-->
Program Pelatihan Pendidikan Tinggi Dan Pendidikan Luar Sekolah
Program Pembinaan Pendidikan Tinggi
Pembinaan dan pengembangah pendidikan tinggi berupaya untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang rnemiliki kemampuan akademik dan/atau profesional, serta kemampuan kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Upaya-upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan antara lain melalui ekspansi peluang belajar, peningkatan mutu, peningkatan relevansi, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.

Jumlah forum perguruan tinggi terus meningkat, demikian pula masukananya sudah makin baik, sehingga sudah memperluas peluang mengikuti kuliah. Pertambahan jumlah perguruan tinggi terutama terjadi pada perguruan tinggi swasta. Pada tahun 1997/98 jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta tercatat sebanyak lebih dari 1.340 forum atau bertambah sekitar 188 forum dibandingkan jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta pada tahun 1993/94. Berbagai perguruan tinggi negeri selama kurun waktu antara tahun 1993/94 hingga tahun 1997/98 sudah menambah gedung pendidikannya yang keseluruhannya mencapai luas 1.394,7 ribu m2 terdiri dari gedung kuliah dan gedung kantor seluas 759,7 ribu m2, gedung laboratoriurn 509 ribu m2, dan perpustakaan seluas 126 ribu m2. Dari keseluruhan gedung pendidikan tersebut, seluas 313,3 ribu m2 dibangun pada selesai Repelita V (1993/94) dan 1.081,4 ribu m2 dibangun selama 4 tahun Repelita VI. Selain itu sudah direhabilitasi pula gedung pendidikan tinggi seluas 1.067,4 ribu m2, dilakukan pada tahun 1993/94 seluas 386 ribu m2 dan 681,4 ribu direhabilitasi selama 4 tahun Repelita VI (Tabel XVIII-8).

Perluasan dan rehabilitasi tersebut sudah meningkatkan daya tampung perguruan tinggi bagi para lulusan SLTA yang jumlahnya terus bertambah sehingga jumlah mahasiswa gres pada tahun pemikiran 1997/98 meningkat lebih dari satu setengah kali lipat menjadi 661 ribu orang dari 418,1 ribu orang pada tahun 1993/94. melaluiataubersamaini demikian angka melanjutkan ke perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa gres terhadap jumlah lulusan SLTA pada tahun 1997/98 menjadi 48,3 persen, atau meningkat 10,5 persen dibanding tahun 1993/94 sebesar 37,8 persen (Tabel XVIII-7).

melaluiataubersamaini meningkatnya jumlah mahasiswa gres tersebut maka jumlah mahasiswa seluruhnya pada tahun keempat Repelita VI menjadi 2.939,9 ribu, meningkat dari sekitar 2.056,7 ribu pada selesai Repelita V. Angka Partisipasi Kasar (APK) perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa dengan penduduk kelompok usia 19-24 tahun pada tahun 1997/98 yaitu sebesar 12,2 persen yang berarti sudah melebihi samasukan tahun keempat Repelita VI sebesar 11 persen. Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama (PTA) diperhitungkan, maka APK perguruan tinggi pada tahun 1997/98 rnencapai 13,4 persen. melaluiataubersamaini demikian APK perguruan tinggi sudah melampaui samasukan tahun keempat Repelita Vl sebesar 12,2 persen dan bahkan melampaui samasukan selesai Repelita VI sebesar 12,8 persen (Tabel XVIII-7).

Pada tahun keempat Repelita VI jumlah lulusan pendidikan tinggi juga meningkat sejalan dengan meningkatnya angka melanjutkan dan APK. Pada tahun 1997/98 jumlah lulusan pendidikan tinggi yaitu 371,4 ribu orang, meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun 1993/94, yaitu sebesar 199,2 ribu orang (Tabel XVIII-7).

