-->
Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Kepribadian Islami
FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ISLAMI 
1. Eksistensi Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan Kepribadian 
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yaitu mata kuliah wajib nasional yang didiberikan pada setiap perguruan tinggi tinggi umum (PTU) di Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 20 tahun 2003, dan dalam SK Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 43 tahun 2006. ihwal rambu-rambu kelompok MPK yang terdiri dari mata kuliah: 
1.1. Pendidikan Agama (sesuai dengan agama masing-masing). 
1.2. Pendidikan Kewargguagaraan dan 
1.3. Bahasa.
Pengembangan kepribadian insan Indonesia yang berwawasan religius, berwawasan kebangsaan, peradaban dan kebudayaan Indonesia yaitu hal sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membuatkan potensi penerima didik biar menjadi insan yang diberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, diberilmu. Cakap, kreatif, berdikari dan menjadi wagguagara yang demokratis dan bertanggung jawaban. (UU SISDIKNAS NO. 20 Tahun 2003 BAB IV Pasal 9). 

2. Pembentukan Kepribadian dalam Pendidikan Agama Islam 
Kepribadian yaitu totalitas dari penampilan diri seseorang (performance) sebagai satu personality (pribadi) yang dibuat oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah potensi dasar yang sudah dimiliki sejak lahir sebagai modal dasar Sumber Daya insan (SDM). Sedangkan faktor eksternal ialah lingkungan yang membentuk dan menghipnotis perkembangan potensi dasar kepribadian insan tersebut. 

3. Faktor Internal Pembentukan Kepribadian 
Setap insan lahir ke dunia ini sudah dilengkapi oleh Allah SWT. dengan beberapa potensi dasar sebagai modal dasar Sumber Daya insan (SDM) sebagai faktor internal untuk menjalani kehidupannya di dunia, yaitu: 
  • 3.1.Potensi spritual (fitrah beragama) mengenal Allah SWT. sebagaiman dalam firman Allah SWT. QS: al-Rûm (30):30. QS: al-Sajdah (32):9. dan QS. al-A’raf (7):72:73. 
  • 3.2. Potensi emosional untuk menilai mana yang baik dan mana yang jelek dalam membentuk impian dan tujuan hidup, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-Ra’du (13):28. 
  • 3.3. Potensi intelektual untuk berfikir membedakan yang benar dan yang salah, memikirkan, merenungkan sedalam-dalamnya dalam mengambil setiap keputusan yang akan diambil dalam kehudupan, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. dalam QS:3:189-192. 
  • 3.4. Potensi biologis makan dan minum untuk mempertahankan hidup serta potensi biologis seksual untuk mempertahankan keturunan, sebagaimana dalam frman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2): 168-169 dan QS. Ali ‘Imrân (3):14, QS. al-Baqarah (2): 168-169, dan QS. Ali ‘Imrân (3):14.
4. Pemenuhan Kebiutuhan SDM 
Apabila keempat potensi SDM tersebut sudah ditumbuh-kembangkan dengan baik dengan anutan Islam, maka insan akan mempunyai empat kecerdasasan SDM yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan biologis.

5. Faktor Eksternal Penbentukan Kepribadian 
  • 5.1. Faktor Lingkungan fisik. 
  • 5.2. Faktor Lingkungan sosial. 
  • 5.3. Faktor Lingkungan media. 
Ketiga faktor lingkungan tersebut mempunyai fungsi penting dalam menghipnotis pembentukan pertumbuhan dan perkembangan Potensi internal SDM. alasannya yaitu insan dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan rumah tangga orang tuanya, maka orang tuanyalah sebagai faktor eksternal yang pertama dan utama yang berfungsi dalam pengembangan kepribadiannya. Hal ini sudah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya: Setiap anak insan dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci atau Islami), hingga lancar ia berbicara, maka orang tuanyalah yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi (H.R. al-Aswad bin Sarih’).

