-->
Pengertian Dan Ciri-Ciri Cerpen Berdasarkan Pakar
1.  Pengertian Cerpen
Cerpen yaitu suatu dongeng yang pendek dan spesialuntuk melukiskan sebagian dari insiden dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen yaitu bentuk prosa yang pendek yang paling sederhana ialah kerja fiksi, dengan imbas satu-satunya kesan impression jadi mengungkap satu dari kehidupan saja, bukan berarti terdiri dari satu halaman saja, tetapi bisa hingga beberapa halaman. Kata pendek dalam batasan ini tidak terperinci ukurannya. Sehubungan dengan hal ini maka di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat terkena pengertian cerpen.

Menurut Muh. Darisman (1998:59) menyatakan cerpen yaitu dongeng singkat yang dibentuk pengarang tentang sesuatu hal yang pernah dialaminya atau spesialuntuk khayalan si pengarang saja. Cerita pada cerpen lebih memusatkan pada satu tokoh dongeng dalam satu situasi. Selain itu berdasarkan Ajip Rosidi (1973:176) dongeng pendek yaitu dongeng yang pendek dan ialah satu kebulatan ide.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas terkena pengertian cerpen sanggup disimpulkan, cerpen yaitu dongeng pendek yang mempunyai kebulatan ide, yang dibentuk oleh pengarang tentang suatu hal yang pernah dialaminya atau spesialuntuk bersifat khayalan yang mempersembahkan kesan tunggal pada jiwa pembaca.

2 Pembagian Cerpen
Berdasarkan sudut pandang yang umum cerpen sanggup diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, (1) berdasarkan jumlah kata, dan (2) berdasarkan nilai sastra.
2.1 Berdasarkan jumlah kata 
Berdasarkan jumlah kata yang dikandung maka sanggup dibedakan menjadi dua jenis cerpen yaitu :
  • Cerita yang pendek (short story) yaitu dongeng pendek yang jumlah katanya dibawah 5000 kata atau maksimum 5000 kata, kira-kira 16 halaman kertas kwarto dengan spasi rangkap. Apabila dibaca memerlukan waktu kurang lebih seperempat jam (15 menit).
  • Cerpen yang panjang (long short story) yaitu dongeng pendek yang jumlah katanya antara 5000 hingga 10.000 kata atau kira-kira hingga 33 halaman dengan kertas kwarto dengan spasi rangkap yang sanggup dibaca kurang lebih hingga setengah jam (30 menit). 
2.2 Berdasarkan nilai sastra
Berdasarkan nilai sastra dibagi menjadi dua yaitu :
  • Cerpen sastra yaitu sebuah cerpen yang dibentuk untuk mereka yang bahagia dengan karya-karya sastra dan cerpen tersebut sanggup di analisis oleh pembacanya. 
  • Cerpen hiburan yaitu cerpen yang dibentuk untuk bisa menghibur pembaca.
2.3 Ciri-ciri Cerpen
Ketika kita membicarakan pengertian dongeng pendek, sebetulnya sudah terkandung pembicaraan tentang ciri-ciri cerpen itu sendiri. Pembicaraan dalam cerpen dilakukan secara hemat dan hemat sehingga pada umumnya dalam sebuah cerpen spesialuntuk ada dua atau tiga tokoh, spesialuntuk ada satu insiden dan spesialuntuk ada satu imbas bagi pembacanya.

