-->
Pengertian Cerpen Pada Penelitian
OLAH RAGA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN JEMBRANA
I Pengetahuan dan Ruang Lingkup Materi
Sebelum menulis dongeng pendek siswa hendaknya mempunyai pengetahuan dasar ihwal pengertian, karakteristik, unsur-unsur pembentuk , antomi, metode menulis dongeng pendek,serta pengetahuan pendukung lainnya. Materi diberikut ialah materi pengembangan dari materi kelas X pada KD 1.2 semester I dan KD 13.1 dan KD 13.2 pada semester II. Yaitu ihwal unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam prosa fiksi. Sehingga berdasarkan hierarki materi pada Standar Isi dan Silabus, materi tersebut sanggup menuntun siswa untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai yaitu menulis dongeng pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri dan berdasarkan pengalaman orang lain.

1. Pengertian Cerpen
Sebelum kita mulai menulis cerpen, hal pertama yang perlu kita persiapkan yaitu pemahaman terhadap cerpen itu sendiri.Baik menyangkut pengertian, karakteristik, isi maupun bentuknya. 

Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku terkena apa itu cerpen. Kalangan sasterawan mempunyai rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- menyampaikan bahwa yang disebut dongeng pendek harus mempunyai potongan perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam goresan pena “Pengertian Cerpen” beropini bahwa yang disebut dongeng pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen yaitu salah satu ragam fiksi atau dongeng rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling berperihalan satu sama lain.

Hampir tiruananya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa dongeng pendek atau yang biasa disingkat cerpen yaitu dongeng rekaan yang pendek.Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, sepertinya pendapat pakar dongeng pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- lantaran secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara mudah ia sanggup diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai diberikut:Pertama, dongeng pendek harus pendek.

Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memdiberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti dongeng pendek harus ketat, tidak mengobral detail, obrolan spesialuntuk diharapkan untuk menampakkan watak, atau menjalankan dongeng atau menampilkan problem. Kedua, dongeng pendek mengalir dalam arus untuk membuat imbas tunggal dan unik.

Menurut Poe ketunggalan pikiran dan agresi bisa dikembangkan lewat satu garis dari pertama hingga akhir. Di dalam dongeng pendek tak dimungkinkan terjadi guaka insiden digresi. Isi dongeng pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu imbas saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh alasannya yaitu itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis. Cerita pendek juga harus bisa meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan.

Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari perilaku dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana insan yang hidup.Kelima, dongeng pendek harus mengakibatkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, lantaran ceritanya ibarat masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa dongeng itu sudah tamat, hingga titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, dongeng benar-benar rampung berhenti di situ.

II. Karakteristik Cerpen
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menandakan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan dongeng rekaan yang panjang yaitu novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah?

Menjawaban hal ini, rumusan Poe cukup menerangkan. Meskipun ada yang beropini jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).Yang jelas, karakteristik utama cerpen yaitu pendek dan singkat. Di dalam dongeng yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi spesialuntuk seorang, atau bisa juga hingga sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.

Fokus atau, sentra perhatian, di dalam dongeng itu pun spesialuntuk satu. Konfliknya pun spesialuntuk satu, dan ketika dongeng itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menuntaskan saja.Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita.

Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika dongeng berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, dongeng itu.Dan lantaran jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang digunakan harus hemat, sempurna dan padat, maka –diatara karakteristik cerpen- daerah kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 daerah saja.

Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. Bukan pula sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu yaitu sebuah dongeng rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada perhiasan lain. Cerpen yaitu sebuah genre atau jenis, yang tidak sama dengan novel.Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat konkret ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.

III. Unsur-Unsur Dalam Sebuah Cerpen
1. Tema
Tema yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. melaluiataubersamaini kata lain tema yaitu sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk menceritakan.Tidak mungkin sebuah dongeng tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya yaitu masalah kehidupan, komentar pengarang terkena kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini.

Pengarang tidak dituntut menandakan kawanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja spesialuntuk memberikan sebuah masalah kehidupan dan karenanya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya. Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 
Kejahatan pada karenanya akan dikalahkan oleh kebaikan. 
Perteman dekatan sejati yaitu setia dalam suka dan duka. 
Cinta yaitu energi kehidupan, lantaran itu cinta sanggup mengatasi segala kesusahan. Dan lain sebagainya. 

Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan aneka macam duduk masalah yang kompleks. Namun, selalu punya sentra tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam dongeng itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri absurd dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” sanggup bertahan dari godaan berbuat serong lantaran pertimbangan moral.

2. Alur atau Plot
Alur atau Plot ialah rangkaian insiden yang menggerakkan dongeng untuk mencapai imbas tertentu. Banyak anggapan keliru terkena plot. Sementara orang menganggap plot yaitu jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot yaitu suatu permufakatan atau rancangan diam-diam guna mencapai tujuan tertentu. 

Rancangan ihwal tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi tiruana kegiatan untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.Atau, secara lebih gamblang plot yaitu –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat dongeng berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.

Semua insiden yang terjadi di dalam dongeng pendek harus berdasarkan aturan sebab-akibat, sehingga plot terang tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan tiruana peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menandakan ihwal plot dengan mengatakan, “misal terkenal menandakan arti plot yaitu begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati lantaran sakit hati, yaitu plot.”Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu insiden ditiadakan jalan dongeng menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.

Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu: 
Plot keras, kalau final dongeng meledak keras di luar dugaan pembaca. misalnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing. 

Plot lembut, kalau final dongeng berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga ibarat terus tergiang di pendengaran pembaca. misal, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir tiruana cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis memakai plot berbisik. 

Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut yaitu gabungan plot keras dan lembut. misal: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.

Adapun kalau kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Kaprikornus sifat plot ada kalanya;
  1. Terbuka. Jika final dongeng merangsang pembaca untuk membuatkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan. 
  2. Tertutup. Akhir dongeng tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. misal Godlobnya Danarto.3. Campuran keduanya. 
  3. PenokohanYaitu penciptaan gambaran tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan konkret hingga pembaca mencicipi kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya membuat citra, tabiat dan abjad tokoh tersebut. 
Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah dongeng pendek.Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan aneka macam cara, diantaranya melalui: 
  1. Tindakan, ucapan dan pikirannya 
  2. Tempat tokoh tersebut berada 
  3. Benda-benda di sekitar tokoh 
  4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya 
  5. Deskripsi eksklusif secara naratif oleh pengarang 
4. Latar atau Setting
Latar atau setting yaitu segala keterangan terkena waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, lantaran latar harus bersatu dengan mitra dan plot untuk menghasilkan dongeng pendek yang gempal, padat, dan berkarakter. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen aku, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu kalau settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan tabiat dan abjad tokoh.

5.Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun dongeng pendek yaitu sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini ialah visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh menceritakan.

Kaprikornus sudut pangan ini sangat erat dengan metode menceritakan.Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
  • Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang memakai sudut pandang “aku” atau “aku”. Di sini yang harus diperhatikan yaitu pengarang harus netral dengan “aku” dan “aku”nya. 
  • Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang memakai tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya. 
  • Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh insiden dan kegiatan tokoh didiberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran terkena tokoh dan insiden yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik memakai metode ini. 
  • Sudut pandangan yang berkuasa yaitu metode yang memakai kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat dongeng sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang memakai metode ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui. 
IV. Anatomi Cerita Pendek
Sesudah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk membuat sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita.

Umumnya anatomi cerpen, apapun kawanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya mempunyai anatomi sebagai diberikut:
  1. Situasi (pengarang membuka cerita) 
  2. Peristiwa-peristiwa terjadi 
  3. Peristiwa-peristiwa memuncak 
  4. Klimaks 
  5. Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin sanggup dikatakan sebagai diberikut: 
  1. Perkenalan 
  2. Pertikaian 
  3. Penyelesaian 
Cerpen yang baik yaitu yang mempunyai anatomi dan struktur dongeng yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur dongeng ini. Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomentar,“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. 

Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan tiruana, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu hingga dua halaman pertama karya mereka masih belum terang akan menceritakan ihwal apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil kemudian saja. Pengakhiran konflik pun dibentuk sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen yaitu konflik itu sendiri. Kaprikornus tidakboleh hingga pembukaan cerpen menyamai apalagi hingga menelan konflik tersebut.”

