TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Tentang Hubungan Masyarakat (Humas)
1.1. Definisi Hubungan Masyarakat (Humas)
Istilah “hubungan masyarakat “ yang disingkat humas ialah terjemahan dari istilah public relations yang biasa disingkat PR. Secara terminologis terjemahan tersebut kurang tepat. Kurang sempurna lantaran terjemahan tersebut menyangkut kasus makna istilah public. Terjemahan relations menjadi “hubungan” sanggup dinilai tepat, tetapi terjemahan public menjadi “masyarakat” sepertinya kurang kena, alasannya “masyarakat” mengarah ke pengertian society, sedangkan samasukan kegiatan public relations bukanlah seluruh insan yang menghuni suatu wilayah di sebuah negara. Sungguh banyak literatur yang sudah diterbitkan para andal public relations di negara-negara yang sudah maju, yang masing-masing sudah mengetengahkan definisinya dengan pendekatan disiplin ilmu yang tidak sama.
Menurut penelitian yang pernah diadakan di Amerika Serikat, terdapat 2000 orang terkemuka di bidang Humas sudah membuat definisi wacana PR.
Adapun definisi Hubungan Masyarakat berdasarkan beberapa andal ialah sebagai diberikut :
Menurut J.C. Seidel, eksekutif PR, Division of Housing, State New York :
“Public Relations ialah proses yang kontinyu dari usaha-usaha administrasi untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas. Ke dalam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri, sedangkan keluar mempersembahkan pernyataan-pernyataan”.
Menurut W.Emerson Reck, eksekutif PR Universitas Colgate :
“ Public Relations ialah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok supaya individu atau forum tersebut memperoleh kepercayaan atau goodwill (kemauan baik) dari publik”.
Definisi berdasarkan Howard Bonham, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika Serikat :
“ Public Relations ialah suatu seni untuk membuat pengertian publik yang lebih baik, yang sanggup memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi atau perusahaan”.
Menurut L. Bernays :
“ Public Relations mempunyai tiga arti : (1) penerangan kepada publik; (2) persuasi ditujukan kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku; (3) upaya untuk menyatukan sikap dan sikap suatu lembaga”.
Menurut Cutlip, Center dan Brown :
“ Public Relations ialah fungsi administrasi secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kolaborasi antara organisasi dengan publiknya”
Dari definisi-definisi tersebut di atas sanggup diketahui bahwa Humas ialah fungsi administrasi yang memmenolong membuat dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi atau forum dengan publiknya secara kontinyu, sehingga forum tersebut mendapatkan kepercayaan dari publiknya.
1.2. Tujuan Humas
Mengenai tujuan Humas, didalam definisi-definisi yang sudah diuraikan, banyak yang menunjukkan dengan terperinci tujuan bidang ini. Untuk mencapai tujuan itu, diantaranya ialah mengembangkan good will dan memperoleh opini publik yang favourable atau membuat kolaborasi berdasarkan korelasi yang serasi dengan banyak sekali publik.
Secara umum, ada sekitar 14 tujuan humas. Dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan humas dari sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok berdasarkan M Linggar Anggoro dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan ialah sebagai diberikut :
- Untuk mengubah gambaran umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan gres yang dilakukan oleh perusahaan.
- Untuk menyebarluaskan suatu dongeng sukses yang sudah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
- Untuk memperbaiki korelasi antara perusahaan dengan khalayaknya, sehubungan dengan sudah terjadinya suatu insiden yang menjadikan kecaman, kesangsian atau salah paham dikalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan.
- Untuk menyebarluaskan guaka informasi terkena aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan dalam kehidupan social sehari-hari.
- Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar-pasar baru.
1.3. Fungsi Humas
Humas secara fundamental menjadi tanggung tanggapan dari Top Management (pimpinan puncak). Fungsi Humas sanggup diharapkan sebagai “mata”, “telinga”, dan “tangan kanan” pimpinan puncak perusahaan.
Menurut Cutlip dan Center serta Canfield ibarat yang dikutip Onong Uchjana Effendy, fungsi Humas ialah sebagai diberikut :
- Menunjang kegiatan administrasi dalam mencapai tujuan organisasi;
- Membina korelasi serasi antara organisasi dengan publik, baik publik intern maupun ekstern;
- Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan mengembangkan informasi dan organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi;
- Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.(effendy,2002:36 )
Bagi Humas untuk forum pemerintahan, R. Umar Saleh ibarat yang dikutip oleh Ali Syarief mengemukakan fungsi Humas tersebut ialah sebagai diberikut :
- Mempelajari hasrat, kehendak dan aspirasi masyarakat.
- Memdiberikan nasehat apa yang sebaiknya dikehendaki oleh publik
- Mengusahakan korelasi atau kontak yang memuaskan antara publik dengan petugas pemerintah.
- Memdiberikan penerangan atau klarifikasi apa yang dikerjakan oleh suatu dinas pemerintah..(Syarief, 1989:11)
Profesi Humas dengan banyak sekali kegiatan dan tantangan yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya menyangkut unsur-unsur Citra baik (good image), itikad baik (goodwill ), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual appreciations) dan Toleransi (tolerance).
