-->
Program Training Pendidikan Menengah
Program Pembinaan Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah bertujuan untuk menyiapkan penerima didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dan mengadakan kekerabatan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta sanggup membuatkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta untuk membuatkan diri sejalan dengan perkembangan iptek. Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta Madrasah Aliyah (MA). Sesuai dengan UUSPN, mulai tahun pedoman 1994195 nama Sekolah Menengan Atas secara resmi sudah bermetamorfosis SMU. Sementara, itu istilah sekolah menengah kejuruan tingkat atas sudah resmi pula bermetamorfosis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pada tahun 1997/98 jumlah anakdidik gres pendidikan menengah (SMU dan SMK), tidak termasuk madrasah aliyah (MA) tercatat 1,851 juta orang. Angka partisipasi berangasan (APK) SLTA tidak termasuk madrasah aliyah (MA) pada tahun 1997/98 yakni 36,7 persen atau jikalau dibandingkan dengan tahun 1993/94 meningkat sebesar 6,4 persen (Tabel XVIII-4). Bila jumlah anakdidik MA diperhitungkan maka APK pendidikan menengah mencapai 40,3 persen. melaluiataubersamaini demikian hingga dengan tahun keempat Repelita VI APK pendidikan menengah sudah melampaui samasukan tahun keempat Repelita VI yaitu sebesar 37,7 persen.

a) Pembinaan Sekolah Menengah Umum (SMU)
Dalam rangka meningkatkan pemerataan peluang belajar, daya tampung SMU terus ditingkatkan. Dalam kurun waktu lima tahun dari 1993/94 hingga dengan 1997/98 sudah dilakukan pembangunan sebanyak 367 UGB yaitu 83 UGB pada tahun 1993/94 dan 284 UGB selama 4 tahun Repelita VI, serta 4.394 RKB yaitu 895 RKB pada tahun 1993/94 dan 3.499 RKB selama 4 tahun Repelita VI. Di samping itu dalam rangka meningkatkan mutu sudah dibangun pula 577 ruang laboratorium IPA dan 452 ruang perpustakaan (Tabel XVIII-5).

melaluiataubersamaini bertambahnya daya tampung SMU, jumlah anakdidik gres kelas I SMU pada tahun 1997/98 meningkat menjadi 1.129,4 ribu orang, dari 835,8 ribu orang pada tahun 1993/94 sehingga jumlah anakdidik SMU pada tahun 1997/98 menjadi 2.995,9 ribu orang atau meningkat sekitar 606,4 ribu orang dari tahun 1993/94 sebesar 2.389,5 ribu orang. APK SMU, atau rasio jumlah anakdidik SMU terhadap jumlah penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 1997/98 mencapai 22,4 persen (Tabel XVIII-4), yang berarti sudah melampaui samasukan tahun keempat Repelita VI sebesar 20,8 persen dan bahkan melampaui samasukan simpulan Repelita VI yaitu 22,3 persen.

Program Pembinaan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Luar Sekolah

Upaya peningkatan ekspansi peluang berguru di SMU tersebut diiringi pula dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Untuk itu selama lima tahun pembangunan hingga dengan tahun 1997/98 sudah dilakukan pengadaan sebanyak 36,6 juta eksemplar buku pelajaran pokok, sehingga menurut perencanaan kebutuhan buku pelajaran SMU dalam Repelita VI sesuai kurikulum 1994 sudah hampir terpenuhi. Di samping itu diadakan pula 1,3 juta buku perpustakaan, sekitar 10 ribu perangkat alat peraga matematika, 3.754 paket alat laboratorium 1PS, serta 6,3 ribu perangkat peralatan kesenian dan olahraga.

Dalam upaya meningkatkan budaya iptek di kalangan siswa SMU, kegiatan petes penelitian terus ditingkatkan. Upaya ini didukung oleh aneka macam lomba karya ilmiah dari tingkai sekolah hingga tingkat nasional. Sejalan dengan itu, dilakukan pula aneka macam kegiatan ekstrakurikuler untuk membuatkan jiwa kepemimpinan dan kreativitas penerima didik, menyerupai melalui kegiatan perjuangan kesehatan sekolah, palang merah remaja, dan pramuka.