V. Trik Menulis Cerpen Memiliki Daya Pikat
Agar cerpen bisa memikat pembaca, trik-trik diberikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik: 
  1. Carilah ide dongeng yang menarikdanunik dan tidak klise. Mengulang ide dongeng semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” yaitu pilihan yang kurang tepat, lantaran akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarikdanunik pembaca. 
  2. Buatlah lead, paragraf pertama dan kalimat epilog dongeng yang semenarikdanunik mungkin. Alinea pertama dan alinea final sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea pertama berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam dongeng yang dibacanya. Sedangkan kalimat final yaitu kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, lantaran cerpen yang mempersembahkan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang. 
  3. Buat judul dongeng yang anggun dan menarikdanunik. sepertiyang buku, dongeng yang anggun tidak tiruananya dibaca orang. Salah satu penyebabnya yaitu kalimat pembuka yang jelek dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menandakan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul:Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat.Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, besar lengan berkuasa maknanya. 
  4. Perhatikan metode penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian dongeng secara utuh. Jangan hingga pembaca sudah jenuh di pertama cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di pertama dongeng bisa kita gunakan metode:-in medias res (memulai dongeng dari tengah)-flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, kemudian robek dua dan membuang sobekan yang sebelah atas.” 
  5. Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), tidakboleh terjebak pada dongeng yang bertele-tele dan mudah ditebak. 
  6. Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati biar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.”Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam tiruana karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.” 
  7. Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, tidakboleh meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk. 
  8. Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang sudah anda selesaikan.Akhirnya, ketika Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya. 
Sesudah membaca teori ihwal cerpen tersebut, langkah selanjutnya yaitu mulailah menulis cerpen dari apa saja yang engkau tahu. Menulislah ihwal pengalaman dan perasaanmu sendiri atau memanfaatkan pengalaman yang dialami oleh mitra atau orang lain. Lalu ketika menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, biar cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang termembuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.

Selamat menulis cerpen!
VI. Manfaat Menulis Cerita Pendek
Siapapun niscaya merasa gembira kalau cerpennya dimuat di majalah atau surat kabar terkenal. Kebanggaan itu mempunyai alasan yang jelas, selain memberikan prestasi kerja juga lantaran disebabkan bahwa kita sudah menjadi potongan dari komunitas penulis yang tidak tiruana orang sanggup melakukannya. 

Menulis cerpen memdiberi kita banyak keuntungan, mulai dari didiberi ucapan selamat dari kawan-kawannya, didiberi predikat gres sebagai “sastrawan”, mendapat honorarium, dan mungkin bagi siswa, guru Bahasa Indonesianya mempersembahkan “bonus” nilai serta penghargaan lain yang mengaggumkan.. 

VII Motivasi Menulis Cerpen
Menulis cerpen juga ibarat kita bekerja harus mempunyai tujuan. Nah untuk mewujudkan tujuan itu dengan mudah biasanya seseorang membutuhkan tips atau kiat yang efektif dalam usaspesialuntuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Berikut yaitu beberapa tips dalam menulis dongeng pendek.
1. Menulis Harus Ada Minat
Arswendo Atmowiloto menyampaikan bahwa menulis itu mudah asalkan ada minat dan harapan yang besar lengan berkuasa untuk menjadi seorang penulis. Ada gairah yang menggebu-gebu untuk menulis. Gairah ini akan mengantarkan kita pada semangat ‘aku niscaya bisa’. Tanpa itu, spesialuntuk akan melahirkan seorang penulis iseng yang se-ala kadarnya saja.

2. Rajinlah Membaca.
Seringkali kita membaca buku spesialuntuk pada ketika menjelang ujian (sekedar untuk kepentingan merebut nilai tinggi). Membaca, spesialuntuk sekedar menghafal. Membaca yang dimaksud di sini yaitu benar-benar untuk mengerti, memahami dan menikmati isi buku. Jika anda ingin menjadi seorang kolomnis maka banyaklah membaca opini di media massa. Jika anda ingin menjadi seorang novelis atau cerpenis maka banyaklah membaca novel dan cerpen yang memungkinkan anda cerna, menikmati dan menggandakan isinya. Agar bisa menulis, usahakanlah banyak membaca. Hanya perlu dicatat, mulailah dengan membaca sesuatu yang mudah dimengerti dan sesuaikan dengan jenis goresan pena apa yang ingin anda tekuni.