1.4. Kegiatan Humas
Kegiatan Humas harus dikerahkan kedalam dan keluar. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kedalam disebut Internal Public Relations dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan keluar disebut External Public Relations.
A. Internal Public Relations
Untuk membuat suasana sangat senang dan bagi laba suatu lembaga, komunikasi yang bersifat “two-way communication” penting sekali dan mutlak harus ada, yaitu komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan, yang ialah “feed back”, yang berdasarkan pada “good human relations” sesuai dengan prinsip tiruana public relations.
Oleh lantaran itu, ialah kiprah seorang PRO (Public Relations Officer) untuk menyelenggarakan komunikasi yang sifatnya persuasif dan informatif. Seorang PRO harus mengadakan analisa terkena apa yang sudah dilaksanakan di dalam internal public relations, mengadakan survey wacana “attitudes” para karyawan terhadap instansinya, budi instansi dan kegiatan-kegiatannya.
Menurut Oemi Abdurrachman komunikasi yang informatif dan persuasif sanggup dilaksanakan dengan :
- Tertulis, yaitu memakai surat-surat, papers, bulletin, brosur dan lain-lain.
- Lisan, yaitu dengan mengadakan briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah.
- Conselling, dengan meyediakan beberapa anggota staf yang sudah menerima tes atau pendidikan untuk mempersembahkan nasehat-nasehat kepada karyawan, turut memecahkan masalah-masalah pribadi mereka atau mendiskusikannya bersama-sama. (Abdurrachman, 2001:35).
Adalah penting untuk memahami individu-individu, latar belakang dan sikap ibarat yang mereka lakukan. Penting untuk memahami keinginan-keinginannya, harapan-harapannya dan ambisi-ambisinya, bahkan memahami prasangka-prasangkanya.
melaluiataubersamaini demikian, maka seorang PRO harus mengetahui dan memahami wacana segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan atau kebutuhan para karyawan sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dan kepentingan instansi atau lembaga.
Pengertian External dan Internal Public Relations
Pengertian External dan Internal Public Relations
Internal Public Relations yang baik ialah yang memperlakukan tiap karyawan dengan sikap yang sama, tanpa membeda-bedakan tingkat, pendidikan dan lain-lain. Salah satu perjuangan Internal Public Relations yang sanggup menunjukkan perhatian terhadap kemajuan atau kepentingan karyawan diantaranya mengadakan upgrading atau memdiberi peluang pada mereka untuk mengikuti pendidikan lainnya yang secara psikologis sanggup menaikkan martabat mereka.
B. External Public Relations
Tugas penting External Public Relations ialah mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasif, yang ditujukan kepada publik di luar instansi tersebut. Informasi harus didiberikan dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus teliti. Sebab publik mempunyai hak untuk mengetahui keadaan yang sebetulnya wacana sesuatu yang menyangkut kepentingannya.
Publik kadang kala sangat kritis. Oleh lantaran itu sikap yang correct dan ramah ialah salah satu syarat dalam berkomunikasi dengan publik, tanpa terpengaruh oleh “appearance”, “personality”, kata-kata mereka dan sebagainya. Penilaian publik terhadap suatu forum bukan saja soal pelayanannya, kegiatan-kegiatannya, dan para anggotanya, tapi juga terkena keseluruhan yang meliputi tubuh tersebut.
Menurut Oemi Abdurrachman komunikasi dengan external public sanggup diselenggarakan diantaranya dengan:
- Kontak Pribadi (Personal contact)
- Press release
- Press relations
- Press conference & press briefing
- Publicity
- Radio dan Televisi
- Film
- Media komunikasi dan informasi lainnya.(Abdurrachman,2001: 40).
Kutipan diatas jikalau diuraikan ialah sebagai diberikut :
1. Kontak Pribadi (Personal contact)
Unsur yang penting dalam korelasi ini ialah perlakuan terhadap perorangan-perorangan yang berafiliasi dengan tubuh atau instansi. Di dalam “government public relations” hal ini perlu mendapatkan perhatian yang fokus dan harus ditekankan kepada para karyawan, bahwa “government public relations” itu tidak cukup spesialuntuk dengan mempersembahkan penjelasan-penjelasan pada seseorang baik secara verbal maupun secara tertulis. Yang sangat penting ialah perlu adanya perhatian terhadap reaksi tiap individu sebagai seorang masyarakat negara terhadap para karyawan wacana bagaimana mereka melaksanakan kewajibannya.
2. Press release
Dalam menyiapkan press release hendaknya diperhatikan soal-soal teknis terkena penyusunan dan pengetikan “message” dan distribusinya. Formula ”who, what, where, when, why” dilarang dilupakan dalam penyajian press release.
3. Press relations
Penting sekali dalam Hubungan Masyarakat bagi seorang pelaksana Humas untuk mempunyai korelasi yang baik dengan para pemimpin atau wakil surat-surat kabar, majalah-majalah, kolumnis-kolumnis, penulis-penulis feature, pemimpin radio dan televisi dan sebagainya.tetapi perlu dicatat, korelasi pribadi antara seorang PRO dengan petugas-petugas pers tadi tidak berarti bahwa PRO itu harus mendapatkan pelayanan yang istimewa dari mereka. Hubungan pribadi harus dipelihara dan harus berdasarkan integritas profesi. Seorang Humas harus melaksanakan tiruana media sama.