6. Pendidikan Agama Islam 
6.1. Hakekat Pendidikan Agama Islam 
Pada hakekatnya yang mendidik insan yaitu Allah swt. sebagaimana yang diisyaratkan dalam Q.S. al-Fatihah (1):2. 
Rasulullah Muhammad saw. pernah mengungkapkan dalam hadis beliau: 
Yang mendidikku yaitu Tuhanku. Dia-lah yang menjadi pendidikku yang terbaik. 
Allah SWT. Yang Maha Mendidik insan sangat Maha bijaksana dalam mendidik insan (QS:1:2), alasannya yaitu sebelum insan diciptakan dan dididik-Nya terlebih lampau diciptakan-Nya alam semesta sebagai sumber daya alam (SDA) untuk kawasan hidup bagimanusia, untuk memenuhi kebutuhan hidup insan dan srana pendidikan bagi manusia(QSL2:22). Kemudian gres insan diciptakan-Nya, yang dilengkapi dengan potensi sumber daya insan (SDM) untuk mengelola SDA (QS.32:7-9, QS.3:14). Kemudian diturunkan-Nya Wahyu-Nya sebagai kitab petunjuk untuk memakai SDA dan SDM dengan sebaiak-baiknya (QS:2:185, QSA.2:2). Agar kitab petunjuk itu sanggup dioperasionalkan oleh manusia, diutus-Nya Rasul-Nya dari salah seorang insan untuk menyempurnakan susila manusia, sebagai Maha Guru untuk menerangkan dan menafsirkan sertamencontohkan dan mempraktekan bagaimana memakai kitab petunjuk (al-Qur’an) dalam kehidupan (QS.9:33)., untuk mendidik insan biar sanggup melakukan kiprah kekhalifahannya di muka bumi sebagai kahlifah Allah (QS.2:30) dalam rangka menyembah Allah SWT. sebagai ‘abdullah (QS:51:56)

6.2. Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan secara sadar yang didiberikan oleh pendidik (murabi atau muda’i) (Q.S. 3:104, 16:125) terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian penerima didik, atau oleh diri sendiri terhadap diri sendiri (Q.S. 66:6) menurut petunjuk Allah swt. dan Rasul-Nya (Q.S. 4:59) dengan pemdiberian teori ke praktek, atau dari praktek ke teori dalam kehidupan sehar-hari melalui proses pembelajaran dan keteladanan mengamalkan anutan Islam dalam kehidupan secara kuntiniu, sebagaimana yang sudah dipraktekan oleh Rasulullah SAW terhadap dirinya, keluarganya, para shabatnya dan umat dimasanya.

6.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendidik susila (sikap dan tingkah laku) penerima didik dari yang belum Islami kepada yang Islami melalui proses praktek ke teori dan dari teori ke praktek atau sejalan teori dan praktek, dalam pembentukan perilaku dan tingkah laris yang Islami. Proses pembentukan tingkah laris yang Islami sanggup dilihat pada sketsa diberikut: 

Pembentukan perilaku dan tingkah laris yang Isami dilakukan dengan bimbingan oleh pendidik kepada penerima didik, atau oleh diri sendiri kepada diri sendiri sehingga terbentuklah pola perilaku dan tingkah laris yang Islami, sebagaimana dalam table diberikut: 

Proses pembentukan perilaku dan tingkah laris yang Isami dilakukan dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan dan perkembangan pserta didik. Pertumbuhan mengandung arti secara fisik, sedangkan perkembangan mengandung makna secara psikis (sikap). Semakin tepat tingkat kedewasaan seseorang, semakin berkurang peranan orang lain dalam mendidik dirinya, dan semakin besar peranan diri dalam mendidik diri sendiri. Kaprikornus pemfokusan Pendidikan Agama Islam lebih diutamakan terhadap bimbingan perkembangan psikis (sikap), tanpa mengabaikan pertumbuhan fisik (tingkah laku), sehingga dengan demikian terjadilah proses ke arah pembentukan dan pematangan kepribadian muslim sejati. Maka keberhasilan Pendidikan lebih banyak ditentukan oleh dirinya sendiri dalam pemebentukan perilaku dan tingkah lakunya, disanping peranan orang lain. 

Untuk lebih memahami peralihan peranan orang lain kepada peranan diri dalam mendidik diri sendiri, sanggup dilihat dalam tabel di bawah ini: 
Dari citra table di atas, jelaslah bahwa seorang anak pada usia 0 tahun 100 % tergantung kepada orang tuanya, engkaudian secara berangsur-angsur pada usia 5 tahun akan menurun kepada 90 % tingkat ketergantungannya kepada orang tuanya, sedangkan kemandiriannya meningkat menjadi 10%. 

