-->
Fungsi Zakat, Puasa Dan Haji Dalam Kehidupan
IBADAH KHUSUS
(Fungsi Zakat, Puasa dan Haji dalam Kehidupan )
1. Zakat
Secara harfiah, zakat berarti memmembersihkankan menyucikan, menyubur dan berkah. Menurut terminologi fikih, zakat ialah pemdiberian sebagian harta yang sudah hingga nisabnya, kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syari’at (hukum Islam). Sedangkan hakikat zakat ialah memmembersihkankan, mensucikan diri dari sifat-sifat loba, rakus, serakah, bakhil, kikir dan sombong, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. 9:103, 91:9, 87:14, 92:18, 6:141, 9:34.

Kata zakat dan Shalat selalu difirmankan oleh Allah swt. dalam al-Qur’an al-Karim secara diberienteng, atau kata zakat selalu mengiringi kata shalat lebih dari 29 kali, ibarat terdapat dalam Q.S. 2:43, 4:77, 21:73, 5:12, 23:2-4, 5:12, 19:55, 19:31.

1.1. Fungsi Zakat dalam Kehidupan
  • Zakat berfungsi sebagai bukti doktrin kepada Allah SWT. QS.23:4.
  • Zakat sebagai bukti kepatuhan kepada perintah Allah.QS.24:56.
  • Zakat berfungsi thaharah (memmembersihkankan) harta dari hak Allah SWT. atas rezki (harta) yang didiberikan Allah SWT.QS:9:103, yang bahwasanya hak milik berserikat antara insan dengan Allah SWT, dikeluarkan kepada mustahiq zakat (yang berhak menermanya) sesuai dengan QS.9:660.
  • Zakat berfungsi tazkiyah (menyucikan) jiwa sepemilik harta dari sifat-sifat kikir, pelit, serakah dan budak harta. QS.9:103.
Hikmah Zakat dalam Kehidupan
Hikmah zakat bagi Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. ialah sebagai bukti bahwa harta ialah milik berserikat antara hamba dengan Allah SWT., sehingga dengan mengeluarkan zakat berarti insan mengeluarkan hak Allah swt. dari hartanya atas rezki yang didiberikan-Nya, sebagai ibadah. 

Hikmah zakat bagi Manusia sebagai makhluk individu ialah untuk mensucikan jiwa yang mencakup beberapa aspek potensi spiritual emosional, intelektual dan biologis (nafsu) dari keserakahan, ketamakan, kesombongan serta sifat materialistis dan individualistis, sekaligus memmembersihkankan harta dari hak Allah SWT.

Hikmat zakat bagi Manusia sebagai makhluk ekonomi ialah sebagai motivasi kreatifitas ekonomi, dari yang kurang mampu/kurang sejahtera (tidak berzakat) untuk menjadi insan yang mampu/sejahtera (mampu berzakat, diberinfaq dan bersedekah). Karena kemamuan berzakat sanggup dijadikan sebagai standar tingkat kesejahteraan hidup. Orang yang sudah berzakat sanggup di golongkan kepada kelompok sejahtera dan begitu pula sebaliknya.

Hikmah zakat bagi insan sebagai makhluk sosial ialah untuk mengatur pergerakan fatwa siklus harta dari si kaya kepada si miskin, dan begitu pula seterusnya tanpa henti, mengakibatkan rasa kasih saying, kepedulian social dan ukhuwah Islamiyah. 