Untuk memmenolong mahasiswa dari keluarga yang kurang bisa tetapi berprestasi akademik tinggi semoga mempunyai peluang mencar ilmu di perguruan tinggi didiberikan beasiswa. Pada tahun 1997/98 penyediaan beasiswa menjangkau 40 ribu mahasiswa atau meningkat lebih dari 6 kali lipat dibandingkan tahun 1993/94 yaitu 6.400 mahasiswa. Apabila beasiswa yang didiberikan oleh masyarakat termasuk swasta dan Yayasan Supersemar diperhitungkan, maka jumlah peserta beasiswa pada tahun keempat Repelita VI mencapai lebih dari 50 ribu mahasiswa. Untuk tahun 1997/98 pemdiberian beasiswa oleh pemerintah akan ditingkatkan lagi yaitu bagi lebih dari 50 ribu mahasiswa.

Peningkatan mutu pendidikan tinggi juga terus diupayakan sejalan dengan ekspansi peluang belajar, antara lain dengan meningkatkan jumlah dan rnutu dosen. Jumlah dosen yang pada tahun 1993/94 yaitu sebanyak 88,7 ribu orang, bertambah menjadi sekitar 127,2 ribu orang pada tahun 1997/98 atau meningkat sekitar 38,5 ribu orang (43,4 persen). Mutu dosen ditingkatkan melalui banyak sekali pendidikan dan petes baik di dalam maupun di luar negeri. Secara kumulatif, selama kurun waktu lima tahun terakhir, tahun 1993/94 hingga tahun 1997/98 pendidikan pasca sarjana (Magister dan Doktor) sudah diikuti oleh sekitar 40,5 ribu orang dosen baik dari perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, dan petes atau penataran diikuti oleh lebih dari 38 ribu dosen. Pada tahun 1998/99 pendidikan pasca sarjana (S2 dan S3) akan disediakan bagi 12.150 dosen.

Program Pembinaan Pendidikan Kedinasan dan Tenaga Kependidikan

Selain itu, dilanjutkan aktivitas Beasiswa Unggulan yaitu upaya menjaring para sarjana yang berprestasi akademik tinggi untuk eksklusif mengikuti pendidikan aktivitas S2 atau S3 guna memperkuat tenaga akademik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Pada tahun 1997/98 beasiswa unggulan didiberikan kepada 173 orang, terdiri dari 160 orang untuk aktivitas S2 dan 13 orang aktivitas S3. Apabila dihitung secara kumulatif, semenjak tahun pertama Repelita VI (1994/95) hingga tahun keempat (1997/98), beasiswa tersebut sudah didiberikan kepada 932 orang, terdiri dari 890 orang untuk aktivitas S2 dan 42 orang aktivitas S3.

Sejalan dengan upaya peningkatan mutu dosen tersebut, aktivitas pasca sarjana di dalam negeri terus diperluas. Sampai dengan tahun 1997/98 jumlah perguruan tinggi yang berwenang menyelenggarakan aktivitas pasca sarjana yaitu sebanyak 24 perguruan tinggi negeri dan 54 perguruan tinggi swasta. Jumlah tersebut mencerminkan peningkatan yang sangat berarti kalau dibandingkan dengan tahun 1994/95 di mana jumlah perguruan tinggi yang berwenang menyelenggarakan aktivitas pasca sarjana gres sebanyak 10 perguruan tinggi negeri dan 40 perguruan tinggi swasta.

Selama Repelita VI, masukana penunjang peningkatan mutu pendidikan juga ditingkatkan. Sejak tahun 1993/94 hingga 1997/98 sudah dilakukan pengadaan buku perpustakaan sebanyak lebih dari 710,7 ribu eksemplar, yaitu pada selesai Repelita V sebanyak 51,5 ribu eksemplar dan selama 4 tahun Repelita VI sebanyak 659,2 ribu eksemplar. Dalam kurun waktu yang sama diadakan peralatan laboratorium sebanyak lebih dari 13,8 ribu perangkat, yaitu sebanyak 2,4 ribu perangkat pada tahun 1993/94 dan 11,4 ribu perangkat selama 4 tahun Repelita VI (Tabel XVIII-8).