4. Press conference & press briefing
Dalam keadaan-keadaan tertentu dan terkena pengumuman-pengumuman tertentu, dianjurkan untuk menyelenggarakan pers conference daripada spesialuntuk mempersembahkan press release saja. Pers conference spesialuntuk diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting saja di suatu instansi atau badan. Instansi sanggup mengadakan pers conference atas inisiatifnya sendiri atau atas ajakan wakil-wakil pers sendiri.
5. Publicity
Pada hakekatnya publicity ialah diberita yang ditulis dalam surat-surat kabar atau majalah-majalah atau yang disiarkan melalui radio atau televisi, yang penuh dengan Human Interest dan menarikdanunik perhatian publik terkena kegiatan-kegiatan atau pernyataan-pernyataan orang-orang yang prominently involved.
6. Radio dan Televisi
melaluiataubersamaini radio dan transistor, ialah satu-satunya penghubung antara insan dengan dunia, satu-satunya saluran untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan tanpa mengenal jarak dan illiteracy (buta huruf).
7. Film
Ini sanggup berupa film dokumentasi, hiburan yang meliputi informasi-informasi, pendidikan dan sebagainya. Pada berilmu balig cukup akal ini film banyak dipakai dalam public relations, bukan saja untuk internal public tapi juga untuk external public.
8. Media komunikasi dan informasi lainnya.
Selain dengan memakai media yang sudah dikemukakan di atas, masih banyak cara-cara lain untuk mengembangkan suatu informasi dan mengadakan korelasi dengan publik. Diantaranya dengan memakai kartu pos bergambar, telepon, ceramah, mengadakan kunjungan-kunjungan dan sebagainya.
1.5. Proses Humas
Di dalam prakteknya usaha-usaha pengorganisasian suatu proyek kegiatan, intinya diarahkan untuk mencapai adaptasi secara serasi antara forum di satu pihak dengan publiknya di lain pihak. Penyesuaian-penyesuaian itu ditandai dengan pertukaran opini dan informasi antara kedua unsur tersebut.
Begitu pula langkah-langkah pertama tindakan Humas sebetulnya memahami doloe medan tempur yang akan menjadi samasukan tujuan kegiatannya. Model ini ialah konsepsi strategis yang sudah usang dikenal dan dipelajari orang. Menurut Lincoln ibarat yang dikutip oleh Ali Syarief, menyampaikan bahwa :
“Apabila pertama kita memahami dimana kita berada dan kemana arah tujuan kita, kita sanggup menetapkan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana pelaksanaannya” (Syarief, 1989:12)
Memahami konsepsi di atas, maka di dalam proses tindakan pertama kegiatan Humas, pertama-tama kita harus memahami betul permasalahan-permasalahan yang menyangkut dengan kedua khalayak samasukan Humas, yaitu dengan melaksanakan :
1. Pengumpulan Fakta (Fact Finding)
Langkah pengumpulan data, fakta dan informasi terkena kasus publik internal dan publik eksternal begitu penting adanya. Suatu permasalahan atau problema organisasi yang harus dipecahkan, spesialuntuk akan sanggup terselesaikan dengan tuntas mana kala upaya-upaya pemecahannya sempurna terkena samasukannya. Disini tentu dituntut kemampuan dan keahlian dalam pengambilan keputusan untuk menentukan alternatif yang baik. Esensi dari pengambilan keputusan atau decision making ialah tersedianya informasi, data dan fakta yang benar-benar mempunyai nilai validitas yang tinggi. Ketajaman diagnosa terhadap kasus yang dihadapi akan sangat tergantung kepada tersedianya data, fakta dan informasi yang akurat.
Nilai suatu data, fakta dan informasi yang mempunyai validitas tinggi itu akan ditentukan oleh nilai-nilai relevansinya dengan kasus yang dihadapi, akurasi, sempurna waktu dan tidak mempunyai unsur kecurigaan terhadap data, fa kta dan informasi tersebut. Karena itu, cara pemilihan dan pengumpulan data, fakta dan informasi tersebut harus benar-benar baik, yaitu sumbernya sanggup dipercaya, isi atau information content nya benar dan sempurna waktu.
2. Perencanaan (Planning)
Proses kedua dari Humas ini, sehabis menumpulkan data dan informasi tadi ialah menyusun planning tindakan untuk memecahkan banyak sekali kasus dan mencapai tujuan yang sudah dirumuskan definisinya, kemudian disusun pula usaha-usaha penanggulangannya, dengan kata lain sudah diketahui terapinya, maka barulah disusun suatu planning yang baik.
Perencanaan yang baik ialah kemampuan mengantisipasi masa depan dengan tepat. Sesuai dengan pendapat spesialis perencanaan R.A Ackoff ibarat yang dikutip oleh Ali Syarief bahwa : “Perencanaan ialah suatu proses antisipasi pengambilan keputusan” (Syarief, 1989:13).
