema panjat pinang alasannya ialah sesuai dengan perayaan lomba pada Bulan Agustus bulan peringatan kemerdekaan RI. Anak mempunyai ketajaman perasaan bisa merekam insiden di sekitarnya untuk diangkat sebagai tema lukisan. Kebanyakan anak mengambil tema lukisan sesuai dengan konteks kehidupannya. Diva bisa mengekpresikan ide panjatpinangnya dipandu PY menghasilkan karya yang cukup bagus.

Demikian juga yang dilakukan Bu R dalam membimbing siswa dengan mempersembahkan teladan lukisan pola bentuk global objek dengan spidol hitam. Pola ini selanjutnya diteruskan dan dilengkapi hingga membentuk objek yang dilukis. Dalam proses meukis kalau ada anak yang lamban, kesusahan, ramai, pembimbing eksklusif menegur dan meluruskan untuk melukis dengan baik. Jika ada bidang kosong atau objek yang belum lengkap pembimbing membuktikan dan mempersembahkan solusi dengan menyuruh mengisi objek tertentu dan kadang didiberikan motivasi dengan teladan pola bentuk atau warna.

Media yang dipakai bawah umur dalam melukis ialah spidol hitam permguan, crayon, kuas, kertas, dan cat air. Semua media lukis disediakan sendiri oleh peserta. Menggunakan media spidol untuk membuat sket pola gambar bertujuan supaya lukisan jelas, spontan, dan tidak diulang-lang atau dihapus. melaluiataubersamaini memakai spidol hitam supaya anak berani dan percaya diri melaksanakan sekali gores menjadi penggalan dari melukis. Mengapa tidak memakai pensil, alasannya ialah dengan pensil anak akan merasa kurang puas sanggup dihapus atau ditumpang, sehingga balasannya kotor, tebal, dan tidak spontan. Media spidol ialah media membuat sket atau pola gambar sekali jadi. Teknik itu dilakukan untuk membentuk keterampilan mengekspresikan idenya supaya anak menjadi percaya diri.

3. evaluasi
Evaluasi yang dikembangkan Sanggar Pratista dengan cara penilaian proses dan penilaian hasil karya. Penilaian ini dilakukan pada simpulan paket pembelajaran untuk menentukan kelulusan untuk masuk jenjang diberikutnya atau tamat belajar. Penilaian secara formal tidak dilakukan setiap simpulan pembelajaran, walaupun di situ terjadi Koreksi, masukan, perbaikan dalam berkarya. Penilaian di sini dimaksudkan untuk mempersembahkan skor setiap kali melukis tidak dilaksanakan oleh pembimbing sanggar. Penilaian dilakukan pada simpulan paket pembelajaran dalam bentuk ujian simpulan untuk mengisi sertipikat. Penentuan nilai simpulan yang dimasukan dalam sertipikat memperhatikan nilai harian dan nilai ujian akhir. Penilaian setiap simpulan jadwal dilakukan dengan ujian simpulan dengan kriteria penilaian menyerupai yang dikemukanan P H (wawancara Tgl. 19-9 – 2007) yaitu penilaian proses dengan indikator (1) kelancaran membuat sket, (2) penuangan ide, (3) kesiapan materi dan alat, (4) pemahaman tema, (5) ketekunan, (6) kefokusan, dan (7) percaya diri.

Penilaian hasil karya dengan kriteria (1) Kesesuaian tema, (2) kreativitas, (3) asliitas, (4) pewarnaan, (5) harmoni keseluruhan. Kedua hasil penilaian ini kemudian digabung menjadi satu menjadi nilai simpulan untuk menentukan lulus atau tidak lulus. Walapun penilaian memperhatikan aspek proses dan hasil, penilaian simpulan lebih banyak menekankan pada hasil karya yang paling menentukan.