Untuk mendukung upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi negeri maupun swasta dibuat Badan Akreditasi Nasional guna memantapkan sistem pengakuan melalui evaluasi aktivitas studi, yang mulai bekerja pada tahun kedua Repelita VI. Hingga tahun keempat Repelita VI sudah dilakukan pengakuan aktivitas strata satu (S1) bagi 3.305 aktivitas studi yang menghasilkan rekomendasi pengakuan sebanyak 3.131 aktivitas studi, yaitu: 1.181 aktivitas studi bagi perguruan tinggi negeri, 1.659 aktivitas studi bagi perguruan tinggi swasta, dan 5 aktivitas studi pada perguruan tinggi kedinasan, serta 276 aktivitas studi perguruan tinggi agama. Pada tahun 1998/99 akan dilanjutkan pengakuan bagi sekitar 1.500 aktivitas studi di perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

Dalam Repelita VI upaya peningkatan mutu perguruan tinggi swasta sudah dilanjutkan antara lain melalui pengembangan growth center (pusat pengembangan) di 4 Kopertis, yaitu di Medan, Semarang, Surabaya, dan Ujung Pandang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup beberapa aspek penambahan masukana pendidikan ibarat laboratorium beserta peralatannya yang dipakai oleh para dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi swasta yang belum mempunyai laboratorium yang memadai. melaluiataubersamaini tersedianya masukana pendidikan tersebut, terutama laboratorium ilmu alam dasar dan bahasa yang lengkap dengan peralatannya, maka mutu proses belajar-mengajar di perguruan tinggi swasta di tempat tersebut sanggup lebih meningkat. Oleh lantaran itu terus diupayakan pengembangan growth center ke wilayah-wilayah lainnya.

Penelitian di perguruan tinggi dilanjutkan dan ditingkatkan, terutama melalui penelitian Hibah Bersaing yang bersifat kompetitif. Pada tahun 1997/98 saja, jumlah penelitian seluruhnya mencapai lebih dari 3.200 judul, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding dengan jumlah penelitian yang dilakukan pada tahun 1993/94 sejumlah 1.498 judul. Peningkatan yang tinggi tersebut terutama disebabkan oleh makin meningkatnya penelitian bagi doktor gres dan tim peneliti pasca sarjana yaitu sebanyak lebih dari 400 judul. Penekanan pada mutu hasil penelitian tetap diperhatikan melalui seleksi oleh tim pakar yang sangat ketat, sebagaimana tampak pada penelitian Hibah Bersaing. Pada tahun 1997/98 dari sekitar 2.000 judul yang diusulkan terpilih spesialuntuk sebanyak 298 judul. melaluiataubersamaini demikian pada tahun 1997/98 secara keseluruhan aktivitas penelitian Hibah Bersaing ini membiayai 688 judul penelitian, termasuk penelitian lanjutan tahun 1996/97 (113 judul), 1995/96 (22 judul), 1994/95 (13 judul), dan tahun terakhir bagi 12 judul penelitian yang dilakukan semenjak tahun 1993/94. Di samping itu tetap dibuka peluang penelitian pembibitan dalam banyak sekali bidang ilmu (BBI), yang tingkat seleksinya tidak seketat penelitian Hibah Bersaing, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mereview dosen muda di perguruan tinggi yang kapasitas penelitiannya masih rendah. Pada tahun 1997/98 dilakukan sebanyak 1.730 judul penelitian dosen muda dalam banyak sekali bidang ilmu dari banyak sekali perguruan tinggi negeri maupun swasta di bidang Ilmu Pengetahuan Terapan yang jadinya sanggup segera diterapkan di masyarakat. Sejalan dengan itu dilakukan pula penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar sebanyak 123 judul, dan 211 judul penelitian voucher, yaitu penelitian yang dilakukan berhubungan dengan pengusaha industri kecil sehingga jadinya sanggup dimanfaatkan eksklusif oleh industri tersebut guna pengembangan usaspesialuntuk.

Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan masih dihadapi duduk perkara komposisi bidang studi yang masih seimbang dan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Bidang-bidang studi sains dan kemetodean termasuk pertanian yang sangat dibutuhkan masih sangat rendah proporsinya, yaitu masih kurang dari 30 persen dari total mahasiswa. Oleh lantaran itu upaya pengembangan daya tampung di perguruan tinggi negeri lebih diarahkan pada bidang-bidang sains dan kemetodean, disamping terus dilakukan pula penataan jumlah dan jenis, dan peningkatan mutu program­- aktivitas studi yang ada.

