PERAN FILSAFAT DALAM ILMU KIMIA
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Esa yang sudah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis sanggup menuntaskan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini berjudul “ PERAN FILSAFAT DALAM ILMU KIMIA”. Makalah ini meliputi ihwal kekerabatan sinergi antara filsafat, filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu kimia
Makalah ini ialah goresan pena ilmiah untuk berpikir rasional dalam mengaitkan teori kefilsafatan dalam membangun pemikiran ilmiah dalam mencari kebenaran dalam bidang ilmu kimia. Ilmu kimia harus ada pembuktian ilmiah.
Penulis memberikan seruan maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan. Penulis juga berharap sekali masukan dan Koreksi yang bersifat konsktruktif, sehingga sanggup mempersembahkan motivasi bagi penulis biar lebih baik untuk kedepannya. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaa bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Mungkin spesialuntuk inilah yang sanggup kami lakukan untuk dunia pendidikan
Metro, Awal Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................ 4
II. PEMBAHASAN.....................................................................................
2.1. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu………………………….. 5
2.1.1 Zaman Periode Yunani Kuno…………………………... 5
2.1.2 Zaman Periode pertengahan……………………………. 6
2.1.3 Zaman Periode Kontemporer…………………………… 6
2.2. Tinjauan Umum Filsafat............................................................... 6
2.3. Pengertian Filsafat ........................................................................ 9
2.4. Filsafat Ilmu.................................................................................... 11
2.5. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan ........................
Pengetahuan Alam.......................................................................... 13
2.6. Filsafat sebagai induknya Ilmu pengetahuan................................. 16
2.7. Filsafat kimia................................................................................. 19
2.7.1 Ilmu Kimia dalam Tinjauan Ontologi................................ 19
2.7.2 Ilmu Kimia dalam Tinjauan Epistemologi......................... 20
2.7.3 Ilmu Kimia dalam Tinjauan Aksiologi............................... 22
III. Kesimpulan Dan Saran............................................................................. 27
Kesimpulan........................................................................................ 27
Saran...................................................................................................27
DAFATAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang di identikkan dengan filsafat di mulai sebelum kurun ke -17, bahkan filsafat ialah bahasa lain dari Ilmu
pengetahuan pada dikala itu. Misalnya perkembangan filsafat di Yunani, yang tiruananya hampir meliputi pemikiran teoritis para pemikir, artinya para jago pada dikala itu membuat wangsit dan pendapat yang nantinya dijadikan rujukan dan pedoman oleh orang lain. Pada pertama kurun ke -17, munculah pemikiran gres ihwal filsafat, yaitu pemisahan filsafat dengan ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin usang semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu gres yang pada balasannya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru. Bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi, menyerupai spesialisasi-spesialisasi. Menurut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, lantaran pengetahuan ilmiah atau ilmu ialah “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu lahir sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek samasukannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ilmu kimia lahir dari harapan para jago kimia untuk memperoleh jawabanan atas pertanyaan apa dan mengapa ihwal sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis ihwal materi yang kebenarannya sanggup dijelaskan dengan logika matematika.
Jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri spesifik terkena apa (ontology), bagaimana (estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, mustahil bahasan estimologi terlepas sama sekali dari ontology dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan
Ilmu kimia ialah ilmu mengenal materi kimia. Bahan kimia bukanlah zat absurd yang perlu ditakuti oleh insan biasa. Bahan ini meliputi beberapa aspek benda yang ada disekitar kita. Ilmu kimia yaitu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang menyertai perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak spesialuntuk bertujuan menemukan zat-zat kimia yang pribadi bermanfaa bagi kesejahteraan umat insan belaka, akan tetapi ilmu kimia sanggup pula memenuhi harapan seseorang untuk memahami aneka macam kejadian alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, membuatkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.