Menurut Tarigan (1985:177) dalam prinsip-prinsip dasar sastra mengemukakan beberapa ciri khas cerpen yaitu sebagai diberikut :
  1. Ciri utama cerpen yaitu singkat, padat, dan intensif.
  2. Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarikdanunik perhatian
  3. Unsur-unsur cerpen yaitu : adegan, tokoh, dan gerak.
  4. Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama.
  5. Dalam cerpen sebuah insiden atau insiden harus sanggup menjadikan pusat perhatian yang menarikdanunik, sehingga sanggup memancing perhatian para pembacanya dan kemudian insiden atau insiden harus sanggup menguasai jalan ceritanya.
  6. Cerpen spesialuntuk tergantung pada satu situasi.
  7. Cerpen harus menjadikan perasaan beda pembaca yaitu berpertama dari jalan dongeng yang menarikdanunik.
  8. Cerpen harus mempunyai satu imbas atau kesan yang menarikdanunik.
  9. Cerpen harus menjadikan imbas dalam pikiran pembaca.
  10. Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan baik eksklusif maupun tak langsung.
  11. Cerpen menyajikan satu emosi.
  12. Cerpen harus menjadikan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarikdanunik perasaan dan gres menarikdanunik pikiran.
  13. Dalam cerpen ceritanya spesialuntuk terdiri dari inti suatu insiden yang ialah cerpen.
  14. Panjang dongeng kurang lebih 10.000 kata. 
4 Unsur – unsur Intrinsik Cerpen
Cerita pendek ialah salah satu bentuk prosa (fiksi) yang sudah bisa menduduki posisi tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang cukup strategis dalam dongeng pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka sehingga simpel dikenal dan dimengerti oleh masyarakat.

Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur pendukung itu antara lain : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik yaitu aspek-aspek yang mensugesti cipta sastra yang bersumber dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13). Dalam penelitian ini diseriuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam yaitu sebagai diberikut :
  1. Tema 
  2. Alur (plot)
  3. Penokohan (perwatakan)
  4. Latar (setting)
  5. Sudut pandang 
  6. Gaya bahasa
Unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut diatas akan diuraikan secara terperinci ibarat tertera diberikut ini :

4.1 Tema
Tema yaitu gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letak dan posisinya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Oleh lantaran itu, pengarang tidak menyampaikan secara terperinci tema karangannya, tetapi merasuk, menyatu dalam tiruana unsur cerpen dan dengan demikian akan menghasilkan suatu cerpen yang baik. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau menceritakan, tetapi mau menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa berupa pandangan hidupnya atau komentar tentang kehidupannya. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, tiruana didasari oleh wangsit atau gagasan pokok pengarang. Sebuah cerpen harus selalu menyampaikan sesuatu pendapat yaitu pendapat pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain sanggup mengerti hidup ini lebih baik (Sumardjo dan Saini, 1988:57).

PERBANDINGAAN CERPEN MENURUT AHLI
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target=post;postID=8960448334041690637;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=90;src=link

Menurut Semi, (1981:34) tema yaitu gagasan sentral yang menjadi dasar sebuah cerita. Sehingga tema mempunyai suatu kedudukan yang sangat penting. 

Dari uraian di atas sanggup disimpulkan tema sanggup dipandang sebagai dasar cerita, atau gagasan utama dari sebuah karya sastra. 

4.2 Alur/Plot
Alur/plot yaitu rangkaian insiden demi insiden yang terjadi pada suatu cerpen. Dimana rangkaian insiden tersebut untuk membangun cerpen itu sendiri. Munculnya suatu insiden dalam sebuah dongeng harus mempunyai kekerabatan dengan insiden lainnya, artinya suatu insiden terjadi dengan alasan mengapa pelaku itu melaksanakan suatu perbuatan. Urutan insiden itu dimulai dengan mempersembahkan suatu keadaan, kemudian keadaan itu mengalami perkembangan yang pada akhirnya ditutup dengan penyelesaian. 

Menurut Wendy Widya (2006:27) alur yaitu jalan dongeng yang merangkai peristiwa-peristiwa dalam dongeng menjadi sebuah dongeng yang utuh.