Pada usia 6-12 tahun (SD) peranan pendidik (orang bau tanah dan giri) semakin berkurang secara perlahan-lahan dari 90% ke 75%, sementara kemandiriannya menigkat menjadi 25%. Begitulah seterusnya hingga memasuki perguruan tinggi tinggi, tanggung tanggapan diri mahasiswa untuk mendidik dirinya dimulai dari 75% akan bergerak naik menjadi 100% mabadunga ia sudah menuntaskan studinya. Sedangkan peranan orang tua/dosen/lingkungan spesialuntuk mulai dari 25% akan secara perlahan-lahan akan bergerak berkurang menjadi 0%, apabila mahasiswa sudah menuntaskan studinya di perguruan tinggi tinggi. 

6.4. Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan dan Pengembangan Kepribadian Islami 
Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk membentuk dan membuatkan kepribadian Islami melalui upaya mencerdaskan potensi SDM secara Islami dengan hidayah dari Allah SWT., yaitu: 
6.4.1. Kecerdasan spiritual Islami (fitrah) (Q.S. 30:30, 13:28, 3:189-191). 
6.4.2. Kecerdasan emosional Islami (daya rasa) (Q.S. 7:179, 13: 28 dan 32:9), 
6.4.3. Kecerdasan intelektual Islami (daya pikir) (Q.S. 3:190-191 dan 32:9). 
6.4.4. Kecerdasan biologis Islami (daya nafsu makan/minum daya seksual) (Q.S. 3:14, 4:1).

melaluiataubersamaini mempunyai keempat kecerdasan secara potensi SDM yang Islami tersebut, maka pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk dan membuatkan kerpribadian Islami, melalui pembentukan lima kemampuan dasar insan secara Islami, yaitu : 
  • 6.4.1. Terbentuknya kemampuan konatif secara Islami, yaitu menumbuhkan motivasi (niyat)yang terang alasannya yaitu Allah SWT.,dan keselamatan maunsia dalam setiap acara kehidupan (QS: 3:112). 
  • 6.4.2. Terbentuknya Kemampuan Afektif secara Islami, yaitu kemampun mendapatkan secara sadar ihwal kebenaran anutan Islam, sehingga sanggup mengimaninya secara benar (haqqul-Yaqin), (QS:3:110). 
  • 6.4.3. Terbentuknya kemampuan kognitif yang Islami, yaitu bisa mensinergikan norma-norma anutan Islam dengan ilmu pengetahuan profesional yang dimilki, sehingga bisa mengatasi problem gres dalam kehidupannya dengan bimbingan anutan Islam sebagai hudan (petunjuk atau kompas) secara ilmul-yaqin (keyakinan ilmu) (QS:17:36). 
  • 6.4.4. Terbentuknya Kemampuan Psikomotorik yang Islami, yaitu bisa melakukan amar makruf nahi mungkar (QS.3: 110) dalam tiruana aspek kehidupan. Seperti mendirikan shalat, bepuasa, menutup aurat, (berbusana secara Islami), tidak syirik, tidak bergaul bebas, tidak berzina, tidak berjudi tidak narkoba dan lain-lain sebagainya. (Q.S. 2:177). 
  • 6.4.5. Terbentuknya kemapuan performance Akhlaqul-Karimah (kepribadian yang berakhlak mulia), ialah totalitas dari terbentuknya konatif, kognitif, afektif, dan psikomotorik pada penerapannya terus-menerus secara konsisten yang melahirkan budaya (kebiasaan pribadi) dan kepribadian yang kaffah (sempurna) dalam setiap aspek kehidupan. Seperti berpakaian, berbicara, berjalan, menyesuaikan diri dan sebagainya, sebaga hasil yang tanpak pada perilaku dan tingkah laris sehari-hari secara Islami (akhlâq al-Kârimah) (QS:3:102) 
6.5. Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam 
Dalam pendidikan Agama Islam, ilmu bukan sekedar untuk kepentingan keilmuan dan meningkatkan kualitas kerja saja, akan tetapi fungsi ilmu haruslah sanggup menumbuhkan dan menyuburkan iman. Semakin tinggi ilmu kita, semakin erat kita kepada Allah SWT. semakin mengkat iman kita, alasannya yaitu dengan ilmu kita sanggup menyelami hakeket kebenaran dalam pertanda bahwa Allah SWT. itu banar-benar Maha Esa ada-Nya, pertanda ke-Maha Bemasukan-Nya serta pertanda ke-Maha kuasaan-Nya, sehingga ilmu berfungsi memperkuat iman dan iman berfungsi sebagai basic science (dasar ilmu) yang selalu mememdiberi cahaya kepada ilmu, konsekwensinya setiap ilmu wajib diamalkan. Akibatnya, lmu yang tidak diamalkan yaitu dosa bagi pemiliknya. Iman sebagai basic science mempunyai tiga dimensi, yaitu: 
  • 6.5.1. Dimensi Qalbu (hati), yaitu dibenarkan oleh hati menurut ‘Ilm al-yaqin (kebenaran ilmu yang diyakini), ‘ain al-yaqin (kebenaran ilmu yang teruji) dan alhasil hingga kepada haqq al-yaqin (idealis), sehingga menjadi keimanan/keyakinan yang besar lengan berkuasa tak tergoyahkan. 
  • 6.5.2. Dimensi bahasa, yaitu perkataan logis beradasarkan kebenaran. 
  • 6.5.3. Dimensi perbuatan, yaitu mengerjakan sesuatu menurut kebenaran yang diyakini dan ilmu yang dimiliki.
Bukti iman sebagai basic science akan terlihat eksklusif yang utuh, dimana antara kebenaran ilmu yang ada dalam hati mengarahkan otak berfikir secara benar yang dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan yang beranr pula. INI yang disebut dengan muttaqin (muslim sejati). 