Suatu planning yang baik bukan spesialuntuk ramalan-ramalan masa depan atau suatu studi masa depan yang tidak realistis, melainkan suatu proses penghayatan terhadap masa lalu, penelitian yang tajam terhadap kasus yang timbul dan berorientasi ke masa depan.
Hal yang penting dalam penyusunan planning ialah perumusan tujuan dengan jelas, penentuan waktu dengan tepat, penentuan kriteria atau tolak ukur keberhasilannya dan penentuan alokasi sumber-sumber pendukungnya.
3. Pelaksanaan Program (Implementasi)
Pada tahap ketiga ini ialah pelaksanaan atau implementasi planning proyek kegiatan Humas. Pada fase ketiga ini sebetulnya tidak lebih dari pengorganisasian, penataan dan pelaksanaannya itu sendiri.
Implementasi ini hendaknya mengacu kepada perencanan yang sudah dibuat. Ikuti setiap kegiatan berdasarkan Flow chart yang sudah disusun. Sesuaikan dengan waktu yang sudah ditentukan dan mobilisir tiruana potensi yang sudah disiapkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan tadi dengan baik.
Suatu implementasi yang baik, biasanya mengpertamai kegiatan tersebut dengan mengadakan suatu pelatihan khusus kepada seluruh personel yang akan terlibat dengan kegiatan tadi. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa acara berjalan dengan baik dan personel yang terlibat benar-benar terlatih dengan baik pula. Tinjau kembali kegiatan-kegiatan inti yang mungkin perlu proteksi khusus atau fasilitas-fasilitas lebih yang dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan acara kegiatan.
4. Penilaian atau Evaluasi
Proses selesai dari suatu operasi Humas ialah tahap penilaian atau evaluasi. Evaluasi atau penilaian itu dimaksudkan sebagai upaya untuk mengukur dan melihat sejauhmana suatu acara itu sanggup kuat atau mencapai harapan-harapan yang diinginkan atau ditentukan sebelumnya. Karena itu penilaian erat kaitannya dengan perencanaan yang sudah disusun sebelumnya.
Pelaksanaan penilaian harus sudah dimulai sebelum suatu acara dilaksanakan hingga acara dilaksanakan. Evaluasi yang biasa dilakukan sebelum acara dimulai biasa disebut “pre test” atau penilaian pertama. Kemudian penilaian yang dilaksanakan sehabis acara selesai dilakukan biasa disebut dengan “post test” atau penilaian tahap akhir.
Tindakan penilaian sanggup dilakukan pada waktu pelaksanaan disusun di tahap perencanaan, hingga pada tahap selesai implementasinya. Ini dimaksudkan supaya setiap deviasi dari planning atau penyimpangan-penyimpangan sanggup diluruskan kembali sesuai dengan fatwa atau pola pelaksanaan program.
Komponen-komponen penilaian biasa terdiri dari empat hal yang dinilai, yaitu :
- Jangkauan audience yang dituju, yaitu untuk mengetahui sejauhmana khalayak samasukan yang dituju atau siapa saja yang menjadi samasukan, menyangkut daerah wilayah domosili mereka, agama serta strata social lainnya.
- Respons audience, untuk mengetahui sejauhmana tanggapan audience terhadap acara yang sedang dan sudah dilaksanakan. Karena, tingkat tinggi rendahnya respon seseorang terhadap acara yang dilaksanakan menentukkan keberhasilan acara itu sendiri.
- Pengaruh-pengaruh komunikasi, ini tentu saja sesuai dengan maksud yang dikandung sendiri oleh selesai dari suatu kegiatan komunikasi, yaitu perubahan sikap dan sikap seseorang.
- Proses influence, disini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana seseorang sanggup merubah perilakunya lantaran akhir dari acara yang dilaksanakan. Apakah berubah lantaran efek pribadi atau berubah lantaran efek atau dorongan lingkungan sosialnya atau lantaran proses sadar yang ada dalam dirinya, dan lain-lain.
Proses Humas ibarat yang sudah dijelaskan di atas, sanggup dilihat pada denah 2.1 diberikut :
PROSES HUMAS
2. Tinjuan Tentang Peranan
Peranan dalam engkaus Bahasa Indonesia ialah :
“Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (engkaus B. Indonesia, 2000:751).
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam engkaus Komunikasi peranan ialah :
“Sesuatu yang menjadi belahan atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa” (Effendy, 1986:315).
Menurut Dozier, D. M sebagaimana dikutip oleh Rosady Ruslan menyampaikan bahwa :
“Peranan praktisi PR dalam suatu organisasi atau perusahaan ialah salah satu kunci untuk memahami fungsi PR dan komunikasi organisasi, disamping itu juga ialah kunci untuk pengembangan peranan praktisi PR atau Humas dan pencapaian professional dalam PR” (Ruslan, 1997: 21)
Semakin maju dan berkembangnya suatu perusahaan maka acara yang terjadi pun akan semakin komplek, dengan adanya pengendalian yang sangat besar pula pengaruhnya terhadap pimpinan suatu perusahaan yang dikelolanya. Di dalam suatu perusahaan peranan Humas sangat dibutuhkan lantaran ialah salah satu kunci perusahaan yang tahu bagaimana keadaan administrasi lembaga.