Alur/plot yaitu rangkaian insiden yang mempunyai kekerabatan alasannya yaitu tanggapan sehingga menjadi suatu satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur atau plot sanggup dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau cerita. Alur atau plot tersebut sanggup dibedakan menjadi tiga bab yaitu : 
  1. alur maju, 
  2. alur mundur, 
  3. alur gabungan atau alur maju dan mundur.
Alur maju bermula dari titik pertama insiden dan berjalan secara teratur hingga titik final cerita. 
Alur mundur apabila peristiwa-peristiwa dalam dongeng disusun berdasarkan alasannya yaitu akibat, diceritakan mulai dari masa lampau ke masa kini. Sedangkan alur gabungan yaitu peristiwa-peristiwa yang ada disusun secara adonan antara alasannya yaitu akibat, waktu sekarang ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu sekarang (Wendy Widya, dkk, 2006:28). Biasanya alur/ plot dari sebuah dongeng terdiri atas : 
  • Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang suatu kondisi permulaan yang dilanjutkan dengan kondisi diberikutnya.
  • Alur tengah, yaitu kondisi mulai kearah kondisi yang mulai memuncak.
  • Alur puncak, yaitu kondisi mencapai klimaks sebagai titikpuncak insiden (mencapai klimaks permasalahan).
  • Alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan perkara atau penyelesaian, (Semi, 1988:44).
Berdasarkan uraian di atas terkena pengertian alur, maka sanggup ditarik kesimpulan pengertian dari alur/plot yaitu suatu rangkaian insiden demi insiden dalam dongeng yang saling bekerjasama alasannya yaitu tanggapan satu sama lain sehingga membentuk sebuah dongeng yang utuh.

4.3 Penokohan (Perwatakan)
Penokohan (perwatakan) yaitu cara melukiskan perilaku dan tabiat para pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya, mencakup sifat lahir dan sifat batinnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu dongeng mempunyai peranan yang paling penting dalam suatu dongeng disebut tokoh inti atau tokoh utama (tokoh protagonos).

Tokoh dibagi menjadi dua yaitu : tokoh baik (protagonis), tokoh jahat (antagonis). Selain itu tokoh sanggup juga dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung. 

Ada dua cara memperkenalkan pelaku dalam dongeng yaitu : secara analitik dan secara dramatik (Antara, 1988:23).
  1. Secara Analitik, yaitu pengarang eksklusif memaparkan tabiat atau aksara tokohnya, pengarang sebut tokoh tersebut keras hati.
  2. Secara Dramatik, yaitu pengarang tidak menerangkan tabiat pelaku ceritanya secara langsung, watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal lain, ibarat pilihan nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah lakunya terhadap tokoh lain melalui dialog.
Selain itu untuk memahami tabiat pelaku, kita sanggup menelusuri lewat beberapa hal diberikut : 
  1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
  2. Gambaran yang didiberikan pengarang lewat citra lingkungan kehidupan maupun caranya berpakaian.
  3. Menunjukkan bagaimana prilakunya.
  4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.
  5. Memahami bagaimana jalan pikirannya.
  6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya.
  7. Melihat bagaimana tokoh lain bercengkrama dengannya. 
  8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu mempersembahkan reaksi terhadapnya. 
Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya. 
(Aminuddin, 1995 : 80-81)

Berdasarkan uraian di atas terkena pengertian penokohan atau perwatakan dalam sebuah dongeng yaitu menggambarkan tokoh dipergunakan oleh pengarang untuk memandang, menguraikan persoalan, dan menuntaskan permasalahan sehingga sanggup menghidupkan tokoh dan jalan cerita. Pengarang menempatkan tokohnya dengan aksara yang cocok dengan dongeng yang ditulisnya.

4.4 Latar atau Setting
Latar atau setting menerangkan terkena waktu, tempat, atau ruang dan suasana terjadinya atau berlangsungnya suatu cerita. Latar daerah ialah klarifikasi tentang daerah terjadinya peristiwa. Latar waktu ialah klarifikasi tentang waktu terjadinya peristiwa. Latar suasana ialah klarifikasi tentang suasana dikala suatu insiden terjadi (Wendy Widya, dkk. 2006:27).

Menurut Nurgiantoro (1995:216) latar atau setting ialah waktu/ keadaan alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa, lantaran setiap perbuatan atau kegiatan insan akan terjadi pada tempat, waktu, dan keadaan tertentu sehingga dongeng itu tampak lebih hidup dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca.