Kimia yaitu ilmu ihwal materi dan perubahannya. Materi itu sendiri yaitu segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Semua materi berada dalam tiga wujud yaitu, padat, cair dan gas. Hakikat ilmu kimia yaitu bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi perubahan letak susunan yang mempengaruhi sifat-sifat yang tidak sama dari wujud/bentuk tiruanla. Ilmu kimia lahir dari harapan para jago kimia untuk memperoleh jawabanan atas pertanyaan apa dan mengapa ihwal sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis ihwal materi yang kebenarannya sanggup dijelaskan dengan logika matematika.
Ilmu Kimia ialah salah satu ilmu-ilmu eksak yang sudah tidak absurd lagi di indera pendengaran masyarakat. Pemanfaatan ilmu kimia itu itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Setiap harinya, di mana pun itu, kita sanggup menemukan proses kimia berlangsung serta hasil dari proses kimia tersebut. Baik itu manfaat yang didiberikannya baik ataupun tidak bagi kita sendiri ataupun lingkungan serta masyarakat.
Ilmu kimia itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, Kimia Fisika, Kimia Nuklir (inti), Kimia terapan yang meliputi beberapa aspek banyak ilmu-ilmu terapan, contohnya Kimia Polimer, Kimia Bahan Alam, Kimia Medisinal, dan lain-lain.
Persepsi masyarakat ihwal kimia kebanyakan lebih terdengar negatif. Hal ini juga tidak bisa dipungkiri dari adanya andil kimia dalam penyebab beberapa kerugian yang diderita oleh masyarakat. Misalnya saja limbah dari pabrik yang menjadikan gangguan kesehatan, penerapan bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan, hingga dengan penggunanaan ilmu kimia dalam membuat senjata pembunuh massal yaitu bom atom.
Jika kita lebih bijak, maka tiruana kerugian itu sanggup saja kita tanggulangi. Pada dasarnya ilmu itu ada bukan untuk merugikan insan tetapi sebaliknya. Oleh alasannya yaitu itu, diangkatlah tema ihwal ilmu kimia yang dikaji berdasarkan ontology, epistimologi dan aksiologi biar kita benar-benar mengetahui apa bahwasanya ilmu kimia tersebut.
Tujuan Penulisan
Pada makalah ini di diberikan urain ilmia ihwal Filsafat ilmu bidang kimia dengan tujuan untuk menjadi contoh dasar berpikir kimia dengan konsep pemahaman filsafat ilmu guna mencari kebenaran dari apa yang kita rumuskan dan teliti terkait bidang ilmu kimia
Manfaat Penulisan
Penulisan ini bermanfaa untuk lebih memahami ihwal filsafat, filsafat ilmu dan penerapan filsafat ilmu dalam bidang kimia dalam hal penelitian, pembuatan teori dan kebenaran mutlak
II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Filsafat dan ilmu yaitu dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun secara historis, lantaran kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat eksistensi filsafat. Filsafat sudah berhasil mengubah pola fikir bangsa Yunani dan umat insan dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa tiruana kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para yang kuasa harus dihormatidan sekaligus ditakuti kemudian disembah. melaluiataubersamaini filsafat, pola fikir yang selalu tergantung pada yang kuasa diubah menjadi pola fikir yang tergantung pada rasio.
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat sanggup dibagi dalam empat periodisasi yaitu :
2.1.1 ZamanYunani Kuno atau periode klasik,
Ciri pemikiran filsafat yaitu kosmosentris yakni para filosof masa ini mempertanakan asal-usul alam semesta dan jagad raya. Pada periode ini, orang Yunani berusaha mempersembahkan deskripsi yang rasional dari masalah-masalah yang mereka hadapi, termasuk memikirkan ihwal asal-mula amam semesta. Periode filsafat Yunani ialah periode sangat penting lantaran terjadi perubahan pola fikir insan dari Mitnosentris ( Mengandalkan mitos untuk menunjukan fenomena alam) menuju Logosentris. Thales yaitu orang pertama yang berupaya mencari jawabanan atas pertanyaan ihwal segala benda dalam alam ini sehingga ia dikenal sebagai bapak filsafat.