D. Hasil Karya Siswa Sanggar Pratista
Berikut hasil karya Leone yang didiberi judul “Menari” mereka ingin mengekspresikan ide melalui lukisan tiga lukisan anak menari yang salah satunya ialah pelukisnya sendiri sebagai tokoh sentral dalam lukisan ini. Jika ditanya mana Lione dalam lukisan mereka menunjuk gambar penari yang paling kiri. Lukisan ini dengan latar belakang didiberi bentuk awan dan bunga yang didiberi teladan oleh pembimbing, kemudian anak meneruskan dan mewarnai sesuai harapan siswa. Leone mengekspresikan figur penari dengan gaya, warna, dan asesoris yang tidak sama, perbedaan inilah yang membuat kesan dinamis dan kreatif dalam lukisan ini 

Selanjunya lukisan karya Miming siswa Taman Kanak-kanak B dengan judul “Flora dan Fauna”,mereka menggambarkan dunia hewan yang unik. Salah satu keunikan lukisan Miming ialah menggambarkan wajah insan di dalam tubuh gajah dan jerapah. Hal ini dilakukan alasannya ialah melihat tubuh gajah yang lebar dan kosong kalau tidak diisi objek akan kelihatan sepi kemudian dilukislah wajah manusia. Wajah insan yang dilukiskan pada gajah, jerapah, pohon, dan matahari diambarkan senyum ceria sebagai lisan pelukisnya bangga dan ceria. Miming dalam melukis sudah sanggup memperhitungkan perbandingan bentuk gajah, jerapah, kera, dan kucing. Keberanian ini perlu dipupukkembangkan supaya anak lebih berani mengekspresikan dirinya dengan bahasa visual. Penggambaran itu mungkin sanggup dimaknai begitu bersahabat dan akungnya insan dengan hewan sehingga dilukiskan menyatu. Keindahan dan keunikan lukisan anak disitulah letak dan posisinya, kadang naif, kadang, lucu, juga rasional.

Di Bawah ini lukisan karya “Tea” dengan judul “Takjilan”. Tema ini dilukis alasannya ialah kesan beliau menikmati takjilan pada ketika bulan ampunan sehingga terinspirasi pengalaman takjilan untuk dilukis. Tema ini ditentukan siswa sendiri sesuai kontek pada ketika melukis objek itu pada bulan puasa, pembimbing spesialuntuk memmenolong teknis memvisualisasikan pada sebagaian kecil objek. Ketajaman anak mengawetkan insiden menarikdanunik sesuai kontek dan insiden di lingkungannya sangatlah bagus. Hal ini perlu dikembangkan untuk membangun kesadaran anak akan insiden dan pengalaman anak terhadap lingkungannya. Anak mempunyai kepedulian dengan pengalaman di lingkungannya yang mengesan sanggup mengilhami karya lukisnya. Secara visual ”Tea” mengekspresikan empat figur anak tiruana tidak sama baik bentuk, gerak, warna walaupun menggambar insiden yang sama. Anak kreatif biasanya kurang menyukai pengulangan bentuk yang sama. Kesan stereotipe pada lukisan ini tidak nampak.