Misalnya anda ingin menjadi seorang cerpenis remaja. Maka banyaklah membaca cerpen-cerpen cukup umur di majalah cukup umur maupun di dalam buku kumpulan cerpen. Perhatikan bagaimana cara penulisannya dari pertama hingga final dan bagaimana penulisnya mengelola konflik cukup umur dalam bentuk dongeng menarikdanunik. Karya orang lain penting untuk dijadikan tumpuan bagi seorang pemula.

3. Mulailah melaluiataubersamaini menulis Cerpen Singkat.
Banyak orang yang mengeluh, bahwa ia sudah banyak membaca novel dan cerpen tetapi tidak juga bisa menulis sebuah cerpenpun. Ada juga yang menyampaikan apabila ia paling cendekia menceritakan ekspresi kepada kawannya namun amat susah menuangkan ke dalam bentuk tulisan.

Mulailah dengan menulis cerpen yang singkat dan semanpu anda menulisnya. Sebaiknya tidak usah doloe mengacu pada standar penulisan cerpen di majalah atau ketentuan dalan lomba. Semakin sering mencoba menulis cerpen, dengan gaya ibarat apapun, kita akan semakin terbiasa dan menguasai metode menulis cerpen. Apalagi diringi dengan membaca dan meminta bimbingan khusus dari seseorang yang sudah mahir menulis.

4. Latihan dengan metode “Copy the Master”
Teknik ini yaitu dengan menggandakan gaya penulisan seorang master. Ingat yang akan kita tiru yaitu gaya penulisannya bukan isi. Karena kalau kita mengkopi isinya kita akan dikatakan sebagai seorang plagiat. Ingatlah bahwa ini spesialuntuk untuk tes saja, hingga kita benar-benar bisa menulis secara mandiri.

Pertama-tama kita pilih doloe goresan pena orang lain yang kita anggap menarikdanunik dan sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya sebuah cerpen yang berjudul Guru karya Putu Wijaya. Kemudian kita tiru gaya sang maestro tersebut, mulailah dari judulnya kalau Putu Wijaya menentukan judul “Guru” kita bisa menentukan profesi yang lain contohnya “Petani, Pelaut, Pilot “ dan lain sebagainya. Langkah diberikutnya bacalah karya master kita secara utuh. Perhatikan dengan seksama cara maestro kita membuka ceritanya. Bagian pembuka yaitu potongan terpenting yang patut kita pelajari atau kita tiru. Ingatlah potongan tersusah dari menulis bagi pemula yaitu bagaimana memulainya. Sedangkan bagi seorang penulis handal bagina tersusah yaitu bagaimana mengakhirinya. Nah sebagai tes, tirulah gaya sang maestro memulai ceritanya.

Sesudah bisa membuat paragraf pembuka dongeng pelajarilah metode sang maestro menghadirkan abjad dan tokohnya. Hal yang perlu kita pelajari dan tiru di sini yaitu metode mengadirkan obrolan antar tokoh dan ketokohannya sesuai dengan karakternya. Karakter tokoh biasanya dipengaruhi oleh pendidikan tokoh, latar belakang budaya, latar belakang sosial-ekonomi, politik , suasana dan tempat. Tokoh dengan nama Kompyang yang berasal dari Bali, tidak sama karakternya dengan tokoh Matias yang berasal dari Papua. Ingat untuk menghadirkan tokoh yang kuat, kita harus mempunyai wawasan yang cukup ihwal latar budaya, sosial, dan lain sebaginya. Untuk itu kita perlu membaca tumpuan ibarat buku sosiologi atau lingkup budaya sang tokoh. Semakin banyak tumpuan yang kita miliki maka semakin kompleks pula abjad tokoh yang bisa kita hadirkan.

Bila kita sudah bisa membuatkan paragraf pembuka secara baik, pastikan bahwa dongeng kita mempunyai alur yang terang sehingga komplik dongeng sanggup dilukiskan secara tegas. Buatlah sketsa alur. Rumuskanlah apa penyebab konfliknya, bagaimana komplik itu terjadi dan bagaimana penyelesaiannya. 