2.1.2 Zaman periode pertengahan
Pada kurun ini, tradisi berpikir ( berfilsafat ) bersentuhan dengan tradisi agama (Teologi ). Ada 2 periode di jaman pertengahan yaitu periode skolastik Islam dan periode skolastik Kristen.
2.1.3 Zaman periode kontemporer
Pemikiran filsafat pada kurun ini, secara umum dikuasai mengkritisi, memperbaiki, dan menyempurnakan pemikiran-pemikiran filsafat pada kurun sebelumnya. Yang terpenting pada kurun ini yaitu membuatkan pendekatan interdisipliner. Filsafat sebagai “ibu” ilmu pengetahuan yang diharapkan sanggup kembali mengarahkan “anak cucunya” sebagai “mitra dialog” dalam menuntaskan duduk kasus positif masa kini dan masa menhadir yang semakin kompleks ruang lingkupnya.
2.2 Tinjauan Umum Filsafat
Ditinjau dari segi historis, kekerabatan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya ialah suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada kurun ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. melaluiataubersamaini demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum kurun ke 17 tersebut ilmu pengetahuan yaitu identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa lampau ilmu ialah penggalan dari filsafat, sehingga definisi ihwal ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut berdasarkan Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri sudah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” sudah tumbuh mekar-bercabang secara rindang. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. melaluiataubersamaini demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin usang semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu gres yang pada balasannya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan gres bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi menyerupai spesialisasi-spesialisasi. Oleh lantaran itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan sanggup dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya sanggup ditentukan.
Terlepas dari aneka macam macam pengelompokkan atau derma dalam ilmu pengetahuan, semenjak F.Bacon (1561-1626) membuatkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita sanggup mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul berdasarkan Koento Wibisono (1984), yaitu bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang sanggup menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh lantaran itu, maka bidang filsafatlah yang bisa mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat ialah disiplin ilmu yang bisa menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan insan secara tepat. Oleh alasannya yaitu itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, lantaran pengetahuan ilmiah atau ilmu ialah “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek samasukannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang beropini bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum ihwal ilmu atau ihwal dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat sampaumur ini tidak sanggup berkembang dengan baik jikalau terpisah dari ilmu. Ilmu tidak sanggup tumbuh dengan baik tanpa Koreksi dari filsafat. melaluiataubersamaini mengutip ungkapan dari Michael Whikawan (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah lantaran terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak duduk kasus filsafati kini sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan diseriuskan pada pembahasan perihal: “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam”, dengan pertimbangan bahwa riwayat pendidikan penulis yaitu ilmu pengetahuan alam (MIPA – Kimia).
2.3. Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang tiruanla dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang tiruanla itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak spesialuntuk berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat hingga kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam menetapkan soal-soal simpel (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi ihwal filsafat yang sudah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud bahwasanya yaitu pengetahuan ihwal kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat insan dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan. Kalau berdasarkan tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama menggunakan istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni spesialis matematika yang kini lebih populer dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya spesialuntuklah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia ialah seorang Filsuf yang mendirikan anutan filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut anutan filsafat kosmos, filsafat yaitu suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999). Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak mengalah kepada kemalasan, terus menerus membuatkan penalarannya untuk mendapat kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat lantaran insan merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap pertamanya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, lantaran duduk kasus insan makin kompleks, maka tidak tiruananya sanggup dijawaban oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh berdasarkan Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melaksanakan refleksi yaitu berpikir ihwal pikirannya sendiri. melaluiataubersamaini demikian, tidak tiruana duduk kasus itu harus duduk kasus filsafat.
