-->
Pembinaan Profesionalisme Guru

Pembinaan profesionalisme guru ialah ialah sebuah keniscayaan (sesuatu yang harus dilakukan). Hal itu sangat perlu dan harus dilakukan alasannya ialah aneka macam bantalan an, dintaranya: Tidak bisa dimungkiri banyak guru, dengan aneka macam alasan dan latar belakangnya menjadi sangat sibuk sehingga tidak jarang yang mengingat terhadap tujuan pendidikan yang menjadi kewajiban dan kiprah pokok mereka. Seringkali kesejahteraan yang kurang atau penghasilan yang rendah menjadi alasan bagi sebagian guru untuk menyepelekan kiprah utama yaitu mengajar sekaligus mendidik siswa.
Guru spesialuntuk sebagai penyampai bahan yang berupa fakta-fakta kering yang tidak bermakna alasannya ialah guru menang berguru lebih doloe semalam daripada siswanya. Terjadi ketidaksiapan dalam proses Kegiatan Pembelajaran saat guru tidak memahami tujuan umum pendidikan. Bahkan ada yang memiliki kebiasaan mengajar yang kurang baik yaitu tiga perempat jam pelajaran untuk basa-basi bukan apersepsi -red- dan seperempat jam untuk mengajar. Suatu proporsi yang sangat tidak relevan dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru menganggap siswa spesialuntuk sebagai pendengar setia yang tidak didiberi peluang untuk menyebarkan diri sesuai dengan kemampuannya. 
Banyak aktivitas pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan umum pendidikan yang menyangkut kebutuhan siswa dalam belajar, keperluan masyarakat terhadap sekolah dan mata pelajaran yang dipelajari. Guru memasuki kelas tidak mengetahui tujuan yang pasti, yang penting demi menggugurkan kewajiban. Idealisme menjadi luntur saat yang dihadapi ternyata masih belum dewasa dan kalah dalam pengalaman. Banyak guru enggan meningkatkan kualitas pribadinya dengan kebiasaan membaca untuk memperluas wawasan. Jarang pula yang secara rutin pergi ke perpustakaan untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan.
Kebiasaan membeli buku menjadi suatu kebiasaan yang tidak mungkin dilakukan alasannya ialah guru sudah merasa puas mengajar dengan menggunakan Lomba Kompetensi Siswa (Lembar Kegiatan Siswa) yang berupa soal serta sedikit ringkasan materi.
Dapat dilihat daftar pengunjung di perpustakaan sekolah maupun di perpustakaan umum, jarang sekali guru memdiberi pola untuk mengunjungi perpustakaan secara rutin. Lebih banyak pengunjung yang berseragam sekolah daripada berseragam PSH. Kita masih harus "Khusnudhon" bahwa dirumah mereka berlangganan koran harian yang siap disantap setiap pagi. Tetapi ada juga kekhawatiran bahwa yang lebih banyak dibaca ialah diberita-diberita kriminal yang menempati peringkat pertama pemdiberitaan di koran maupun televisi. Sedangkan diberita-diberita terkena pendidikan, penemuan-penemuan gres tidak menarikdanunik untuk dibaca dan tidak menarikdanunik perhatian. Kebiasaan membaca saja susah dilakukan apalagi kebiasaan menulis menjadi lebih tidak mungkin dilakukan. Ini ialah realita dilapangan yang patut disesalkan. 
Sarana dan pramasukana penunjang pelajaran yang kurang memadai, terutama di kawasan terpencil. Tetapi hal ini tidak bisa dijadikan alasan bahwa dengan masukana yang minimpun sanggup dimanfaatkan seterbaik mungkin semoga mendaptkan hasil yang bagus. Terkadang kita juga harus menggunakan prisip ekonomi yang ternyata sanggup membawa kemajuan. Yang sering dijumpai ialah sudah ada masukana tetapi tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 
Peta dunia spesialuntuk dipajang di depan kelas, globe atau bola dunia dibiarkan berkarat tidak pernah tersentuh, buku-buku pelajaran diperpustakaan dimakan rayap alat-alat praktek di laboratorium spesialuntuk tersimpan rapi alamari tidak pernah dipergunakan. Media pengajaran yang sudah ada tidakboleh dibiarkan rusak atau berkarat gara-gara disimpan. Lebih baik rusak alasannya ialah dipakai untuk praktek siswa. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam pemakaian masukana dan media yang ada demi peningkatan mutu pendidikan. Sekolah juga tidak harus bergantung pada menolongan dari pemerintah mengingat kebutuhan masing-masing sekolah tidaklah sama. 
Tuntutan aneka macam kompetensi sebagaimana disebutkan di atas mendorong guru untuk memperoleh informasi yang sanggup memperkaya kemampuan semoga tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya. Semua hal yang disebutkan diatas ialah hal yang sanggup menunjang terbentuknya kompetensi guru. melaluiataubersamaini kompetensi profesional tersebut, sanggup diduga kuat pada proses pengelolaan pendidikan sehingga bisa melahirkan keluaran pendidikan yang berkarakter. Keluaran yang berkarakter sanggup dilihat pada hasil eksklusif pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan sanggup juga dilihat dari imbas pengiring, yakni di masyarakat.
Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru ialah tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung oleh tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar. 
a)    Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai diberikut;
b)   Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya spesialuntuk sedikit.
c)    Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya spesialuntuk sedikit. 
d)   Perhatian utama guru spesialuntuklah jabatannya. 
Sebaliknya, guru yang memiliki tingkatan janji tinggi, ditandai oleh ciri-ciri sebagai diberikut : 
a)    Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi. 
b)   Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak. 
c)    Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain. 
Tingkat kesejahteraan guru yang kurang mengakibatkan banyak guru yang malas untuk berprestasi alasannya ialah disibukkan mencari suplemen kebutuhan hidup yang semakin berat. Anggaran pendidikan minimal 20 % harus dilaksanakan dan diperjuangkan unutk ditambah alasannya ialah pendidikan menyangkut kelangsungan hidup suatu bangsa. Apabila tingkat kesejahteraan diperhatikan, serius guru dalam mengajar akan lebih banyak tercurah untuk siswa. 
Berdasarkan aneka macam kondisi adil yang cenderung kurang kondusip dan menguntungkan bagi pengembangan guru maka upata pembinaan profesionalisme guru ialah sebuah keharusan. Pembinaan guru intinya sanggup dilakukan dalam bentuk peningkatan diri secara pribadi dan berdikari (self advanced) dan oleh pihak lain dalam aneka macam bentuknya. Pembinaan tersebut sanggup juga dilakukan dalam bentuk pre services pelatihan (pendidikan dan petes sebelum guru bertugas sebagai guru) dan dalam bentuk in cervices pelatihan (pendidikan dan petes setelah guru bertugas sebagai guru). 