VII. Faktor kunci dalam menulis cerpen
1. Memamanajemen Peristiwa, Tokoh, Konflik 
Ciri utama sebuah dongeng yaitu dikemas dalam bentuk narasi. Narasi didasarkan pada satu kesatuan urutan insiden atau peristiwa. Dalam kejadian-kejadian tersebut terdapat tokoh. Tokoh-tokoh tersebut menghadapi serangkaian konflik atau pertikaian. Pada prinsipnya urutan peristiwa, tokoh, dan konflik ialah unsur pokok sebuah narasi. Kesatuan dari urutan peristiwa, tokoh, dan konflik itulah yang sering disebut alur atau plot.

Peristiwa dalam narasi bisa berupa fakta, bisa pula rekaan /fiktif. Narasi yang meliputi fakta antara lain biografi (riwayat hidup seseorang), otobiografi (riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri. Narasi yang meliputi fiksi atau rekaan antara lain novel, dongeng pendek, dongeng bersambung, atau dongeng bergambar. Plot atau alur dalam sebua narasi sanggup berupa alur tunggal, sanggup pula terdiri dari alur utama dan beberapa buah alur perhiasan atau sub-plot. 

Cerita yang kita buat akan mempunyai abjad kalau kita berhasil menghadirkan tokoh dengan abjad yang besar lengan berkuasa dalam dongeng sepanjang alur cerita. Kuat lemahnya abjad tokoh dalam dongeng biasanya terlihat ketika dihadapkan pada konflik cerita. 

2. Latar dan Warna 
Alur dongeng (kejadian, konflik, dan tokoh) tentu saja tidak terjadi dari kekosongan (vacuum). Pasti insiden tersebut terjadi pada waktu tertentu dan di daerah tertentu. Maka alur terikat pada latar waktu dan latar tempat. Latar daerah dan latar waktu membutuhkan kekhususan dan ketajaman deskripsi yang memberikan pada pembaca bahwa waktu dan daerah insiden tersebut benar-bena khas sehingga dongeng tidak daat dipindahkan secara sembarangan lantaran kekhasan tersebut mempersembahkan nilai tertentu. INI yang disebut sebagai warna lokal dalam cerita. Warna lokal ini diciptakan dengan mempersembahkan deskripsi yang teliti ihwal lokasi, benda-benda, tokoh-tokoh serta kebiasaan-kebiasaan setempat, obrolan tokoh-tokohnya yang mengandung dialek-dialek tertentu 

3. Kerangka (Kisi-kisi Alur)
Kerangka atau kisi-kisi alur sangat penting untuk dibentuk sebelum kita menulis cerpen. Kisi-kisi alur ini digunakan untk menjaga biar dalam dongeng yang akan kita buat tidak terjadi anakronisme, yaitu insiden yang salah waktu dan tempatnya. Di samping itu, kisi-kisi ini juga mempunyai kegunaan untuk mempertahankan dongeng biar dalam pengembangannya dongeng tetap terserius pada konflik yang direncanakan, tidak melantur ke mana-mana. 

Posisi ”Kita”Dalam sebuah narasi tentu saja ada yang menceritakan, yang menceritakan kepada kita apa saja yang terjadi. De fakto yang menceritakan yaitu penulis dongeng itu. Penulis dongeng dalam menceritakan sanggup mengambil posisi sebagai orang di luar dongeng yang menceritakan segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Atau, bisa pula penulis mengambil posisi seperti ia berada di dalam dongeng tersebut. Ia ikut menjadi salahsatu tokoh dalam dongeng yang dibuatnya itu.Pengambilan posisi diri ini sangat mempengaruhi dongeng yang akan dibuatnya. Maka, diharapkan pertimbangan matang untuk menentukan gaya pertama, atau gaya kedua sehingga nantinya terdapat konsistensi dalam menceritakan. 

4. Percakapan (Dialog)
Sebenarnya tidak ada aturan baku yang mengatur seberapa besar porsi obrolan dalam sebuah cerita. Artinya, boleh saja sebuah cerpen semenjak pertama hingga final isinya obrolan antartokoh. Porsi deskripsi latar dan peristiwanya dibentuk seminimal mungkin. Namun, boleh juga sebuah cerpen spesialuntuk terdiri dari deskripsi tiruana, tidak ada obrolan sama sekali.Hanya, rasa-rasanya akan menjadi cerpen yang tidak lezat dibaca ketika tidak terdapat keseimbangan antara obrolan dan deskripsi latar. 