Pengembangan pendidikan polimetode dilanjutkan dan ditingkatkan dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga profesional sesuai perkembangan dunia perjuangan dan industri. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI ini sudah ada 26 polimetode yang terdiri dari 6 polimetode pertanian dan 20 polimetode kemetodean, yang 12 diantaranya menyelenggarakan aktivitas bisnis. Keduapuluh enam polimetode tersebut diselenggarakan di 20 perguruan tinggi negeri.

Program Pembinaan Pendidikan Menengah

Upaya berbagi kampus sebagai masyarakat ilmiah ditingkatkan melalui banyak sekali kegiatan lomba karya ilmiah ibarat Lomba Karya Inovatif Produktif, Lomba Karya Tulis Ilmiah, dan Lomba Karya Widya Utama yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat perguruan tinggi hingga tingkat nasional. Di samping itu kegiatan kemahasiswaan lainnya ibarat keolahragaan dan kesenian juga terus dikembangkan. Dalam upaya meningkatkan kegiatan keolahragaan bagi mahasiswa, dalam Repelita VI hingga dengan tahun keempat sudah dibangun masukana olahraga di 20 perguruan tinggi negeri, berupa lapangan sepak bola yang dilengkapi lintasan atletik, atau berupa kolarn renang. Penentuan jenis masukana olahraga tersebut diadaptasi dengan kebutuhan perguruan tinggi yang bersangkutan dikaitkan dengan masukana olahraga yang sudah ada di wilayahnya, lantaran masukana olahraga tersebut sanggup dimanfaatkan pula oleh masyarakat di sekitarnya maupun oleh mahasiswa perguruan tinggi lainnya.

Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
Sesuai dengan UU SPN, pendidikan luar sekolah ialah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur persekolahan antara lain melalui kegiatan-kegiatan Pemberantasan Buta Aksara atau Kelompok Belajar Paket A tidak setara SD, Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP, Kejar Usaha, Magang, dan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku mental yang diharapkan untuk berbagi diri bekerja mencari nafkah dan memungkinkan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. melaluiataubersamaini demikian masyarakat masyarakat melalui jalur pendidikan luar sekolah selalu menerima peluang dan peluang mencar ilmu dan berusaha.

Kegiatan di dalam aktivitas pelatihan pendidikan luar sekolah yang ditempuh melalui pelatihan Kejar Paket A tidak setara SD mencakup tiga tahapan, yaitu: (1) tahap pemberantasan; (2) tahap pembinaan; dan (3) tahap pelestarian. Tahap pelatihan dan pelestarian tersebut di atas dilakukan melalui banyak sekali upaya, ibarat Kelompok Belajar Usaha (KBU), dan magang. Program ini diarahkan untuk mempersembahkan pelayanan pendidikan, dan peluang mencar ilmu kepada masyarakat masyarakat yang masih buta aksara, serta sekaligus menjamin penduduk yang sudah melek abjad semoga tidak menjadi buta abjad kembali. Dalam upaya menunjang aktivitas pemberantasan buta abjad tersebut dilaksanakan pula Operasi Bhakti ABRI Manunggal Aksara (OBAMA) yang mulai dilaksanakan pada tahun 1995/96. Sampai dengan tahun 1997/98 sudah mencapai 3 juta orang.

Pelaksanaan kegiatan pemberantasan buta abjad selama lima tahun semenjak selesai Repelita V hingga dengan tahun ke empat Repelita VI sudah mencapai 5,6 juta orang. Sejalan dengan peningkatan jumlah peserta aktivitas pemberantasan buta abjad tersebut sudah terjadi penurunan angka buta aksara. Dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tercatat bahwa angka buta abjad di Indonesia pada tahun 1985 masih sebesar 19,07 persen (22,9 juta orang) dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak 120,4 juta orang. Sedangkan menurut hasil SUPAS tahun 1995 angka buta abjad di Indonesia sudah turun menjadi 12,56 persen (19,2 juta orang) dari jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebanyak 152,5 juta orang. Bila dilihat dari angka penurunan buta abjad tersebut maka diperkirakan samasukan Repelita VI sekitar 10 persen akan sanggup dicapai.