Mustahik Zakat (yang berhak mendapatkan zakat).
Mustahik zakat ialah orang yang berhak mendapatkan zakat, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Taubah (9):60: Berdasarkan ayat ini, maka orang yang berhak mendapatkan zakat Ialah: 
1.3.1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tidak bertenaga untuk memenuhi penghidupannya, ibarat orang ta bangka yang tidak ada keluarga menanggung kebutuhan pokoknya. 
1.3.2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan belum sempurnanya.
1.3.3. Pengurus zakat: orang yang didiberi kiprah untuk mengumpulkan dan membagikan zakat, untuk didistrbusikan kepada mustahik zakat. 
1.3.4. Muallaf: orang kafir yang ada impian masuk Islam dan orang yang gres masuk Islam yang imannya masih lemah. 
1.3.5. Memerdekakan budak: mencakup beberapa aspek juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
1.3.6. Orang berpinjaman: orang yang berpinjaman lantaran untuk kepentingan kebutuhan pokok hidupnya yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berpinjaman untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar pinjamannya itu dengan zakat, walaupun ia bisa membayarnya. 
1.3.7. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang beropini bahwa fisabilillah itu mencakup beberapa aspek juga kepentingan-kepentingan umum ibarat mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 
1.3.8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Bentuk-Bentuk Zakat
Secara garis besar zakat itu dibagi kepada dua macam:
  • Zakat Mal (zakat harta), yaitu zakat hasil pertanian, peternakan, perdagangan, emas, perak, zakat usaha/jasa (perusahaan), benda purbakala dan zakat tambang,
  • Zakat Nafs (zakat fitrah), yaitu zakat jiwa, yang didiberikan berkenaan dengan sudah tamat mengerjakan shiam (puasa) yang difardhukan pada setiap Ramadhan.
Penggunaan Zakat
Untuk Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, yaitu penerapan zakat secara pribadi didiberikan kepada yang berhak mendapatkan zakat, ibarat fakir dan miskin, untuk mengatasi keadaan sementara, jangka pendek.

Untuk kebutuhan yang bersifat produktif, yaitu untuk mengatasi keadaan yang lebih lama, jangka panjang. Penggunaan harta benda zakat secara produktif, artinya untuk usaha-usaha yang sanggup mencegah timbulnya kefakiran dan kemiskinan. Asalkan modal usaha-usaha produktif itu tetap berada pada mustahik (yang berhak) zakat tersebut sebagai pemegang saham.

Syarat-Syarat Amil Zakat
  • Orang Mukmin yang ta’at (Q.S. 9:23)
  • Ahli dan cakap (memiliki pengetahuan dan keterampilan Tentang managemen zakat)
  • Amanah (adil dan jujur) Q.S. 8:27
  • Ditunjuk dengan cara musyawarah (Q.S. 26:38)
  • Dapat bekerja semata-mata di atas landasan nrimo diberibadah kepada Allah swt. (Q.S. 92:20-21).
  • Hubungan Zakat dengan Pajak 
Dalam UU No. 38 tahun 1999 ihwal wajib Zakat dan wajib Pajak di Indonsia dijelaskan, bahwa seseorang yang sudah membayar zakatnya melalui tubuh amil zakat (BAZ) atau forum amil zakat (LAZ) yang legal, maka jumlah uang zakat yang dikeluarkan sebagaimana tercantum dalam kuitansi bukti pembayaran zakatnya sanggup dijadikan untuk mengurangi jumlah pajak yang akan dibayar ke negara. Baca! DR. Yusuf Qardawi, Fikih Zakat dan buku-buku yang mengulas seputar Zakat, dan UU Nomor 38 tahun 1999 ihwal Zakat dan Pajak.

TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawabanan dari penggalan ini

2.Tulislah makalah dengan judul: PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT, DALAM PEMERATAAN EKONOMI

2. Shaum (Puasa)
Kata صوم (bahasa Arab) berarti menahan, dalam bahasa Indonesia disebut dengan puasa berasal dari bahasa sangsekerta, berarti menahan diri, berdasarkan terminologi syari’ah Islam, sahum (puasa) ialah menahan diri dari lapar dan haus, bersetubuh, menahan diri dari penglihatan, indera pendengaran dan ucapan yang tidak baik atau tidak wajar, dan atau dari segala yang sanggup membatalkan puasa, dari semenjak terbit fajar hingga waktu magrib dengan niat mencari ridha Allah SWT.

Menurut al-Qur’an al-Karim shaum ialah kewajiban (ibadat) universal, artinya shaum itu ialah kewajiban yang sudah diwajibkan Allah SWT. semenjak Adam as. Sampai Muahmmad SAW., sebagaimana dalam firman Allah SWT. Q.S. 2:183.

