-->
Penyebab Anak Badung Dan Cara Mengatasinya Berdasarkan Anutan Islam
 adab anak sangat dipengaruhi adab orangtuanya PENYEBAB ANAK NAKAL DAN CARA MENGATASINYA MENURUT AJARAN ISLAM
PAUD-Anakbermainbelajar---Dalam pandangan Islam, adab anak sangat dipengaruhi adab orangtuanya, pendidik, guru, atau orang sampaumur lain dilingkungannyanya. Anak yaitu kertas putih yang sanggup dicoret dan diwarnai dengan warna apapun oleh orang tua, pendidik dan lingkungan masyarakatnya. Karena itu perlu diperhatikan bahwa orang orang tua, guru, ayah, ibu harus benar-benar memperhatikan persoalan training adab Islami anak.

Mendidik anak ialah kasus yang mulia tapi gampang-gampang susah dilakukan, lantaran di satu sisi, setiap orang renta tentu menginginkan anaknya tumbuh dengan adab dan tingkah laris terpuji, tapi di sisi lain, dominan orang renta terlalu dikuasai rasa tidak tega untuk tidak menuruti tiruana impian sang anak, hingga pun dalam hal-hal yang akan merusak training akhlaknya.

Sebagai orang yang diberiman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita meyakini bahwa sebaik-baik nasihat untuk kebaikan hidup kita dan keluarga yaitu petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur-an dan sabda-sabda nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hal yang berafiliasi dengan pendidikan anak, secara khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan orang-orang yang diberiman akan besarnya fitnah yang ditimbulkan lantaran kecintaan yang melampaui batas terhadap mereka.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :
“Wahai orang-orang yang diberiman, bergotong-royong di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah engkau terhadap mereka…” (QS. at-Taghabun: 14).

Makna “menjadi musuh bagimu” dalam firman-Nya yaitu “melalaikan engkau dari melakuakan amal shalih dan sanggup menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Fenomena Kebadungan Anak
Fenomena ini ialah kasus besar yang cukup memusingkan dan menjadi beban pikiran para orangtua dan pendidik, lantaran fenomena ini cukup merata dan dikeluhkan oleh dominan masyarakat, tidak terkecuali kaum muslimin.

Padahal, syariat Islam yang tepat sudah mengajarkan segala sesuatu kepada umat Islam, hingga dalam persoalan yang sekecil-kecilnya, apalagi persoalan besar dan penting menyerupai pendidikan anak.

Sebab kebadungan anak berdasarkan aturan Islam
Termasuk lantaran utama yang memicu penyimpangan adab pada anak, bahkan pada tiruana insan secara umum, yaitu godaan setan yang sudah bersumpah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyesatkan insan dari jalan-Nya yang lurus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau sudah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan menhadiri mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat kepada-Mu).’”
(QS. Al-A’raf: 16-17).

Dalam upayanya untuk menyesatkan insan dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-benih kesesatan pada diri insan semenjak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk megampangkan usaspesialuntuk selanjutnya setelah insan itu dewasa.

Di samping lantaran utama di atas, ada faktor-faktor lain yang memicu dan menghipnotis penyimpangan adab pada anak, berdasarkan keterangan dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Pertama, efek didikan jelek kedua orangtua


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan mendapatkan kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Hadits ini mengatakan bahwa tiruana insan yang dilahirkan di dunia mempunyai hati yang cenderung kepada Islam dan tauhid, sehingga kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi maka nantinya dia akan mendapatkan kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang mempersembahkan efek buruk, bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.

(Di antara pola efek jelek tersebut adalah) jikalau seorang ibu tidak menggunakan hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), bahagia bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) ialah pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) menggunakan hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. INI yang dinamakan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’.”

Kedua, efek lingkungan dan mitra bergaul yang buruk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Perumpamaan mitra duduk (bergaul) yang baik dan mitra duduk (bergaul) yang jelek (adalah) menyerupai pembawa (penjual) minyak kedaluwarsa dan peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak kedaluwarsa sanggup jadi memdiberimu minyak kedaluwarsa atau engkau membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) engkau akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), sanggup jadi (apinya) akan memperabukan pakaianmu atau (minimal) engkau akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.”

Hadits yang mulia ini mengatakan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik adab dan tingkah lakunya, lantaran adanya efek baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka. Hadits tersebut sekaligus mengatakan larangan bergaul dengan orang-orang yang jelek akhlaknya dan pelaku maksiat lantaran efek jelek yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.

Ketiga, sumber bacaan dan tontonan


Pada umumnya, bawah umur mempunyai jiwa yang masih polos dan murni, sehingga sangat simpel terpengaruh dan mengikuti apa pun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau aneka macam tontonan, dengan kata lain anak yaitu peniru yang ulung sehingga dengan cepat berperilaku sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya dari orang terdekat.

Oleh lantaran itulah, metode pendidikan dengan menampilkan pola figur untuk diteladani yaitu termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaa.

Beberapa pola cara mendidik anak yang badung

Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang sanggup ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:

Pertama, teguran dan nasihat yang baik
Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaa untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan eksklusif oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, contohnya saat dia shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang saat sedang makan menjulurkan tangannya ke aneka macam sisi nampan makanan, maka dia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“

Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, bergotong-royong saya ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu.” .

Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam ihwal cara mengatasi penyimpangan adab pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh lantaran itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya ialah faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.

Sumber Rujukan :
Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 4/482.
HSR. Muslim, no. 262HSR. Muslim, no. 2865HSR. Muslim, no. 2367HSR. Bukhari no. 1319, dan Muslim no. 2658Lihat kitab ‘Aunul Ma’bud: 12/319–320HSR. Bukhari no. 5214, dan Muslim no. 2628HSR. Bukhari no. 5061, dan Muslim no. 2022endidikan Karakter...

LihatTutupKomentar