Pengertian Opini Publik Menurut Para Ahli
Pengertian Opini Publik Menurut Para Ahli
Peranan yang dibahas dalam penelitian ini ialah peranan yang terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan sikap, untuk mencapai tujuan penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan Humas Kantor Departemen Agama Kabupaten Cianjur dalam Menanggapi Opini Publik pada Instansinya, maka dari itulah Humas Kantor Departemen Agama Kabupaten Cianjur harus bisa menanggapi opini publik secara persuasif dan informatif supaya terjalin korelasi yang serasi antara Humas dengan publiknya..
3. Tinjauan Tentang Opini Publik
3.1. Pengertian Opini
Opini atau pendapat ialah jawabanan terbuka terhadap suatu problem atau isu ataupun jawabanan yang ditetapkan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan.
Opini sanggup ditetapkan secara aktif maupun secara pasif. Opini juga sanggup ditetapkan secara verbal (overt opinion), terbuka dengan kata-kata yang sanggup ditafsirkan secara jelas, ataupun melalui plihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara pribadi sanggup diartikan.
Menurut Vincent Price ibarat yang dikutip Djoenaesih, mengemukakan bahwa overt opinion ialah “menyatakan pendapat dengan banyak sekali macam kegiatan atau mengemukakan kegiatan-kegiatan yang menjadi perhatian bersama dengan tata cara sikap yang khas”. (Djoenaesih, 1996: 88)
Memahami opini seseorang, apalagi opini publik, bukanlah hal yang sederhana. Opini sendiri mempunyai kaitan yang erat dengan sikap (attitude). R.P. Abelson ibarat yang dikutip oleh Djoenaesih, sebut bahwa opini mempunyai unsur sebagai molekul opini yaitu:
- Belief (kepercayaan wacana sesuatu)
- Attitude (apa yang sebetulnya dirasakan seseorang)
- Perception (persepsi), yaitu proses memdiberi makna pada sesuatu, sehingga memperoleh pengetahuan yang baru.(Djoenaesih, 1996: 88).
3.2. Pengertian Publik
Pengertian Publik ibarat yang dikemukakan oleh Oemi Abdurrachman, dalam bukunya Public Relations (2001:28) ialah sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Public sanggup ialah group kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga sanggup ialah kelompok besar.
Adapun terdapat beberapa pendapat yang tidak sama dari para andal terkena pengertian Publik diantaranya ialah sebagai diberikut :
Menurut Soerjono Soekamto SH, MA :
“Publik berupa kelompok yang tidak ialah kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak pribadi melalui media komunikasi, baik media komunikasi secara umum contohnya pembicaraan-pembicaraan secara pribadi, desas-desus, melalui media komunikasi massa ibarat pers, radio, televisi dan sebagainya”.
Menurut Herbert Blumer, yang dikutip oleh Dr. Phil Astrid S. Susanto :
Perkataan Publik melukiskan kelompok insan yang berkumpul secara impulsif dengan syarat-syarat :
- Dihadapi oleh suatu problem (issue).
- Berbeda pendapatnya terkena problem ini dan berusaha untuk mengatasi persoalannya.
- Sebagai akhir keinginan mengadakan diskusi dengan mencari jalan keluar.
Menurut Emory S. Bogardus :
“Publik ialah sejumlah orang yang dengan suatu cara mempunyai pandangan yang sama terkena suatu kasus atau setidaknya mempunyai kepentingan bersama dalam sesuatu hal. Sejumlah orang tersebut antara yang satu dan yang lain sanggup tidak kenal mengenal satu sama lain, akan tetapi sebetulnya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap sesuatu masalah”.
Dari banyak sekali pendapat tersebut, Djoenaesih S. Sunarjo, dalam bukunya Opini Publik, menyampaikan bahwa apabila disimpulkan pengertian publik mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut :
- Suatu kelompok insan yang tidak ialah kesatuan (kelompok tidak teratur).
- Interaksi terjadi secara tidak pribadi biasanya melalui media massa.
- Perilaku publik didasarkan kepada sikap individu.
- Tidak saling kenal mengenal satu sama lain dan terdiri dari banyak sekali lapisan masyarakat..
- Mempunyai minat yang sama tersebut belum tentu mempunyai opini tau pendapat yang sama terhadap sesuatu masalah.
- Berusaha untuk mengatasi kasus tersebut.
- Adanya diskusi social lantaran itu publik ada “kecenderungan untuk berpikir secara rasional” (Djoenaesih, 1996:22).
3.3. Pengertian Opini Publik
Opini publik berasal dari bahasa Inggris Public Opinion yang sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pendapat umum.
Leonard W Doob ibarat yang dikutip Djoenaesih, mengemukakan bahwa “ public opinion refers to people’s attitude on an issue they are members of the same social group”. Artinya, opini publik yang dimaksudkan ialah sikap orang-orang terkena suatu hal, di mana mereka ialah anggota dari sebuah masyarakat yang sama. (Djoenaesih, 1996: 28).
Menurut William Albig sebagaimana dikutip oleh Oemi Abdurrachman opini publik ialah : “hasil daripada interaksi antara individu-individu dalam kelompok apa saja”. Artinya :
- Opini publik timbul lantaran adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan pendapatnya.
