-->
Kebudayaan Nasional Dan Kepercayaan
KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
1. Samasukan, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI
Sesuai amanat GBHN 1993, samasukan pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Repelita VI yaitu meningkatkan penghayatan nilai­-nilai luhur budaya bangsa yang menjiwai sikap insan dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan. Samasukan tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan makin kukuhnya. jati diri, kepribadian bangsa dan jiwa persatuan dan kesatuan, dan pujian nasional, terwujudnya sikap maju dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri melalui penanaman budaya iptek, makin mantapnya prosedur penya­enteng terhadap efek kebudayaan yang negatif yang disebarluaskan melalui banyak sekali media, serta makin meningkatnya penyebarluasan informasi dan pertukaran budaya, baik pada tingkat nasional, regional maupun internasional.

Samasukan training kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan, antara lain, yaitu makin meningkatnya pemakaian dan mutu pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta makin berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa iptek, tersusunnya materi bacaan berkarakter yang digali dari naskah kuno, dongeng rakyat, dan sejarah kepahlawanan, meningkatnya penulisan dan penerjemahan banyak sekali buku berkarakter, serta terselenggaranya pelayanan perpustakaan hingga ke pedesaan dalam rangka menyebarkan minat baca dan minat mencar ilmu masyarakat.

Dalam training kesenian, samasukan yang akan dicapai, antara lain, yaitu tergali dan terbinanya kesenian kawasan yang hampir punah serta berkembangnya bentuk kesenian kreasi baru, terutama yang berakar pada puncak-puncak budaya daerah.

Samasukan training tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman, antara lain, yaitu berkembangnya tradisi, peninggalan sejarah, dan purbakala sebagai unsur pembentuk rasa cinta tanah air dan pujian nasional, serta makin meningkatnya fungsi museum sebagai tempat rekreasi dan forum pendidikan budaya, termasuk sebagai wahana pembudayaan iptek semenjak usia dini.

Dalam hal training penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, samasukan pada Repelita VI yaitu makin meningkatnya kualitas kerukunan antara penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan meningkatnya kiprah mereka dalam pembangunan. Selain itu organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terbina, sehingga tidak mengarah kepada pembentukan agama gres dan pelaksanaannya sesuai dengan Pancasila, terutarna sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Dalam rangka mencapai samasukan pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menyerupai di atas, ditempuh banyak sekali kebijaksanaan yang meliputi training dan pengembanganm nilai-nilai budaya, antara lain melalui identifikasi peranan budaya dan pengembangan komunikasi pemikiran budaya, training kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan antara lain melalui pemasyarakatan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kesenian kawasan serta peningkatan kiprah perpustakaan, training kesenian antara lain melalui peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kesenian kawasan serta peningkatan kiprah serta masyarakat, termasuk dunia perjuangan dan organisasi kesenian dalam membina dan pengembangkan kesenian, dan membina tradisi, peninggatan sejarah, dan permuseuman, antara lain, melalui peningkatan pengamanan dan dukungan benda cagar budaya dan peningkatan peranan museum sebagai wahana penelitian dan pendidikan budaya, termasuk pengembangan budaya iptek semenjak usia dini; serta training penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan samasukan dan kebijaksanaan tersebut di atas, digariskan enam agenda pokok pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi: (1) training dan pengembangan nilai-nilai budaya, (2) training kebahasaan dan kesastraan, (3) training kepustakaan; (4) training kesenian; (5) training tradisi, peninggalan sejarah, dan permuseuman; serta (6) training penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program-program tersebut didukung oleh empat agenda penunjang, satu diantaranya dilaporkan dalam penggalan ini yaitu agenda pendidikan, petes, dan penyuluhan kebudayaan; sedangkan agenda penunjang lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan hingga dengan Tahun Keempat Repelita VI
a. Program Pokok
1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai-Nilai
Budaya
Program training dan pengembangan nilai-nilai budaya bertujuan untuk mengungkapkan, menanamkan, dan memasyarakatkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa. Lingkup kegiatannya meliputi usaha-usaha pengkajian, pendidikan, dan pengungkapan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Melalui agenda training nilai-nilai budaya dalam kurun empat tahun Repelita VI sudah dilakukan penelitian sebanyak 381 naskah. Selain itu dilakukan pula pengkajian dan perekaman kebudayaan kawasan yang meliputi banyak sekali dongeng rakyat, adat istiadat, dan arsitektur daerah. Hasil penelitian dan pengkajian tersebut sudah dicetak sebanyak 432 ribu eksemplar dan disebarluaskan keberbagai perpustakaan, taman budaya dan lembaga-lembaga pendidikan. Selanjutnya hasil penelitian dan pengkajian tersebut sudah disebarluaskan pula melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik menyerupai TVRI dan RRI, sebanyak 197 kali.