Penutup 
  1. Tujuan pembelajaran seni lukis anak di Sanggar Prastista Yogyakarta ialah untuk membentuk anak menjadi pintar, kreatif, dan berbudi pekerti baik. Untuk mencapai tujuan tersebut sanggar memakai taktik pembelajaran melukis dengan pendekatan individual dengan mempersembahkan teladan dan keteladanan dari pembimbing sanggar. Tema melukis dilarang menggambarkan peperangan atau kekerasan alasannya ialah akan membentuk pikiran atau pribadi anak yang keras dan badung. Melalui melukis membentuk anak yang kreatif terampil, bertanggung jawaban, dan percaya diri. Tema lukisan ditentukan anak sendiri sesuai dengan pengalaman dan idenya.
  2. Pembelajaran seni lukis anak yang dikembangkan di sanggar Pratista memakai tema sesuai pilihan anak sendiri. Hal ini dilakukan supaya anak menjadi senang dan sanggup membuatkan kreasi anak sendiri sesuai idenya. Anak juga melukiskan tema lingkungan sesuai dengan daya tangkap anak terhadap lingkungan mereka tinggal.
  3. Strategi pembelajaran seni lukis anak di Sanggar Pratista memakai model pembelajaran individual dengan metode pemdiberian contoh. Pemdiberian teladan bukan untuk ditiru melainkan teladan sket pola dasar yang harus diteruskan dan dilengkapi oleh anak menjadi sebuah objek yang lengkap dan indah. Fungsi metode pemdiberian teladan intinya ialah untuk memotivasi anak supaya sanggup mengekspresikan imajinasinya dengan lancar. Pemdiberian teladan cukup efektif untuk memotivasi anak berguru keterampilan berekspresi, keterampilan penerapan warna, dan keterampilan menemukan bentuk baru.
  4. Media pembelajaran melukis memakai spidol hitam, crayon, dan cat air. Media melukis tersebut dipakai secara bersamaan saling mengisi (mixed media
  5. Penilaian pembelajaran seni lukis anak di Sanggar Pratista memakai penilaian pada simpulan paket jadwal untuk mengisi sertipikat tanda tamat belajar. Pada kegiatan melukis harian pembimbing sanggar memdiberi Koreksi dan masukan untuk membangun dan memperbaiki karya anak. Penilaian simpulan karya lukis memakai kriteria proses dengan indikator (1) kelancaran membuat sket, (2) penuangan ide, (3) kesiapan materi dan alat, (4) pemahaman tema, (5) ketekunan, (6) kefokusan, dan (7) percaya diri. Penilaian hasil karya dengan kriteria (1) Kesesuaian tema, (2) kreativitas, (3) asliitas, (4) pewarnaan, (5) harmoni keseluruhan. Kedua hasil penilaian ini kemudian digabung menjadi satu nilai simpulan untuk menentukan kelulusan.
1. Hasil karya seni lukis anak Sanggar Pratista baik, indah, dan dinamis dengan penerapan ukiran dan warna tebal dan kuat. Penggambaran objek utama dibuat dinamis bervariatif sehingga nampak indah dan unik. Pembuatan latar belakang bervariasi dan masih nampak ada kesan stereotipe. Penggunaan warna warna berpengaruh dengan imbas pastel kombinasi dengan cat air mempersembahkan kesan yang lebih anggun dan mantap. Karya anak menggambarkan dunia anak dengan tema pilihannya sendiri sesuai pengalaman dalam kehidupannya. Jika anak melukiskan kehidupan anak salah satu tokoh sentral dalam tema lukisan ialah pelukisnya sendiri.

Daftar Pustaka;
  • Diknas. 2002. Acuan sajian pembelajaran pada kelompok bermain. Jakarta: Dirpaud.
  • Dimyati. 1999.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
  • Freire Paulo.1999. Politik Pendidikan, Kebudayaan, kekuasaan, dan Pembebasan.Terjemahan Agus prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  • Hamalik Umar. 1994.Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Trigenda Karya.
  • Herawati Ida Siti, Idris.1999. Pendidikan seni rupa, Depdiknas: Dikti
  • Gafur. 2007. Model, Strategi, dan Metode pembelajaran. Yogyakarta: UNY
  • Kock Heinz. 1986. Saya Guru Yang Baik. Yogyakarta: Kanisius.
  • Kemis, S. & Mc Taggart, R. (1998) The Action Research Planner. 3rd ed. Victoria: Deakin University.
  • Martono.2007. Pembekajaran keterampilan anak usia dini. Diktat Kulaih PAUD. Yogyakarta: FIP
  • Mattil Edward.1971.Meaning In Craft. New Jersey:Prentice Hall.
  • Moleong. 1999. Metodologi penelitian kualtatif. Bandung: Rosdakarya
  • Sudjana.1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
  • Sukamto Tuti dan Winataputra Saripudin Udin. 1994. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.
  • Suyanto Slamet.2005. Dasar-dasar prndidikan anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat
  • Tilaar HAR.1999.Pendidikan,Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
  • The Liang Gie. 1996. Filsafat seni sebuah pengantar. Yogyakarta: PUBIB
  • Usman Moh. Uzer. 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung.

LihatTutupKomentar