IX Mencari wangsit dan ispirasi dongeng pendek
Setiap orang niscaya pernah mendapat masalah dan setiap masalah tersebut pastilah ada kronologisnya (memiliki alur). Nah tiruana masalah tersebut termasuk yang kita alami sebetulnya ialah sumber inspirasi. Yang pasti, nyaris tiruana pengarang pernah menulis cerpen berdasarkan kisah nyata, baik itu pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain atau insiden tertentu yang dilihat oleh si pengarang. 

Supaya dongeng kita menarikdanunik, lakukalah rekayasa dratikal dongeng sehingga apa yang kita tulis idenya tetap riil. Rekayasa dramatik dalam dongeng penting artinya supaya cerpen yang kita buat isinya tidak sama persis dengan kisah nyatanya. Artinya dengan melaksanakan rekayasa kisah nyata, imajinasi dan kebijaksanaan bersastra kita akan tumbuh sehingga secara perlahan wawasan sastra kita akan tumbuh dan berkembang pula. Ini ialah potongan terpenting yang harus dilakukan oleh seorang calon pengarang. Semakin tinggi kemampuan kita merekayasa kisah-kisah nyata, akan semakin tajam pula intuisi kita dalam membentuk kualitas dongeng yang kita buat.

Ingatlah sekali lagi bahwa kisah konkret spesialuntuklah sebuah IDE. Sebagai ide, kita bebas mengembangkannya. Mau kita ubah ceritanya, ditambahi, dikurangi, dan seterusnya, tiruana terserah kita. Tak ada yang melarang. Toh kisah konkret itu bukan sebuah sejarah, spesialuntuk insiden sehari-hari yang biasa.

Untuk mengubah ataupun merekayasa kisah konkret menjadi cerpen,, kita sanggup menempuh langkah-langkah sebagai diberikut:
  1. Carilah potongan dari kisah konkret itu yang kita anggap menarikdanunik. Bagian yang kurang menarikdanunik, atau tidak menarikdanunik sama sekali, lupakan saja.
  2. Galilah potongan yang menarikdanunik tersebut, kemudian kembangkan ceritanya sesuai harapan kita.
  3. Kalau perlu, carilah sudut pandang yang unik, biar ceritanya menjadi lebih bagus.
Sesudah itu, kita bisa eksklusif menulis cerpennya. Saat menulis ini, kita sudah boleh memmembuang jauh-jauh si kisah konkret tersebut. Lupakan saja. Toh kita sudah punya modal berupa ke-3 poin di atas.

Yang juga penting, tidakboleh merasa "terbebani" oleh hal-hal yang menempel pada kisah konkret tersebut, alasannya yaitu kita bisa mengubah tiruananya sesuka kita. Sebagai contoh, si pelaku pada kisah konkret yaitu seorang pria. Ketika diubah jadi cerpen, jenis kelabuinnya kita ubah jadi wanita. Atau, kisah konkret ini terjadi di Jakarta, tapi pada cerpennya diubah menjadi New York. Dan seterusnya. Ini tiruana boleh-boleh saja. Asalkan dongeng yang kita buat tetap logis (masuk akal) dan menarikdanunik.