- Opini publik gres menjadi opini bila hal tersebut sudah ditetapkan. (abdurrachman, 2001:51)
Menurut Emory Bogardus ibarat yang dikutip Oemi Abdurrachman :
”Opini publik ialah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat demokratis. Opini publik bukan ialah seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan”. ( abdurrachman, 2001:51).
melaluiataubersamaini demikian, opini publik itu berarti :
- Bukan ialah kata setuju (seinstemig, unanimous) tetapi ialah persatuan pendapat atau sinthesa dari pada pendapat yang banyak.
- Tidak ialah jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical” (numerik,menurut jumlah), berapa jumlah orang yang terdapat di masing-masing pihak,
- Opini publik spesialuntuk sanggup berkembang di negara-negara demokratis dimana terdapat kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya dengan lisan, tertulis, gambar-gambar, kode dan lambang-lambang lainnya.
3.4. Istilah-istilah Opini Publik
Terdapat beberapa istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan pengertian opini publik. Menurut Emory S Bogardus istilah-istilah tersebut ialah :
- Opini Persona (Personal Opinion)
- Opini Pribadi (Private Opinion)
- Opini Kelompok (Group Opinion)
- Opini Mayoritas (Majority Opinion)
- Opini Minoritas (Minority Opinion)
- Opini Koalisai (Coalition Opinion
- Opini Konsensus (Concensus Opinion)
- Opini Umum (General Opinion)
Kutipan di atas, jikalau diuraikan ialah sebagai diberikut :
Opini Persona (Personal Opinion)
Personal opinion ialah penafsiran individual terkena banyak sekali kasus di mana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama. Namun ada pula yang mengambarkan bahwa opini persona itu ialah suatu penafsiran terkena fakta-fakta yang dihadapi, di mana dalam penafsiran itu terdapat kesusahan untuk memdiberi pembuktian atau penentangan dengan segera.
Sumber opini persona sebetulnya sangat susah diketahui bahkan oleh orang yang berkepentingan sendiri, lantaran seseorang tidak sanggup memastikan berapa banyak ide-ide yang dimilikinya, manakah yang tumbuh dari pikirannya sendiri dan mana pula yang terjadi lantaran efek kawan-kawannya. melaluiataubersamaini demikian, pertumbuhan opini persona berjalan efek mempengaruhi secara timbal balik.
Opini Pribadi (Private Opinion)
Opini pribadi ialah suatu belahan dari opini persona yang tidak ditetapkan. Secara jelasnya opini pribadi itu tidak ditetapkan secara terbuka lantaran adanya alasan-alasan tertentu tersimpan secara pribadi dalam hati sanubari orang yang bersangkutan. Opini pribadi ini ialah aspek yang sangat penting bagi berkembangnya opini persona.
Opini Kelompok (Group Opinion)
Opini yang dimiliki oleh seseorang ialah ialah suatu belahan dari opini kelompok. Suatu kelompok selalu mempunyai nilai dan norma-norma yang kuat sekali bagi tindakan dan pikiran para anggotanya lantaran mempunyai sangsi-sangsi sosial. Adanya opini kelompok spesialuntuklah dimungkinkan lantaran adanya opini persona.
a. Opini Mayoritas (Majority Opinion)
Opini secara umum dikuasai ialah opini yang ditetapkan atau sedikitnya dirasakan oleh lebih dari setengah dari suatu kelompok atau suatu lingkungan. Opini secara umum dikuasai sangat mungkin didukung oleh orang-orang yang lantaran suatu kepentingan terpaksa menyatakan opini tertentu meskipun opini tersebut berperihalan dengan opini yang dimilikinya sendiri. Akan tetapi, opini secara umum dikuasai tidak selalu harus dengan cara yang kurang baik lantaran baik buruknya suatu cara itu tergantung dari mana kita memandangnya, tergantung pula pada kepentingannya.
b. Opini Minoritas (Minority Opinion)
Opini minoritas ialah suatu konklusi yang didukung oleh kurang lebih separuh jumlah anggota kelompok yang berkepentingan.
Opini Koalisi (Coalition Opinion)
Opini koalisi tumbuh lantaran pengaruh-pengaruh dari luar yang memerlukan penggabungan opini. Misalnya, dalam suatu kelompok kadang kala tidak terdapat opini mayoritas, yang ada spesialuntuklah opini minoritas. Untuk itu dibutuhkan adanya suatu acara bersama, maka beberapa opini minoritas menggabungkan diri supaya sanggup mewujudkan suatu opini mayoritas. Biasanya opini koalisi ini jarang sekali sanggup mewujudkan suatu opini secara umum dikuasai yang benar-benar terintegrasi lantaran sifatnya yang heterogen.
Opini Konsensus (Concensus Opinion)
Opini konsensus sangat penting lantaran diwujudkan dengan proses diskusi. konsensus berarti mufakat bersama, lantaran itu opini konsensus ialah bentuk opini yang mempunyai kekuatan lebih dari opini mayoritas. Dalam opini konsensus para pendukungnya saling mempunyai empati satu sama lain, segala sesuatu diselesaikan secara mufakat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bersama sehingga tercapai kata sepakat. Kelemahan opini ini ialah apabila tiruana orang sudah setuju terhadap suatu kasus maka perhatian selanjutnya akan menurun sedangkan klarifikasi suatu konsensus jadinya akan ditangani oleh sebagian kecil orang yang aktif saja.