2.4. Filsafat Ilmu
Pengertian-pengertian ihwal filsafat ilmu, sudah banyak dijumpai dalam aneka macam buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu yaitu segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan terkena segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun kekerabatan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu ialah suatu bidang pengetahuan gabungan yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada kekerabatan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang sudah digambarkan pada penggalan penlampauan dari goresan pena ini bahwa filsafat ilmu ialah penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu yaitu ilmu pengetahuan. Oleh lantaran itu setiap dikala ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan usang tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) yaitu sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada taktik pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan hingga pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan insan (Koento Wibisono dkk., 1997). Oleh lantaran itu, diharapkan perenungan kembali secara mendasar ihwal hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain menyerupai ilmu-ilmu kealaman. melaluiataubersamaini demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam tempat filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi sanggup didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek samasukannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang ialah salah satu cabang filsafat dengan sendirinya ialah ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut kasus keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawaban pertanyaan ihwal apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. INI pertama-mula sehingga seseorang akan menentukan pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju samasukan yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang membuatkan ilmu.
melaluiataubersamaini memahami hakekat ilmu itu, berdasarkan Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan sanggup terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.
2.5 Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menunjukan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam yaitu membuatkan pengertian ihwal taktik dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pertama dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan simpel dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam yaitu menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawaban untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai kekerabatan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara mendasar dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang sanggup digunakan. Ilmu pengetahuan alam ialah bentuk refleksif (relefxion form) dari proses berguru yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam.
Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan berdasarkan aspek-aspek yang mengizinkan pendaftaran inderawi yang langsung. Hal kedua yang penting terkena pendaftaran ini yaitu bahwa dalam keadaan ilmu alam kini ini pendaftaran itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana impulsif disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen yaitu cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu ihwal elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya
Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri semenjak kurun ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih lampau. melaluiataubersamaini mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan gres bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk sanggup berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat
Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terlampau yaitu lebih bau tanah sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999).
Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya kini bahwa fisika, kimia dan biologi yaitu penggalan dari kelompok ilmu pengetahuan alam.
Ilmu kimia yaitu suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia sanggup digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir.
Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memdiberi efinisi ihwal ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira-kira yaitu ilmu yang berafiliasi dengan aturan tanda-tanda komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi).
Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penerapan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini sanggup dilihat dari judul karya utama dari penggagas jago kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy.
Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari kekerabatan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini sanggup mempersembahkan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.
2.6 Filsafat sebagai induknya Ilmu pengetahuan
Beberapa jago filsafat menunjukan bahwa filsafat itu yaitu induk tiruana ilmu pengetahuan. Dahulu pada mulanya filsafat meliputi tiruana ilmu yang ada pada zamanya: politik, ekonomi, hukum, seni, dan sebagainya. Akan tetapi usang kelabuaan dengan intensifnya usaha-usaha yang bersifat empiris dan eksperimental terciptalah satu persatu ilmu yang khusus memecahkan satu bidang masalah. Sehingga terwujudlah aneka macam ilmu pengetahuan yang mendasarkan penyelidikannya secara empiris dan eksperimental dan terlepaslah dari filsafat sebagai induknya. Tetapi dengan munculnya ilmu-ilmu tidak berarti sudah lenyaplah eksistensi filsafat dan fungsinya. Filsafat masih tetap eksis dan mempunyai fungsi sendiri yang tidak sanggup digantikan oleh ilmu pengetahuan. Garapan filsafat tidak sama dengan garapan ilmu pengtahuan dan masing-masing dibutuhkan. Dalam kenyataan, setiap ilmu membutuhkan filsafatnya. Ada ilmu aturan ada pula filsafat hukum, ada ilmu pendidikan ada pula filsafat pendidikan.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa resah dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai diberikut:
- Plato (427 – 348 sm), filsafat yaitu ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli
- Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat yaitu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika
- Al Kindi (801 – ……m), filsafat yaitu pengetahuan ihwal realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia
- Al Farabi (870 – 950 m), filsafat yaitu ilmu pengetahuan ihwal alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.
- Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat yaitu pemusatan pikiran, sehingga insan menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam engkaus Bahasa Indonesia, filsafat sanggup diartikan sebagai diberikut
Teori atau analisis logis ihwal prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
Prinsip-prinsip umum ihwal suatu bidang pengetahuan.
Ilmu yang diberintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemology
Falsafah.