Latar disebut juga sebagai landas tumpu yang menyangkut pada pengertian daerah (geografis), kekerabatan waktu (historis), dan lingkungan sosial (kemasyarakatan) daerah terjadinya insiden atau terjadinya cerita. Meskipun ketiga unsut latar ini tidak sama namun kenyataannya saling berkaitan dan mensugesti satu sama lain (Wendy Widya, dkk. 2006:35).

Dari beberapa pendapat di atas penulis sanggup menyimpulkan bahwa, latar/setting tidak spesialuntuk sebatas klarifikasi terkena daerah terjadinya peristiwa, melainkan lebih kompleks yaitu menyangkut waktu, lokasi geografis, topografis, sosial budaya, dan agama sehingga sanggup mempersembahkan citra aksara tokoh dalam cerita. 

4.5 Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu dari sudut mana pengarang memandang yang menjadi pusat pengisah atau yang menjadi landasan tumpu dongeng atau dengan kata lain sudut pandang yaitu cara pengarang memandang dongeng atau landasan tumpu.
Adapun macam-macam sudut pandang yaitu : 
  • Author-participant (pengarang turut ambil bab dalam cerita). Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu pengarang menjadi pribadi pelaku utama sehingga ia memakai kata “aku” atau pengarang spesialuntuk mengambil bab kecil saja, maksudnya pengarang memakai kata “aku” dalam dongeng tetapi bukan sebagai pelaku utamanya. 
  • Author – ominiscient (orang ketiga). Pengarang menceritakan ceritanya dengan mempergunakan kata “dia” untuk pelaku utamanya tetapi ia turut hidup dalam pribadi pelakunya. 
  • Author – observer. Hampir sama dengan author – ominiscient, bedanya pengarang spesialuntuk sebagai peninjau seakan-akan ia tidak sanggup mengetahui jalan pikiran pelakunya. 
Multiple. Sudut pandang pengarang campur baur. 
Dari klarifikasi diatas penulis sanggup menyimpulkan sudut pandang yaitu langkah taktik pengarang dalam menempatkan dirinya dalam suatu karya sastranya. Dalam taktik itu ada sudut pandang orang pertama, orang ketiga, dan sebagai pengamat.

4.6 Gaya Bahasa
Bahasa dalam seni sastra sanggup disamakan dengan cat dalam seni lukis, keduanya ialah unsur bahan, alat, atau masukana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” dari pada sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa ialah masukana pengungkap sastra dipihak lain sastra lebih dari sekedar bahasa, deretan kata, namun unsur “kelebihannya” itupun spesialuntuk sanggup diungkapkan dan ditafsirkan melalui bahasa. Jika sastra dikatakan ingin memberikan sesuatu atau mendialogkan sesuatu tersebut spesialuntuk sanggup dikomunikasikan lewat masukana bahasa. 

Dalam sebuah karya sastra istilah gaya bahasa mengandung pengertian cara seorang pengarang memberikan gagasan dengan memakai media bahasa yang indah dan serasi serta bisa memuaskan makna dan suasana yang sanggup menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 1995:72). 

Gaya bahasa berfungsi untuk menghidupkan dan menjiwai karangan supaya terasa segar sehingga pembaca tidak merasa jenuh atau bosan. Apabila gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang sudah menghasilkan “daya” tertentu kepada pembacanya, berarti juga bahasa yang sudah digunakan sudah mencapai “plastik bahasa”. Karya sastra yang plastik bahasanya tinggi akan disenangi pembaca, alasannya yaitu gambaran-gambaran atau lukisan-lukisan yang terdapt di dalamnya terasa hidup, segar, dan berjiwa (Adiwardoyo, 1990:2).

Setiap karya sastra khususnya cerpen sangat ditentukan oleh penerapan gaya bahasa. Gaya bahasa yang indah dan menarikdanunik akan memancing untuk menikmati terus rangkaian dongeng yang terjalin, tidak menjadikan rasa bosan bagi pembaca. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam membuat karya sastra, dan banyak pengarang dikenal lantaran gaya bahasa yang digunakan dalam karyanya.