Tercapainya tujuan pendidikan Agama Islam, akan melahirkan pribadi-pribadi yang berkarakter taqwa (muslim sejati). Maka pada tingkat perguruan tinggi tinggi, akan melahirkan sarjana muslim yang profesional serta mempunyai integritas iman, ilmu dan amal, sebagai cendikiawan muslim sejati (QS:58:11). 

Seorang sarjana muslim profesional, sanggup dilihat pada penerapan ilmunya, keahliannya dan keterampilannya dalam profesinya untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, keluarganya dan kebutuhan umat sesuai dengan norma-norma susila Islamiyah (Q.S. 14:24-27). 

melaluiataubersamaini demikian terbentuknya sarjana yang berprediket Cendikiawan Muslkim (intelektual muslim) ialah bab yang tak terpisahkan dari tujuan pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi tinggi, yaitu mendidik sarjana muslim yang profesional, menyerupai sarjana ekonomi muslim, dokter muslim, sarjana aturan muslim, sarjana pertanian muslim, sosiolog muslim sastrawan muslim, pakar muslim, frofesor muslim dan sebagainya.

TUGAS DAN LATIHAN 
  1. Buatlah 15 pertanyaan dan jawabanannya dari bahan pokok bahasan ini yang dilengkapi dengan analisis ayat dan hadis yang berkaitan dengan bahan jawabanan, ditulis tangan di kertas doble folio! 
  2. Tlulislah makalah minimal 4 halam doble folio bergaris, dengan judul: 
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENDIDIK INTELEKTUAL MUSLIM YANG PROFESIONAL melaluiataubersamaini pembetasan masalah: 
2.1. Siapakah pada Hakekatnya yang Mendidik manusia? (Tinjauan Ontologis). 
2.2. Bagaimanakah konsep Pendidikan Agama Islam? (Tinjauan epistimologis dan aksiologis). 
2.3. Bagaimanakah Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Islam? 
2.4. Bagaimanakah Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam? 

DAFTAR PUSTAKA 
  • Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Thoumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1978 
  • Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, Postterm. Intermasa, jakarta, 1978 
  • Hamidy, Zainuddin dkk. Shahih Bukhsri (Terjemahan), Widjaja Jakarta, 1992 
  • Marimba, AD, Drs., Filsafat Pendidikan Islam, Bina Ilmu, 1978 
  • Nata. Abudin, Pendidikan dalam perspektif al-Qur’an, UIN, Jakarta, 2005 
  • Hadhiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 2000. 
  • Said Hawa, Mensucikan Jiwa, Konsep Tazkiyatunnafs, Rabbani Press, Jakarta 1999 
  • Shihab, Quraish, Prof. DR., Wawasan al-Qur’an, Edisi Baru, Mizan, Jakarta, 2007. 
  • Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. 
  • Qomar, Mujamil, Prof. DR. Epistimologi Pendidikan Islam, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2005

LihatTutupKomentar