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan insan sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur tiruana itu dalam bentuk sistematik. melaluiataubersamaini demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada pertamanya filsafat terdiri dari tiga segi, yaitu
- Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika);
- Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika);
- Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk buruk (estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain meliputi beberapa aspek:
- Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
- Etika (Filsafat Moral)
- Estetika (Filsafat Seni)
- Metafisika
- Politik (Filsafat Pemerintahan)
- Filsafat Agama
- Filsafat Ilmu
- Filsafat Pendidikan
- Filsafat Hukum
- Filsafat Sejarah
- Filsafat Matematika
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami perperihalan-perperihalan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu tersebut. Oleh lantaran itu, mengapa filsafat sering disebut para jago sebagai induk dari tiruana ilmu pengetahuan di mana ilmu tersebut selalu berkaitan dengan filsafat sebagai sumber acuan.
2.7 Filsafat Kimia
2.7.1. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Ontologi
Nama ilmu kimia berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimiya yang artinya perubahan materi, oleh ilmuwan Arab Jabir ibn Hayyan (tahun 700-778). Ini berarti, ilmu kimia secara singkat sanggup diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rekayasa materi, yaitu mengubah materi menjadi materi lain. Secara lengkapnya, ilmu kimia yaitu ilmu mempelajari ihwal susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu zat atau materi. Zat atau materi itu sendiri yaitu segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa
Susunan materi meliputi beberapa aspek komponen-komponen pembentuk materi dan perbandingan tiap komponen tersebut. Struktur materi meliputi beberapa aspek struktur partikel-partikel penyusun suatu materi atau menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling diberikatan. Sifat materi meliputi beberapa aspek sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat suatu materi dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut. Perubahan materi meliputi perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan kimia (menghasilkan zat baru). Energi yang menyertai perubahan materi = menyangkut banyaknya energi yang menyertai sejumlah materi dan asal-usul energi itu.
Ini berarti bahwa aspek ontologi dari ilmu kimia adalah:
- Konsep kimia, yang berarti kimia yaitu ilmu yang mempelajari ihwal susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi
- Objek studi dari ilmu kimia yaitu zat atau materi.
Bagian yang terpenting dari ilmu kimia yaitu mempelajari reaksi kimia, perubahan yang terjadi bila senyawa kimia diberinteraksi membentuk suatu senyawa gres yang tidak sama. Reaksi kimia ialah suatu hal yang menakjubkan untuk diteliti dan ialah penggalan yang sangat senang dari ilmu kimia untuk memperhatikan terjadinya reaksi kimia.
Hakekat ilmu kimia yaitu benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang tidak sama dengan wujud yang tiruanla.
2.7.2. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Epistimologi
Epistimologi ilmu yaitu berbicara ihwal bagaimana ilmu itu diperoleh dan dikembangkan. Ilmu kimia ialah ilmu yang pada pertamanya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya ilmu kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Ilmu kimia dikembangkan oleh jago kimia untuk menjawaban pertanyaan “apa” dan “mengapa” ihwal sifat materi yang ada di alam. Pengetahuan yang lahir dari upaya untuk menjawaban pertanyaan “apa” ialah suatu fakta bahwa sifat-sifat materi yang diamati sama oleh setiap orang akan menghasilkan pengetahuan deskriptif yang diperoleh dengan merancang percobaan dan melaksanakan eksperimen. Sedangkan pengetahuan yang lahir untuk menjawaban pertanyaan “mengapa” suatu materi mempunyai sifat tertentu akan menghasilkan pengetahuan yang teoritis. Pengetahuan ini diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah sehingga muncul dan diciptakannya suatu teori. Teori yang sudah ditemukan akan terus dibuktikan oleh peneliti lain demi memperkuat teori tersebut atau mungkin menyempurnakannya. Teori yang sudah mendekati tepat akan diakui. Berikut yaitu bagaimana ilmu kimia dikembangkan.