Misalnya pembaca yang sudah sering membaca sebuah karya sastra dan erat dengan hasil karya seorang pengarang ia akan mengetahui bagaimana cara pengarang itu menceritakan. Seorang pembaca kadang kala menyenangi karya sastra lantaran gaya bahasa yang tidak sama dalam dongeng yang dibuatnya. Gaya bahasa pengarang akan diketahui kalau seorang pengarang sudah menulis banyak karya sastra. Dalam membuat karya sastra seorang pengarang ada yang memakai gaya bahasa yang lemah, ada yang keras, penuh perasaaan, dan ada juga yang memakai gaya bahasa yang bersifat memberontak.

5 Model Pembelajaran Inkuiri
Sejak insan lahir ke dunia, insan mempunyai dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya ialah kodrat insan semenjak ia lahir ke dunia. Sejak kecil insan mempunyai keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan indera-indera lainnya. Hingga remaja keingintahuan insan secara terus menerus berkembang dengan memakai otak untuk berpikir. Pengetahuan yang dimiliki insan akan bermakna (meaningfull) mabadunga didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu taktik pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran inkuiri dikembangkan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melaksanakan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk mempersembahkan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk memmenolong individu untuk membangun kemampuan itu (Wina Sanjaya, 2010:196).

Selanjutnya Sanjaya, 2010:196-197 menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama taktik pembelajaran inkuiri. Pertama, taktik inkuiri menekankan kepada kegiatan siswa secara terbaik untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak spesialuntuk berperan sebagai akseptor pelajaran melalui klarifikasi guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh kegiatan yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan sanggup menumbuhkan perilaku percaya diri (self believe). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator mencar ilmu siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawaban antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam memakai metode bertanya ialah syarat utama dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri. Ketiga, tujuan dari penerapan taktik pembelajaran inkuiri yaitu menyebarkan kemampuan intelektual sebagai bab dari proses mental, balasannya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak spesialuntuk dituntut supaya menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka sanggup memakai potensi yang dimilikinya.

Menurut Gulo (dalam Astini, 2012:14) ada dua samasukan keterlibatan siswa secara terbaik dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan mencar ilmu di sini yaitu kegiatan mental, intelektul, dan sosial emosional. Kedua yaitu keterangan kegiatan secara logis dan sitematis pada tujuan pengajaran dan menyebarkan perilaku percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Gulo (dalam Astini, 2012:14) menggambarkan proses mencar ilmu melalui inkuiri mencakup beberapa kegiatan siswa sebagai diberikut :
  1. Bertanya, tidak semata-mata mendengarkan dan menghafal;
  2. Bertindak, tidak semata-mata melihat dan mendengarkan;
  3. Memdiberi pemecahan, tidak semata-mata mendapatkan;
  4. Menemukan problema, tidak semata –mata mencar ilmu fakta-fakta;
  5. Menganalisis, tidak semata-mata mengamati
  6. Membuat sintesis, tidak semata-mata membuktikan;
  7. Berpikir, tidak semata-mata berkhayal/membayangkan;
  8. Menghasilkan tidak semata-mata menggunakan;
  9. Menyusun, tidak semata-mata mengumpulkan;
  10. Menciptakan, tidak semata-mata memproduksi kembali;
  11. Menerapkan, tidak semata-mata mengingat-ingat;
  12. Mengekspresikan, tidak semata-mata membenarkan;
  13. MengKoreksi, tidak semata-mata menerima;
  14. Merancang, tidak semata-mata beraksi;
  15. Mengevaluasi dan menghubungkan, tidak semata-mata mengulangi. 
Lebih lanjut Sanjaya (dalam Astini, 2012:13) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri mempersembahkan kebaikan sebagai diberikut :
  • Pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak (instruction becomes student centered). Salah satu prinsip psikologi tentang mencar ilmu menyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa dalam proses mencar ilmu mengajar, makin besar kemampuan belajarnya.
  • Proses mencar ilmu melalui inkuiri sanggup membentuk dan menyebarkan konsep diri siswa (inquiry learning builds the self-concept of the student). Bila kita mempunyai konsep diri yang baik, maka secara psikologis diri kita akan merasa aman, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk mencoba-coba dan menyelidiki, lebih kreatif, bermental sehat dan akhirnya menjadi orang yang berguna.
  • Tingkat pengharapan bertambah (expectancy level increases). Dari pengalaman-pengalaman yang berhasil dalam memakai kemampuan-kemampuan mengusut siswa akan menyadari kemampuannya.
  • Pendekatan inkuiri sanggup menyebarkan talenta (inquiry learning develops talent). Mengajar dengan pendekatan inkuiri mempersembahkan peluang lebih banyak untuk menyebarkan bakat-bakat selain talenta akademik. 
  • Pendekatan inkuiri sanggup menghindari siswa dari cara-cara mencar ilmu menghafal.
  • Pendekatan inkuiri mempersembahkan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sanjaya, percaya bahwa tidak akan terjadi proses mencar ilmu yang sejati, apalagi siswa tidak bertindak terhadap informasi secara mental, dan mengasimilasi atau mengakomodasi apa yang dijumpainya dalam lingkungannya. 
Model pembelajaran inkuiri sanggup dilaksanakan dengan baik dengan syarat memerlukan kondisi sebagai diberikut (Sanjaya, 2009:208) :
  1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk diberinteraksi.
  2. Kondisi lingkungan yang responsif.
  3. Kondisi yang megampangkan untuk memusatkan perhatian.
  4. Kondisi yang bebas dari tekanan
melaluiataubersamaini demikian, pembelajaran inkuiri menekankan pada keaktifan siswa, baik aktif secara mental maupun fisik dalam mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari. melaluiataubersamaini keterlibatan fisik dan mental secara terbaik, pembelajaran diharapkan lebih bermakna dan mempunyai nilai tersendiri bagi siswa.