Opini Umum (General Opinion)
Bentuk opini lain yang sifatnya lebih kuat di tengah kehidupan masyarakat ialah opini umum. Opini umum ini ialah opini yang berakar kepada tradisi serta adapt istiadat, berkembang dari lampau hingga dikala ini. Opini umum biasanya berdasarkan nilai dan norma-norma yang berwujud sanksi-sanksi sosial. melaluiataubersamaini demikian opini umum ialah iklim sosial di mana sebagian besar bersumber pada opini persona, opini kelompok dan juga opini publik.
3.5. Proses Pembentukan Opini
Kejadian-kejadian terkena manusia, baik yang terkena soal pribadi, maupun kelompok, terkena “public issues” dan kegiatan-kegiatan lainnya yang “unusual” dan nyata selalu ialah topipembicaraan atau diskusi dalam keluarga dan didalam masyarakat.
Proses pembentukan pertama opini berasal dari keluarga, sehingga dikatakan bahwa keluarga sebagai “The First Molder” dalam pembentukan opini tiap individu.
Problema-problema di dalam Humas berakar dari perbedaan-perbedaan persepsi antara dua orang atau lebih, yang akan membentuk suatu opini publik tertentu. Nilai-nilai individual biasanya berangkat dari sifat-sifat pribadinya.
Masing-masing individu biasanya mengemukakan penilaian dan pendapatnya wacana apa yng mereka lihat dan dengar wacana insan secara individu maupun kelompok. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan fakta, tapi ada juga yang berdasarkan : sentimen, prinsip, cita-cita dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan oleh masing-masing individu tersebut tanpa disadarinya, sudah terlibat dalam “proses pembentukan opini publik”.
3.6. Perubahan Opini (Opini Change)
Opini akan cepat berkembang dan cepat pula berubah. Opini akan berubah apabila terjadi suatu stimulasi dari luar dan berkaitan dengan interest-interest yang ada dalam diri seseorang. Suatu teori yang diketengahkan oleh Leon Festinger yaitu “Cognitif Dissonance” perlu dikemukakan untuk memmenolong memahami kecenderungan-kecenderungan kejiwaan dalam membentuk deretan opini dan perubahan-perubahan sikap.
Festinger ibarat yang dikutip oleh Ali Syarief menyatakan teorinya sebagai diberikut :
“Setiap dikala seseorang yang mempunyai informasi atau opini dengan pertimbangan dirinya untuk bergabung ke dalam suatu tindakan tertentu, kemudian informasi atau opini ini tidak mempunyai keharmonisan untuk bergabung dalam tindakan tersebut. Ketika ketidakharmonisan eksis, seseorang akan mencoba untuk menurunkannya atau mengalihkan keyakinan dan opininya. Apabila beliau tidak bisa merubah tindakan-tindakannya, perubahan opini akan mengikuti hasil-hasilnya. Proses psikologis ini yang sanggup disebut sebagai dissonance reduction, mengambarkan dalam penelaahan sikap orang sebagai justifikasi terhadap tindakan-tindakan…..Apabila dissonance muncul, dissonance reduction berupaya pula muncul” (syarief, 1989:76).
Menurut Cutlip dan Center ibarat yang dikutip oleh Ali Syarief, perubahan opini ini dilihat dari aspek lain, sehingga terjadi lantaran dua hal, yaitu :
1. Komunikasi
Suatu kehidupan sosial ditandai oleh ciri-ciri pokok yaitu tindakan-tindakan komunikasi dan pengoperan pesan-pesan antar individual. Adapun aktifitas kelompok tidak akan terjadi tanpa adanya suatu andil pengalaman-pengalaman dari sikap-sikap. Komunikasi dimaksud ialah termasuk di dalamnya symbol of mind atau lambing pikiran, penyampaian maksud-maksud kepada mereka dan sekaligus pelestarian atas nilai-nilai mereka tersebut.
2. Sensor
Sensor ialah suatu upaya mempengaruhi opini melalui pemilihan apa yang orang lihat, apa yang dibaca atau didengarnya. Kaarena sesungguhnya opini itu terbentuk atas dasar sebagai fakta-fakta atau data-data secara lengkap dan utuh. Tentu saja opini yang didasakan pada sebagian data dengan fakta yang lengkap akan melahirkan opini yang tidak sama. (syarief, 1989:76)
Menurut James B Orrick “Opinion Change” harus dititik beratkan pada prinsip-prinsip psikologis. Adapun faktor-faktor yang bermanfaa, yang sanggup dijadikan petunjuk di dalam Humas ialah sebagai diberikut :
1. “Never Argue” (Jangan berbantah-bantahan atau berdebat)
Bagi seorang PRO petunjuk ini penting sekali untuk dipahami dan ditaati lantaran suatu argumen atau pendapat sanggup membangkitkan emosi dan antagonisme.