Pembinaan Kejar Paket A Setara SD dan Kejar Paket B Setara SLTP ialah upaya dalam rangka mendukung wajib mencar ilmu pendidikan dasar sembilan tahun. Program itu diarahkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat-belajar yang setara dengan sekolah dasar dan setara SLTP dan didiberikan pelajaran pelengkap muatan lokal rnengenai pengetahuan majemuk keterampilan dengan tujuan meningkatkan kemampuan masyarakat mencar ilmu dalam berwirausaha. Kegiatan Kejar Paket A setara SD gres dimulai pada pertama Repelita VI dengan membelajarkan sebanyak 100 ribu orang, dan hingga dengan tahun ke empat Repelita VI sudah mencapai sebanyak 370 ribu orang. Selanjutnya kegiatan Kejar Paket B Setara SLTP gres diuji-cobakan pada Repelita V, dan pada tahun 1993/94 gres membelajarkan sebanyak 18,7 ribu orang. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI pembelajaran kejar paket B tersebut sudah mencapai 441,3 ribu orang.

Pembinaan kegiatan kelompok mencar ilmu perjuangan (KBU) dimaksudkan untuk mempersembahkan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat mencar ilmu sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mempertahankan atau melestarikan kemampuan baca tulis hitung sebagai modal di dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Pada tahun 1993/94 sudah dibelajarkan sebanyak 14,8 ribu orang, dan selama empat tahun Repelita VI sudah dibelajarkan sebanyak 93,2 ribu orang dengan lebih meningkatkan kualitas dari kegiatan KBU. Pada tahun 1998/99 kegiatan ini akan disediakan bagi sekitar 11 ribu orang.

Kegiatan magang ditujukan untuk mempersembahkan keterampilan kepada peserta didik semoga bisa mengelola perjuangan kecil atau sanggup eksklusif bekerja pada forum atau perjuangan tempat magang. Kegiatan magang diharapkan sanggup memperluas peluang memperoleh pekerjaan yang sekaligus mengurangi pengangguran. Apabila pada tahun 1993/94 jumlah peserta didik gres mencapai 15 ribu orang, selama empat tahun Repelita VI sudah mencapai 53 ribu orang.

Pembinaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat ditujukan kepada forum kursus-kursus pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Jumlah forum kursus yang terdaftar dan mempunyai izin dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1997/98 sudah mencapai 19.725 forum kursus. Sejak tahun 1993/94 hingga dengan tahun 1997/98 bagi peserta kursus yang berasal dari kalangan sosial ekonomi lernah sudah didiberikan beasiswa, yang sudah diikuti oleh 29 ribu orang. Prograrn ini bertujuan untuk mempersembahkan bekal kemandirian berusaha bagi masyarakat masyarakat khususnya dari kalangan sosial ekonomi lemah sehingga sanggup membuat lapangan kerja sendiri.

Sejak pertama Repelita VI, sudah diselenggarakan rintisan pelatihan pendidikan terhadap anak dini usia (usia 0 - 8 tahun) dengan lebih inenitik-beratkan pada pelatihan kesehatan dan nutrisi yang diberintikan pada pendekatan intelektual, emosi, sosial, dan kepribadian anak. Pembinaan dan pendidikan dilaksanakan melalui kelompok bermain, penitipan anak, posyandu, bina keluarga balita (BKB), dan program-program pendidikan keluarga. Dalam rangka mendukung rintisan pelatihan pendidikan terhadap anak dini usia tersebut sudah dilaksanakan studi lapangan di Propinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil studi lapangan tersebut maka dilaksanakan lokakarya perencanaan dan upaya-upaya koordinasi dengan beberapa instansi terkait ibarat Departemen Dalam Negeri, Departernen Kesehatan, Departemen Sosial, dan BKKBN untuk mengintegrasikan dan memantapkan kegiatan pengembangan anak dini usia.

LihatTutupKomentar