Untuk lebih meningkatkan training dan pengembangan nilai-nilai budaya terutama nilai budaya di daerah, dalam empat tahun Repelita VI juga dilakukan pembangunan lanjutan gedung Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (BKSNT) di 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Maluku, DI Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. melaluiataubersamaini semakin meningkatnya penyebarluasan hasil penelitian serta penyediaan masukana dan pramasukana yang diperlukan, training dan pemasyarakatan nilai Iuhur bangsa semakin mantap untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta ketahanan nasional.

2) Program Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan
Program training kebahasaan dan kesusastraan bertujuan untuk membina dan menyebarkan bahasa dan sastra Indonesia dalam upaya membina bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan menyebarkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern yang sanggup berperan sebagai masukana komunikasi nasional dan wahana pengembangan iptek.

Dalam rangka training kebahasaan, selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan penyuluhan bahasa Indonesia sebanyak 80 kali melalui banyak sekali media massa dan ceramah di forum pendidikan dan banyak sekali instansi baik di sentra maupun daerah. Dalam kurun waktu yang sama dilaksanakan 590 penelitian bahasa Indonesia dan bahasa daerah, yang meliputi penelitian struktur bahasa, sosiolinguistik, dialektologi, filologi dan aspek kebahasaan lainnya. Dari naskah-naskah tersebut dipilih 80 judul dan kemudian dicetak sebanyak 40 ribu eksemplar dan sudah disebarluaskan ke seluruh perpustakaan sentra maupun daerah, taman budaya serta lembaga-lembaga penelitian. Selain itu juga terus dilanjutkan pembakuan kebahasaan meliputi acara revisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyusunan Kamus Pelajar, Kamus Bidang Ilmu, Kamus Indonesia - Daerah, Tata Bahasa pengajaran dan lain-lain.

Untuk mendukung acara training kebahasaan di.daerah, peranan Balai Bahasa sangatlah penting. Selama empat tahun Repelita VI sudah dikembangkan gedung Balai Bahasa di 6 propinsi yaitu Jawa Timur, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah.

Dalam rangka training kesastraan, selama empat tahun Repelita VI sudah dihasilkan 86 naskah dari acara pengumpulan naskah sastra usang Indonesia dan sastra kawasan yang berkarakter serta langka. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan anak terhadap sastra, sudah disusun naskah sastra bawah umur sebanyak 77 naskah, kemudian naskah-naskah tersebut sudah dicetak sebanyak 73 ribu eksemplar dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah dan perpustakaan. Sernentara itu dalam rangka training dan peningkatan apresiasi sastrawan pada tahun 1997 dilakukan Pertemuan Sastrawan Nusantara yang dilaksanakan di Kayu Tanam, Sumatera Barat yang diikuti oleh sastrawan baik dari dari dalam negeri maupun dari negara-negara ASEAN.

Dalam upaya mendukung agenda kebahasaan dan kesastraan ini sudah dicanangkan Bulan Buku pada tanggal 2 Mei 1995 dan Hari Aksara Internasional, Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan pada tanggal 14 September 1995 yang bertujuan, antara lain, untuk memasyarakatkan buku perpustakaan sebagai salah satu masukana untuk menyebarkan masyarakat mencar ilmu (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

3) Program Pembinaan Kepustakaan
Program training kepustakaan ditujukan untuk meningkatkan peluang membaca buku bagi masyarakat, sehingga mendukung upaya mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan mencar ilmu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terwujudnya masyarakat yang makin berbudaya tinggi, maju, dan mandiri. Melalui agenda ini dilakukan antara lain pernantapan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya serta training pengelolaan bagi banyak sekali perpustakaan.