6 Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2010:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai diberikut :
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melaksanakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: 
  • Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil mencar ilmu yang diharapkan sanggup dicapai oleh siswa
  • Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan perkara hingga dengan merumuskan kesimpulan.
  • Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka mempersembahkan motivasi mencar ilmu siswa.
2. Merumuskan Masalah 
Merumuskan perkara ialah langkah membawa siswa pada suatu dilema yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan yaitu dilema yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan perkara tentu ada jawabanannya, dan siswa didorong untuk mencari jawabanan yang tepat. Proses mencari jawabanan itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh lantaran itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya menyebarkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yaitu jawabanan sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawabanan sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang sanggup dilakukan guru untuk menyebarkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak yaitu dengan mengajukan banyak sekali pertanyaan yang sanggup mendorong siswa untuk sanggup merumuskan jawabanan sementara atau sanggup merumuskan banyak sekali asumsi kemungkinan jawabanan dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data yaitu kegiatan menyaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data ialah proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan spesialuntuk memerlukan motivasi yang berpengaruh dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan memakai potensi berpikirnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis yaitu menentukan jawabanan yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti menyebarkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawabanan yang didiberikan bukan spesialuntuk berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan sanggup dipertanggungjawabankan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru bisa memberikan pada siswa data mana yang relevan. 

Alasan rasional penerapan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yaitu bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkena pelajaran bahasa Indonesia dan akan lebih tertarik terhadap sastra khususnya cerpen kalau mereka dilibatkan secara aktif dalam melaksanakan penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa ialah tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini diseriuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan ketrampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep ialah hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan sanggup meningkatkan prestasi mencar ilmu dan perilaku anak terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya pelajaran sastra, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa. Pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak mencar ilmu sendiri, menyebarkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yaitu sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru yaitu menentukan perkara yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa perkara yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya yaitu menyediakan sumber mencar ilmu bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan perkara harus dikurangi. Dalam metode inkuiri guru berperan untuk :
  1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir.
  2. Memdiberikan fleksibilitas atau bentuk diberinisiatif dan bertindak.
  3. Memdiberikan proteksi untuk inkuiri.
  4. Menemukan diagnosa kesusahan - kesusahan siswa dan memmenolong mengatasinya.
7 Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri tebagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang didiberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri, tersebut yaitu : 
Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach) 
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melaksanakan kegiatan dengan memdiberi pertanyaan pertama dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai kiprah aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman mencar ilmu dengan pendekatan inkuiri. melaluiataubersamaini pendekatan ini siswa mencar ilmu lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa sanggup memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual supaya bisa menuntaskan perkara dan menarikdanunik suatu kesimpulan secara berdikari (Robert Slavin. E, 2008:112).