2. “Present Facts” (Kemukakan fakta-fakta)
Dapat menghindari perdebatan-perdebatan dan juga lebih efektif dari pada mempersembahkan analisa-analisa yang abstrakperihal suatu hal. Apabila publik mendapatkan fakta-fakta dan perubahan-perubahan yang nyata dan adil, maka publiknya pun akan bersedia merubah opininya.
3. “Positive Statement” (Pernyataan yang positif)
Pernyataan yang positif lebih efektif dari pada pernyataan-pernyataan yang negatif.
3.7. Pengaruh Opini Publik
Pengaruh opini publik yang dikembangkan oleh andal psikologi Hadley Cantril ibarat yang sudah diterjemahkan elvinaro, mencakupkan apa yang disebut the 15 “laws of public opinion”, yaitu :
- Opini sangat sensitif terhadap banyak sekali insiden penting.
- Peristiwa-peristiwa yang besar (luar biasa) sanggup mengubah opini publik seketika. Opini publik itu tidak akan stabil sebelum insiden itu menunjukkan perkembangan yang pasti.
- Opini secara umum lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa daripada kata-kata, kecuali kata-kata itu ialah suatu peristiwa.
- Pernyataan verbal dan tindakan penanggulangan spesialuntuk bisa dilakukan pada dikala opini terbentuk dan sewaktu orang-orang masih dalam keadaan galau dan mencarai keterangan dari sumber yang kredibel (layak dipercaya)
- Secara umum, opini publik tidak mengantisipasi suatu keadaan darurat, tetapi spesialuntuk bereaksi terhadap keadaan.
- Opini intinya ditentukan oleh kepentingan pribadi. Berbagai peristiwa, kata-kata dan hal-hal lain spesialuntuk sanggup mempengaruhi opini bila ada hubungannya dengan kepentingan pribadi (diri sendiri).
- Opini tidak bisa bertahan pada suatu periode panjang (gampang berubah), kecuali jikalau orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut atau jikalau opini yang dimunculkan oleh kata-kata diperkuat oleh suatu kejadian nyata.
- Jika kepentingan pribadi sudah melekat, tidak mudah mengubah opini.
- Sewaktu kepentingan pribadi sudah tersangkut, opini public dalam suatu negara demokrasi cenderung untuk menlampaui atau mengaarahkan kebijakan pemerintah atau pihak lain yang berwenang
- Sewaktu opini didukung secara umum dikuasai yang tidak begitu kuat atau opini dibuat tidak solid, insiden diberikutnya mudah sekali untuk mengubah opini.
- Pada dikala krisis, setiap orang menjadi lebih sensitif terhadap kecakapan pemimpin mereka.
- Orang-orang segan untuk menentang banyak sekali keputusan yang diambil oleh pemimpin mereka dalam keadaan kritis, apalagi bila mereka mereka merasa dilibatkan dalam mengambil keputusan.
- Orang-orang mempunyai dan bisa membentuk opini yang ada kaitannya dengan tujuan tertentu akan lebih mudah dibandingkan dengan membentuk opini wacana metode-metode yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Opini publik, sama halnya dengan opini individu, mengandung suatu keinginan. Apalagi opini spesialuntuk berdasarkan keinginan bukan suatu informasi, maka hak itu cenderung untuk menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap suatu peristiwa.
- Semakin orang-orang melihat terhadap demokrasi lantaran didiberinya peluang mengikuti pendidikan lebih tinggi dan siap mengakses informasi, maka opini publik akan mengacu kepada logika sehat dan cenderung mengemukakan opini publik yang lebih adil. (elvinaro, 2003:109)
4. Tinjauan Tanggapan Terhadap Opini Publik
Komunikator ialah orang yang akan memberikan informasi kepada komunikan untuk selanjutnya ditanggapi. Tanggapan ialah respon atau umpan balik yang didiberikan komunikan kepada komunikator sehabis mendapatkan informasi. Tanggapan yang didiberikan komunikan sanggup berupa pernyataan, sikap atau perilaku.
Menurut Kotler dalam bukunya Dasar-dasar Pemamasukan mengemukakan bahwa :
“Tanggapan ialah serangkaian reaksi dari peserta sehabis melihat atau mendengar wacana pesan yang dikirim oleh pihak pengirim. Pendengar akan menanggapi atau mengambil tindakan sehabis mendengar iklan tersebut.” (Kotler, 1992:107).
Onong Uchjana Effendy beropini bahwa :
“Tanggapan ialah sikap atau sikap seseorang dalam proses komunikasi ketika mendapatkan pesan yang ditujukan” (Effendy, 1989:30).
Dari beberapa definisi tanggapan di atas, menunjukkan bahwa tanggapan ialah pendapat yang didiberikan komunikan sehabis mendapatkan pesan, tanggapan tersebut sanggup berupa pernyataan, pandangan gres dan perubahan sikap baik positif maupun negatif.
Bertolak dari pengertian opini publik dan uraian di atas, peneliti sanggup melihat bahwa tanggapan sangat erat hubungannya dengan opini publik, dimana opini publik ialah pengintegrasian pendapat seseorang wacana suatu hal kepada seseorang atau suatu forum yang bermaksud untuk mendapatkan tanggapan dari seseorang atau forum yang didiberi opini tersebut.