Uji Kompetensi 
KD 16.1 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri
  1. Tulislah sebuah cerpen dengan memakai metode Copy the Master
  2. Gunakanlah master yang sudah kalian pilih berdasarkan kode dari penugasan guru pada pertemuan sebelumnya.
  3. Tulislah cerpen dengan memperhatikan langkah-langkah diberikut.
Langkah –langkah
  1. Bacalah master tersebut antara dua hingga dengan empat kali
  2. Pelajari metode pengarang membuka dongeng dengan seksama dan cobalah membuat paragraf pembuka dongeng dengan cara yang sama dengan setting yang tidak sama.
  3. Gantilah nama-nama tokoh dongeng dan karakternya.
  4. Gantilah setting ceritanya sesuai dengan latar budaya dan karakteristik para tokoh. 
  5. Perhatikan secara cermat tata cara penulisan obrolan antar tokoh dalam cerita
  6. Pelajari cara pengarang mengakhir cerita.
  7. Mulailah latihan untuk membuatkan cerita.
  8. Minta komentar orang lain atau mitra untuk mendapat masukan atau koreksi
  9. Lakukan perbaikan atau revisi berdasarkan masukan dari guru atau orang lain.
  10. Minta komentar mitra atau orang lain sekali lagi
  11. Lakukan pebaikan untuk kedua kalinya
  12. Naskah dongeng selesai dikumpulkan untuk mendapat evaluasi dari guru. 
Uji Kompetensi 2
KD.16.2 Menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain
Menulis cerpen dengan metode stimulans paragraf pembuka 
  1. Tulislah sebuah cerpen dengan metode melanjutkan paragraf pembuka dongeng pada lembar portofolio siswa
  2. Panjang cerpen dalam uji kompetensi tersebut antara 1500 hingga dengan 3000 kata.
  3. Tulislah cerpen dengan memperhatikan langkah-langkah diberikut.
Arswendo Atmowiloto pernah menagtrakan bahwa menulis itu gampang, sepanjang mereka yang ingin berguru menulis mempunyai minat dan ketekunan melaksanakan tes untuk menjadi terbiasa. Apabila seseorang sudah terbiasa, maka dipastikan ia akan bisa menulis ibarat yang diinginkannya. Begitu juga dengan kegiatan menulis dongeng pendek. Diperlukan adaptasi melalui tes-tes yang inten. Tentu saja sebelum bisa menulis cerpen, diharapkan adanya pengalaman konkret dalam hal membaca karya-karya dongeng pendek dari orang lain. Tanpa pengalaman membaca dongeng pendek yang cukup, sanggup dipastikan kita akan mendapat kesusahan menulis cerita.

Bagi mereka yang ingin menjadi novelis besar, tak ada salahnya kalau memulai karir dengan menulis cerpen terlebih lampau. Salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk membiasakan diri menulis dongeng pendek yaitu dengan memakai teknis pemdiberian stimulans paragraf pembuka cerita.

Langkah-langkah model pembelajaran menulis cerpen dengan teknis pemdiberian stimulant yaitu sebagai diberikut.
  1. Baca dan pahamilah paragraf pembuka dongeng narasi pada lembar portofolio kalian masing-masing.
  2. Kembangkan alur dongeng tersebut dengan membuat peta konsep alur dongeng sesuai dengan kebijaksanaan dan imajinasi masing-masing.
  3. Kembangkanlah dongeng dengan bahasa yang kita produksi sendiri.
  4. Perhatikan metode penulisan dialognya, tanda baca dan deskripsi pengalihan obrolan antar tokoh-tokohny
  5. Pastikan bahwa ada kesusuaian antara judul dan isi cerita.
  6. Sesudah selesai mintalah komentar dari guru, mitra atau orang lain untuk mendapat masukan dan koreksi.
  7. Lakukan perbaikan-perbaikan yang diharapkan atas petunjuk guru atau kawan.
  8. Mintalah pendapat, komentar atau Koreksian sekali lagi dari mitra sejawat, guru atau orang lain. 
  9. Lakukan perbaikan sekali lagi. Jika hal ini sanggup dilakukan secara benar sanggup dipastikan bahwa cerpen kita layak untuk dibaca oleh publik.
  10. Kumpulkan cerpen yang sudah selesai sesuai batas waktu yang diputuskan guru untuk mendapat penilaian.
Daftar Pustaka
  1. A.Teew.1988. Teori dan Ilmu Sastra.Jakarta. Dunia Pustaka Jaya
  2. Ahmadi, Mukhsin, 1991. Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa, Malang. YA3.
  3. Marahimin, Ismail. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka.
  4. Minderop, Albertine.2005. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  5. Nurgiyantoro, Burhan.1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.
  6. Nursito.2000. Penuntun Mengarang.Yogyakarta. Adi Cipta Karya Nusa
  7. Nurgiyantoro,Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
  8. Surana. 2002. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pust. Mandiri. 
  9. Sareb Putra, R.Masri.2010. Principles of Creative Writing.Jakarta PT.Index.
  10. Sudirtha, I Wayan. 2006. Menulis Deskripsi dengan Metode Copy the Master pada Siswa Kelas X TMO Sekolah Menengah kejuruan Negeri 2 Negara tahun 2006. PTK Blok Greent.
  11. Sudirtha, I Wayan. 2009. Menulis Cerpen dengan Teknik Stimulans Paragraf Pembuka Cerita Siswa Kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Negara tahun 2009. PTK
  12. Zuhri, Amirudin.2008. Sukses Menjadi Penulis Independen. Yogyakarta. Genius.

LihatTutupKomentar