Pada dasarnya siswa selama proses mencar ilmu berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap pertama, guru banyak mempersembahkan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap diberikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa bisa melaksanakan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang didiberikan sanggup berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang sanggup mengiring siswa supaya sanggup memahami konsep pelajaran.

Inkuiri Bebas (free inquiry approach) 
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang sudah berpengalaman mencar ilmu dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini siswa ditempatkan seakan-akan bekerja ibarat seorang ilmuwan. Siswa didiberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menuntaskan perkara secara mandiri, merancang mekanisme atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit didiberikan atau bahkan tidak didiberikan sama sekali kepada siswa. Salah satu laba mencar ilmu dengan metode ini yaitu adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan perkara open ended dan mempunyai alternatif pemecahan perkara lebih dari satu cara, lantaran tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabanannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang gres atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari perkara yang diselidiki (Robert Slavin. E, 2008:112).

Inkuiri Bebas yang dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini ialah kerja sama atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu : pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap didiberikan teladan kurikulum yang sudah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak sanggup menentukan atau menentukan perkara untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang mencar ilmu dengan pendekatan ini mendapatkan perkara dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang didiberikan lebih sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis guru membatasi memdiberi bimbingan, supaya siswa berupaya terlebih lampau secara mandiri, dengan impian supaya siswa sanggup menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak sanggup menuntaskan permasalahannya, maka bimbingan sanggup didiberikan secara tidak eksklusif dengan mempersembahkan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain (Robert Slavin. E, 2008:112).

Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, penulis menentukan Pendekatan inkuiri terbimbing yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan lantaran dengan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VII C Sekolah Menengah Pertama Sunari Loka Kuta Badung, dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman mencar ilmu dengan pendekatan inkuiri serta lantaran siswa masih dalam taraf mencar ilmu proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.

8 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
8.1 Keunggulan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri ialah taktik pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh lantaran taktik ini mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya : 
  • Strategi pembelajaran inkuiri ialah taktik pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui taktik ini dianggap lebih bermakna. 
  • Strategi pembelajaran inkuiri sanggup mempersembahkan ruang kepada siswa untuk mencar ilmu sesuai dengan gaya mencar ilmu mereka. 
  • Strategi pembelajaran inkuiri ialah taktik yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi mencar ilmu modern yang menganggap mencar ilmu yaitu proses perubahan tingkah laris berkat adanya pengalaman. 
  • Keuntungan lain yaitu taktik pembelajaran inkuiri sanggup melayani kebutuhan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang mempunyai kemampuan mencar ilmu cantik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam mencar ilmu (Wina Sanjaya, 2010:208). 
8.2 Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Disamping mempunyai keunggulan, taktik pembelajaran inkuiri juga mempunyai kelemahan, diantaranya : 
  • Strategi ini susah dalam merencanakan pembelajaran oleh lantaran terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 
  • Jika taktik pembelajaran inkuiri digunakan sebagai taktik pembelajaran, maka akan susah mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 
  • Kadang-kadang dalam mengimplementasikan memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru susah menyesuaikannya dengan waktu yang sudah ditentukannya. 
  • Selama kriteria keberhasialan mencar ilmu ditemukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran, maka taktik pembelajaran inkuiri akan susah diimplementasikan oleh setiap guru (Wina Sanjaya, 2010:208-209). 

LihatTutupKomentar