1.        Pembinaan Guru melalui precervices training
Mutlak dilakukan saat pertama menjadi guru ialah memahami tujuan umum pendidikan, mamahami huruf siswa dengan aneka macam perbedaan yang melatar belakanginya. Sangatlah penting untuk memahami bahwa siswa balajar dalam aneka macam cara yang tidak sama, beberapa siswa merespon pelajaran dalam bentuk logis, beberapa lagi berguru dengan melalui pemecahan persoalan (problem solving), beberapa bahagia berguru sendiri daripada berkelompok.
Dalam konteks ini peranan forum pendidikan guru sangat menentukan. Guru yang sudah memanfaatkan peluang selama pendidikan sebelum ia diangkat menjadi guru untuk membangun aneka macam kompetensi yang dipersyaratkan akan sangat memilih professional tidaknya ia kelak saat sudah menjadi guru. 
2.        Pembinaan Guru melalui incervices training 
Guru yang professional ialah guru yang tidak pernah merasa puas dan cukup dengan apa yang ia miliki dan lakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Ia akan senantiasa meningkatkan dan menyempurnakan diri dan kemampuannya sebagai seorang guru. Sesungguhnya banyak cara untuk melaksanakan hal itu, baik yang dilakukan secara berdikari maupun gotong royong dengan pihak lain. Berbagai aktivitas itu di antaranya melalui: 
a)    Program pemberdayaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata pelajaran
b)   Forum Ilmiah Guru 
c)    Program petes penemuan gres dalam Proses Belajar Mengajar 
d)   Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah 
e)    Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah 
f)    Melakukan penelitian tindakan kelas 
g)   Magang 
h)   Mengakses diberita kasatmata dari media 
i)     Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi 
Menggalang kerjasama dengan mitra seprofesi 

LihatTutupKomentar