2.7.3. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Aksiologi
Aksiologi ilmu membicarakan ihwal nilai atau kebermanfaaan suatu ilmu. Ilmu kimia menyerupai halnya ilmu-ilmu yang lain mempunyai manfaat apabila dipelajari oleh siapapun. Manfaat dari mempelajari ilmu kimia meliputi :
- Pemahaman kita menjadi lebih baik terhadap alam sekitar dan aneka macam proses yang berlangsung di dalamnya.
- Mempunyai kemampuan untuk mengolah materi alam menjadi produk yang lebih berkhasiat bagi manusia.
- Memmenolong kita dalam rangka pembentukan sikap.
Secara khusus, ilmu kimia mempunyai peranan sangat penting dalam bidang : kesehatan, pertanian, peternakan, hukum, biologi, arsitektur dan geologi. Pada bidang kesehatan contohnya yaitu ditemukannya obat-obatan dari proses kimia yang sanggup memmenolong dalam proses pemulihan terhadap suatu penyakit.
Dibalik sumbangannya yang besar bagi kehidupan kita, secara jujur harus diakui bahwa perkembangan ilmu kimia juga mempersembahkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. contohnya materi pangan yang beredar di tengah masyarakat yang mengandung materi kimia berbahaya, menyerupai : tahu, bakso yang mengandung materi formalin, pengawet. Krupuk yang kita konsumsi pun tak luput dari materi racun kimia “boraks”. Bahkan, minuman es di kantin-kantin maupun yang dijual dipinggir jalan diindikasikan bahwa materi pewarnanya tak lain yaitu materi yang dipakai untuk pewarna kain. Produk kecantikanpun tak luput dari penerapan racun-racun berbahaya, mercuri, yang berakibat paling fatal yakni maut serta masih banyak lagi manfaat negatif dari ilmu kimia.
Dampak negatif dari ilmu kimia ada lantaran para pelaku tersebut paham konsep dan proses ilmu yang ditemukan tetapi tidak mempedulikan nilai dari ilmu tersebut, sehingga ilmu yang ditemukan spesialuntuk akan membawa kerugian bagi masyarakat. Jika setiap insan menemukan ilmu dengan memandang wilayah aksiologi, maka ilmu tersebut akan mempunyai nilai yang tinggi. contohnya yaitu terkena peluruhan atom yang sanggup dimanfaatkan oleh insan untuk tujuan tertentu. Peluruhan atom sudah diketahui oleh ilmuwan, bahwa dalam proses peluruhan atau fisi sebuah unsur akan disertai pelepasan energi beberapa elektron yang tentunya sanggup dimanfaatkan, misalkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Ilmu kimia ialah ilmu mengenal materi kimia. Bahan kimia bukanlah zat absurd yang perlu ditakuti oleh insan biasa. Bahan ini meliputi beberapa aspek benda yang ada disekitar kita. Ilmu kimia yaitu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta energi yang menyertai perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak spesialuntuk bertujuan menemukan zat-zat kimia yang pribadi bermanfaa bagi kesejahteraan umat insan belaka, akan tetapi ilmu kimia sanggup pula memenuhi harapan seseorang untuk memahami aneka macam kejadian alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, membuatkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja.
Kimia yaitu ilmu ihwal materi dan perubahannya. Materi itu sendiri yaitu segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Semua materi berada dalam tiga wujud yaitu, padat, cair dan gas. Hakikat ilmu kimia yaitu bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi perubahan letak susunan yang mempengaruhi sifat-sifat yang tidak sama dari wujud/bentuk tiruanla.
Ilmu kimia lahir dari harapan para jago kimia untuk memperoleh jawabanan atas pertanyaan apa dan mengapa ihwal sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis ihwal materi yang kebenarannya sanggup dijelaskan dengan logika matematika. Jenis pengetahuan selalu mempunyai cirri-ciri spesifik terkena apa (ontology), bagaimana (estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, mustahil bahasan estimologi terlepas sama sekali dari ontology dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Filsafat yaitu pengetahuan ihwal segala apa yang ada. Filsafat memdiberi jawabanan atas pertanyaan “apakah hakikatnya segala yang ada di atas bumi dan dikolong langit?”. Segala apa yang ada ini sanggup dibagi dalam dua bagian, yaitu benda hidup dan benda mati. Benda hidup berupa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Benda mati berupa cangkir, piring, meja, watu dan sebagainya. Kaprikornus segala apa yang ada spesialuntuk terdiri dari benda hidup dan benda hidup dan benda mati.
