Setiap anak di cuilan bumi ini tidak peduli bagaimana perbedaan yang muncul berkaitan dengan warna kulit, jenis kelabuin, besar fisik mereka, temperamen yang ada, tidak peduli apakah terdapat variasi dalam kemampuan mereka dan masih banyak lagi perbedaan yang sanggup terjadi. Namun mereka tiruana mempunyai kebutuhan yang sama yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, dilindungi dan diperhatikan.
Elemen Keluarga ABK yakni elemen terpenting dari tiruana elemen yang harus diperhatikan. Karena keluarga yakni yang terdekat dan bersingkungan pribadi baik secara intensitas maupun densitas terhadap ABK. Keluarga sanggup menjadi tolak ukur dan citra kondisi perawatan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus tersebut.
Ada beberapa perilaku keluarga dalam menghadapi ABK. Tidak sedikit keluarga yang menganggap kelahiran ABK sebagai Aib keluarga, yang perlu untuk di rahasiakan, disimpan rapat-rapat, bahkan terkadang terbersit cita-cita semoga mereka segera menghilang entah kemana.
Ada juga keluarga yang bisa mendapatkan mereka, tetapi tidak tahu harus berbuat apa, mereka spesialuntuk sekedar didiberi makan dan minum, dirawat apa adanya. Seolah-olah spesialuntuk sebab kewajiban merawat, sambil menunggu waktu hadirnya panggilan kembali ke alam sebelum anak ini dilahirkan.
Ada segelintir keluarga, yang bisa mendapatkan kehadiran mereka sebagai anugrah, sebagai insan yang juga mempunyai kelebihan disamping belum sempurnanyanya. Mereka didik dengan layak, tumbuh kembangnya diperhatikan dengan seksama. Sehingga seringkali terbukti, mereka menjadi belum dewasa yang luar biasa, yang mempunyai kelebihan super dan bisa melewati kemampuan insan normal pada umumnya.
Hal-hal di atas menjadi salah satu permasalahan utama keberhasilan Pendidikan Inklusuf. Proses penyadaran keluarga dengan ABK, oleh tiruana pihak sangatlah penting. Peranan Ayah, Ibu, Adik, Kakak dan anggota keluarga yang lain, untuk membukakan pintu bagi ABK. Untuk mengenalkan kepada ABK indahnya dunia dan tiruana yang ada di dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa kehidupan mereka kini dan yang akan hadir akan sanggup mereka lalui dengan "baik-baik saja".
Selain itu yang perlu diperhatikan juga lingkungan sekitar rumah. Karena lingkungan sosial disekitar rumah atau interaksi dengan tetangga, itu perlu dibangun penyadaran wacana arti kehadiran ABK di dunia ini. Sikap orang renta dan anggota keluarga juga ikut memilih perilaku lingkungan/ tetangga terhadap ABK. Keluarga yang bersikap masuk akal dalam memperlakukan ABK, tanpa ada perasaan canggung dan takut di cemooh, akan lebih dihargai oleh lingkungannya dari pada keluarga yang selalu bersikap curiga dan takut dicemooh oleh tetangganya.
Kemudian untuk lingkungan sosial sekolah perlu juga dipersiapkan untuk mendapatkan kehadiran ABK, tumbuhkan tenggang rasa yang menganggap bahwa ABK sebagai warna-warni kehidupan kita. Interaksi antar wali anakdidik harus dibangun sebagai contoh interaksi positif, saling mendukung dan memotivasi. Bukan interaksi negatif terselubung dengan ungkapan dan tatapan penuh rasa iba dan kasihan melihat ketidak sempurnaan ABK. Interaksi antar anakdidik harus dibangun dengan contoh interaksi yang sling menyayangi, menghargai dan juga berkompetisi sesuai dengan kemampuan mereka.
Sumber : Buletin Ambulung 2013--dengan sedikit penambahan dan perubahan.