Pengembangan SMU Plus yang dirintis pada simpulan Repelita V dilanjutkan dalam Repelita VI. Sekolah ini dimaksudkan untuk menampung siswa yang mempunyai potensi tinggi.dari segi akademik maupun keterampilan. Sampai dengan tahun 1997/98 sudah tercatat 105 SMU Plus tersebar di 27 propinsi, yang umumnya dibangun atas prakarsa pemerintah tempat dan masyarakat melalui yayasan­yayasan. Dari jumlah tersebut 64 sekolah negeri, 25 sekolah swasta, 14 sekolah ialah kolaborasi negeri dan swasta sedangkan 2 sekolah ialah kerjasama antara swasta dengan swasta yang lain.

b) Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pembinaan sekolah menengah kejuruan ditujukan untuk menyiapkan tenaga kerja terampil ditingkat menengah untuk bekerja di industri dan dunia perjuangan pada umumnya. Untuk itu dalam upaya meningkatkan daya tampung dan peluang berguru pada SMK, pada tahun 1997/98 dilakukan ekspansi dan rehabilitasi aneka macam kemudahan pendidikan (Tabel XVIII-6). Jumlah Sekolah Menengah kejuruan negeri secara sedikit demi sedikit terus bertambah dan pada tahun 1997/98 sudah ada 751 Sekolah Menengah kejuruan negeri terdiri dari 8 STM Pembangunan, 176 STM 3 Tahun, 49 STM Pertanian, 12 STM Khusus terdiri dari STM Penerbangan, STM Perkapalan, STM Grafika dan STM Kimia, 339 SMEA dan 167 Sekolah Menengah kejuruan lainnya yang tersebar di tiruana propinsi (Tabel XVIII-6).

melaluiataubersamaini meningkatnya daya tampung tersebut jumlah anakdidik gres kelas I Sekolah Menengah kejuruan meningkat dari 506,3 ribu orang pada tahun 1993/94 menjadi 721,7 ribu orang pada tahun 1997/98. Sejalan dengan itu, jumlah anakdidik Sekolah Menengah kejuruan secara keseluruhan juga meningkat dari 1.366,3 ribu menjadi 1.914,4 ribu orang pada tahun 1997/98 (Tabel XVIII-4). melaluiataubersamaini demikian pada tahun 1997/98 APK Sekolah Menengah kejuruan menjadi 14,3 persen atau meningkat sebesar 3,3 persen jikalau dibandingkan dengan tahun 1993/94 yaitu sebesar 11 persen. melaluiataubersamaini demikian APK Sekolah Menengah kejuruan tersebut sudah melampaui samasukan tahun keempat Repelita VI sebesar 13,3 persen dan hampir mencapai samasukan simpulan Repelita VI sebesar 14,5 persen.

Penyelenggaraan Sekolah Menengah kejuruan tidak spesialuntuk dilakukan Pemerintah tetapi juga dilakukan oleh swasta yang pada umumnya menunjukkan bidang studi nonmetode menyerupai ekonomi, bisnis, pariwisata dan sebagainya. Sehubungan dengan itu pengembangan pendidikan kejuruan oleh pemerintah diutamakan pada bidang-bidang metode serta peningkatan mutu secara keseluruhan. Untuk lebih menjamin biar lulusan Sekolah Menengah kejuruan memenuhi standar yang sanggup diterima oleh dunia kerja, dikembangkan unit produksi dan sistem uji profesi, serta diperbanyak jam praktek dalam proses berguru mengajar. Unit produksi yang mulai dirintis semenjak tahun 1994/95, pada tahun 1997/98 dikembangkan di 726 sekolah. Di samping itu terus dikembangkan pula aktivitas pendidikan sistem ganda (dual system) yang juga dimulai pada tahun 1994/95. Program pendidikan sistem ganda bertujuan untuk lebih menyesuaikan aktivitas pendidikan Sekolah Menengah kejuruan dengan kebutuhan industri dan dunia perjuangan Iainnya serta perkembangan iptek. Sampai tahun 1997/98 aktivitas pendidikan sistem ganda sudah diikuti oleh 2.693 Sekolah Menengah kejuruan termasuk Sekolah Menengah kejuruan swasta, 590 ribu siswa dan dan melibatkan sekitar 72,7 ribu industri (Tabel XVIII-6). Pada tahun 1998/99 aktivitas pendidikan sistem ganda akan dilanjutkan dengan menekankan kegiatan pada peningkatan mutu penyelenggaraan aktivitas tersebut.

Sejalan dengan meningkatnya daya tampung dan peluang berguru di SMK, mutu guru Sekolah Menengah kejuruan ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kemampuan guru melalui diklat guru umum di Sekolah Menengah kejuruan dan diklat guru bidang studi kejuruan di sekolah (in house training) dan juga di industri (on the job training) serta petes guru bidan mata pelajaran di PPPG Kejuruan. Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan guru dan pengelola SMK, ditingkatkan pula pengadaan buku pelajaran, pengadaan peralatan praktik yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas studi, serta peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah kejuruan.

LihatTutupKomentar