Secara teoritis dan simpel berdasarkan syari’ah ibadah puasa sanggup diklasifikasikan kepada dua bentuk, yaitu puasa wajib dan puasa sunat. Puasa wajib antara lain ialah : 
2.1. Puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana dalam Q.S. 2:183-187.
2.2. Puasa Qadha, yaitu mengganti puasa ramadhan yang ditinggalkan lantaran karena yang dibolehkan (Q.S. 2:184). 
2.3. Puasa nazar, yaitu puasa yang dikerjakan lantaran suatu nazar mendekatkan diri kepada allah SWT. 
2.4. Puasa kifarat, yaitu puasa disebabkan sebagai akhir suatu pelanggaran terhadap suatu ketentuan syari’at, ibarat sumpah tiruan, wajib puasa 3 hari. Baca! Q.S. 5:89, membunuh orang tidak sengaja, Q.S. 4:92, melaksanakan kekerabatan sex siang hari bulan ramadhan, dan melaksanakan zhihar terhadap isteri (mengharamkan isteri/mempersamakan isteri dengan ibu sendiri), masing-masing wajib puasa 60 hari, Q.S. 58:3-4. 
2.5. Puasa fidyah, yaitu pengganti dari kewajiban melaksanakan qurban lantaran pelanggaran terhadap peraturan ibadah haji, Q.S. 2:196.

Puasa sunat antara lain adalah: Puasa senin kamis, puasa 6 hari bulan sypertama, puasa tanggal 9 hajji, puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), dan puasa tiap tanggal 13, 14 dan 15 Qamariyah.

Selain itu, terdapat pula secara syar’I, haram hukumnya berpuasa pada beberapa waktu yang sudah ditentukan: Puasa terus menerus, puasa pada beberapa hari yang diharamkan: antara lain hari tasyri’ (11, 12, dan 13 hajji), dua hari raya (1 Sypertama dan 10 hajji) dan hari siqah (30 sa’ban), puasa perempuan yang sedang haid (menstruasi) dan nifas (habis melahirkan selama 40 hari), dan puasa sunnat seorang isteri yang tanpa izin suaminya ketika suami ada bersama isterinya.

Disamping itu makruh hukumnya berpuasa pada: Puasa sunnat dengan susah payah (sakit, dalam perjalanan dan lain-lain), puasa sunnat pada hari jum’at saja tanpa hari sabtu, kecuali jikalau bertepatan pada hari yang memang disunatkan.

Syarat wajib puasa antara lain ialah Islam, baligh, berakal, dan besar lengan berkuasa melaksanakan puasa. Sedangkan syarat sahnya puasa ialah mumayiz (dapat membedakan yang benar dan salah, baik dan buruk), suci dari hadas besar sepeerti haid dan nifas bagi wanita. Maka Rukun puasa ialah niat dan menahan diri dari makan, minum dan kekerabatan seks dan memasukan sesatu benda ke dalam penggalan tubuh secara sengaja. Puasa tidak sah apabila kurang salah satu syaratnya dan puasa batal apabila kurang salah satu syarat dan rukunnya.

Fungsi Puasa Dalam Kehidupan
Berdasarkan pengertian puasa tersebut, maka ibadah puasa berfungsi dalam kehidupan manusia:
  • Puasa berfungsi sebagai bukti keimanan kepada Allah SWT. QS.2:183.
  • Puasa berfungsi sebagai ibadah kepada Allah SWT. QS.2:183-186
  • Puasa berfungsi untuk melatih kesucian sikap mental, yaitu kesucian spritual, emosional, intlektual dan kesucian nafsu makan/minum dan nafsu syahwat
  • Puasa berfungsi untuk melatih kesucian tingkah laku, ibarat kesucian mendengar, melihat, mencium, berbicara, memakan/meminum, berpakaian, bergaul, bekerja, berjalan dan kesucian sikap seksual.
  • Puasa berfungsi melatih diri menjadi hidup hemat.
  • Puasa berfungsi melatih diri sederhana dan suka memdiberi dan menolong orang yang sengsara
Hikmah Puasa Dalam Kehidupan
Dilihat dari aspek ritual, puasa ialah konsekuensi logis dari pada syahadat, dan dengan puasa seseorang sanggup mencicipi secara pribadi dalam waktu yang usang (30 hari X 24 jam) tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat, bahwa orang yang berpuasa merasa sangat bersahabat dengan Allah SWT. setiap ketika (taqarub). Artinya tunduk secara utuh, total dan optimal kepada Allah SWT.

Dilihat dari aspek psikologis dan kesehatan, puasa membentuk disiplin rohani dan membina kesehatan mental, serta disiplin moral yang tinggi dan moral al-karimah. Puasa ialah tindakan prepentif terhadap beberapa penyakit mental. Seperti stres dan terutama yang bekerjasama dengan lambung, menyehatkan alat pencernaan, memperlancar peredaran darah memperbaiki organ tubuh, mestabilkan kekerabatan saraf dan terapi yang ampuh terhadap beberapa penyakit dalam.