Benda mati tidak bergerak, dan tidak mengalami perubahan kecuali bila digerakkan dan dirubah oleh benda lain. Sedangkan benda hidup bergerak dan mengalami perubahan walaupun tidak digerakkan atau dirubah oleh benda lain. melaluiataubersamaini demikian maka gerak dan perubahan itu bersifat pribadi. Wujud satuan benda jadi yaitu hewan, manusia, meja, dingklik dan sebagainya. Wujud insan sebagai benda disebut tubuh (raga). Raga insan senantiasa sanggup bergerak sendiri dan sanggup mengalami perubahan sesuai keinginannya, baik dalam hal perubahan sifatnya, bentuk dan energi yang dihasilkan. Jika raga itu tidak sanggup lagi bergerak sendiri dan melaksanakan perubahan, maka raga itu disebut mati.
Perubahan ada dua yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika yaitu perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, yang berubah spesialuntuklah bentuk dan wujudnya tanpa mengubah jenis dan sifat zat tersebut. Sedangkan perubahan kimia yaitu perubahan yang menghasilkan zat baru, berubah sifat dan susunannya.
Benda mati ini apabila mengalami perubahan tidak akan mengubah sifat dan jenisnya, spesialuntuk berubah bentuk dan wujudnya saja. Misalnya kayu yang sudah di bentuk atau diolah oleh seseorang menjadi dingklik atau meja, yang berubah spesialuntuklah bentuk dari kayu itu yang tiruanla berbentuk panjang bulat, setelah diolah berbentuk meja dan dingklik yang mempunyai kaki, sifat dari benda itu tetap yaitu kayu. Lain halnya dengan benda hidup menyerupai manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Disini insan sama halnya dengan perubahan kimia yang mengalami perubahan menghasilkan zat baru, berubah sifat dan bentuknya. Misalnya bayi yang gres lahir dengan bentuk yang kecil dan spesialuntuk bisa menangis dan menggerakkan tangan dan kaki, tetapi setelah bayi itu tumbuh sampaumur maka otomatis bentuk tubuh dan sifatnya berubah. Energy yang dikeluarkannya juga lebih banyak seiring dengan kegiatan/pekerjaan yang ia lakukan.
Energy yaitu sesuatu yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan usaha, tidak sanggup diamati pribadi keberadaannya, tetapi sanggup diamati akhir yang ditimbulkan.
III. KESIMPULAN
- Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam bidang kimia, lantaran kenyataanya, filsafat ialah induk dari ilmu pengetahuan alam.
- Hakikat dari ilmu kimia yaitu benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, baik itu susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain maupun perubahan letak susunan yang mana hal ini mempengaruhi sifat-sifat yang tidak sama dengan wujud yang tiruanla.
- Ilmu Kimia ada lantaran untuk menjawaban pertanyaan “apa” dan “mengapa” ihwal materi yang diamati.
- Ilmu Kimia secara aksiologi yaitu berkaitan dengan kebermanfaaan dari ilmu kimia tersebut yang dikaitkan dengan moral insan yang menggunakannya. Ilmu kimia akan bermanfaa jikalau moral insan yang menggunakannya baik, dan ilmu kimia akan menhadirkan kerugian jikalau moral insan yang menggunakannya tidak baik.
2. Saran
Saran yang didiberikan berkaitan dengan topic yang diambil yaitu ilmu kimia ialah ilmu yang bermanfaa bagi insan jikalau dimanfaatkan secara benar dan tepat. Benar dalam hal sesuai dengan fungsinya dan tepat dalam hal komposisinya.
DAFTAR PUSTAKA
- Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26.
- Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
- Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16
- Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam,
- Relevansi Filsafat dalam Pengembangan Ilmu Kimia (Wilayah Aksiologi).