Dilihat dari aspek sosial ekonomi, puasa menumbuhkan dan membina rasa cinta kasih dan kepedulian sosial antara sesama manusia, tes mengendalikan diri, melahirkan kejujuran, melahirkan disiplin sosial yang tinggi dan ukhuwah Islamiyah. Secara ekonomis, puasa mendidik seseorang hidup hemat, bekerja keras, bisa menghadapi tantangan kemiskinan, menghubungkan antara di kaya dengan si miskin dengan perasaan saling mencintai, saling ketergantungan dan saling tolong menolog.

TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawabanan dari penggalan ini?
2.Tulislah makalah dengan judul: FUNGSI, HIKMAH DAN PERANAN PUASA DALAM KEHIDUPAN 
2. Hajji

Pengertian loghawiyah hajji ialah pergi ke suatu kawasan untuk mengunjunginya. Menurut terminologi syari’ah Islamyah hajji ialah pergi ke Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan ibadah yang sudah dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 3:97, 2:159, 196-203, 22:26-37.

Macam-macam Haji dalam Pelaksanaannya
Haji Ifrad yaitu menlampaukan haji dan sehabis tamat hajinya, kemudian pergi ketempat halal, selanjutnya diberihram dan niat untuk umrah,
  • Haji Qiran, yaitu menlampaukan menyatukan haji dengan umrah dengan niat haji dan umrah sekaligus,
  • Haji Tamattu’, yaitu dengan melampaui miqad, dan niat ihram untuk umrah dan bertahallul di Mekkah, terus tamattu’ dengan meninggalkan tiruana larangan-larangan ihram hingga datang waktu haji.
Syarat dan Rukun Haji Haji
Syarat-syarat haji ialah Islam, merdeka, mukallaf dan mampu/kuasa. Sedangkan rukun-rukun haji ialah Ihram (niat), wujuf, thawaf, sa’i, bercukur, tertib.

Hikmah Haji
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. Aspek ritual dari pada haji. Haji ialah konsekuensi logis daripada syahadatain sebagai bukti tanda kesyukuran atas nikmat/rezki yang didiberikan Allah swt

Manusia sebagai makhluk individu/aspek psikologis dan training pribadi daripada haji. Ibadah haji mendidik disiplin rohani, serta memmembersihkankan/mensucikan diri (bertaubat).

Manusia sebagai makhluk sosial/aspek sosial hemat daripada ibadah haji. Dilihat dari segi historis, ibadah haji mengingatkan kembali kepada sejarah umat insan (pertama pengembangbiakan manusia; bertemunya Adam dan Hawa di ‘Arafah) dan tanah kelahiran Islam. Maka segi sosial ibadah haji ialah menanamkan rasa persamaan derajat dan persaudaraan Muslim (ukhuwah Islamiyah). Dilihat dari segi ekonomi, ibadah haji mendorong umat Islam untuk ulet berusaha secara aktif dan tidak boros, sehingga menjadi golongan aghniya’ (kaya/the have), serta mendorong pertumbuhan bidang transportasi, industri yang berkaitan dengan keperluan haji, dan mendorong paristiwa yang ridha Allah SWT.

TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawabanan dari penggalan ini?
2.Tulislah makalah dengan judul: FUNGSI, HIKMAH DAN PERANAN IBADAH HAJI DALAM KEHIDUPAN 

DAFTAR PUSTAKA
  • Al-Qur’an al-Karim
  • Ali Maulana Muhammad, MA., LLB., Islamologi, Mutiara Jakarta, 1986Jakarta, 1974
  • Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, PT. Intermasa, Jakarta, 1978
  • Gazalba, Sidi. Drs., Asas Agama Islam, Seri Islam 2, Bulan Bintang Jakarta, 1984
  • Kusumamihardja, supan. Drs., Studia Islamica, Girimukti Pasaka Jakarta, 1985
  • Majid, Najahi., Drs., Shalat Lengkap dan Mutiara yang Dikandungnya, Aneka Ilmu Semarang, 1979
  • Salim, Hadiyah, Mukhtarul Hadis, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1985
  • Qardawi, M. Yusuf., DR., Hukum Zakat, Lintera Antara Nusa Jakarta, 1987

LihatTutupKomentar