Dalam upaya memantapkan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya kepada masyarakat hingga ke desa-desa, selama empat tahun Repelita VI sudah dilanjutkan otornasi jaenteng layanan serta penambahan 2,1 juta eksemplar koleksi buku dan materi pustaka lainnya. Sebagian dari buku-buku tersebut, sekitar 11,3 ribu judul disimpan di Perpustakaan Nasional untuk koleksi dan pelayanan umum, selebihnya disebarkan ke perpustakaan keliling sebanyak 410,6 ribu eksemplar, perpustakaan kawasan sebanyak 1,31 juta eksemplar, perpustakaan umum Dati 11 110 ribu eksemplar, perpustakan umum kecamatan/desa sebanyak 120,5 ribu eksemplar, perpustakaan sekolah 90 ribu eksemplar, serta perpustakaan rumah ibadah sebesar 44 ribu eksemplar.

Selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan training pengelolaan perpustakaan bagi 230 buah perpustakaan keliling/terapung, 264 buah perpustakaan umum Dati 11, 10 ribu perpustakaan umum kecamatan/desa, dan sekitar 94 ribu perpustakaan sekolah. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan tenaga teknis perpustakaan sudah dilakukan petes bagi 1.480 orang.

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 wacana Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, selama empat tahun Repelita VI, jurnlah karya cetak dan karya rekam yang terkumpul sudah meningkat pesat. Karya cetak dan karya rekam yang terkumpul antara lain berupa majalah 10,7 ribu eksemplar, monografi 41,6 ribu eksemplar, surat kabar 72 ribu eksemplar, bulletin 39,8 ribu eksemplar, brosur 750 judul, kaset audio 10,4 ribu buah, dan Laserdisk / Video CD sebanyak 34 buah.

Dalam rangka penyediaan masukana layanan dan penyimpanan koleksi karya cetak dan karya rekam sebagai pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1990, mulai tahun ketiga Repelita VI (1996/97) dilakukan pembangunan tahap I gedung Deposit dengan luas seluruhnya 3.400 m2 di Perpustakaan Nasional, yang diperuntukkan bagi penyimpanan karya cetak dan karya rekam tersebut. melaluiataubersamaini selesainya banyak sekali masukana layanan tersebut diharapkan pelayanan dan pendokumentasian koleksi karya cetak dan karya rekam akan lebih lancar.

Pada tahun anggaran 1998/99 akan dilaksanakan penambahan koleksi materi pustaka sebanyak 300 ribu eksemplar, pengadaan 10 kendaraan beroda empat perpustakaan keliling, dan lanjutan ekspansi gedung layanan perpustakaan di Perpustakaan Daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

4) Program Pembinaan Kesenian
Program training kesenian diarahkan pada upaya menumbuhkan daya cipta kreatif yang sanggup memperkaya khasanah kebudayaan nasional dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa, meningkatkan pujian nasional, mengungkapkan kehalusan perasaan dan keindahan, serta memperkukuh peraatuan dan kesatuan. Kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu penyelenggaraan banyak sekali pergelaran seni dan pemdiberian menolongan peralatan kesenian.

Melalui agenda training kesenian, selama empat tahun Repelita VI sudah diselenggarakan rekonstruksi kesenian yang hampir punah sebanyak 27 kali, eksperimentasi seni 27 kali, 459 kali pergelaran apresiatif seni di taman budaya pada tingkat propinsi, serta 641 kali pergelaran seni di tingkat kabupaten. Bersamaan dengan acara kesenian di kawasan tersebut, sudah pula didiberikan menolongan peralatan kesenian sebanyak 480 unit untuk kabupaten/kotamadya, kawasan transmigrasi dan Taman Budaya. Sementara itu dalam rangka pengembangan Wisma Seni Nasional disediakan alat seni budaya sebanyak 100 unit.

Dalam kurun waktu yang sama juga sudah diselenggarakan Kongres Kesenian Pertama yang diikuti oleh para. tokoh, cendekiawan, seniman dari tiruana cabang seni, penyelenggaraan 317 kali bazar seni, termasuk Parneran Seni Rupa Kontemporer Negara-negara Gerakan Nonblok, pengiriman misi kesenian ke luar negeri, dan penyelenggaraan Festival Perteman dekatan Indonesia - Jepang di Tokyo pada tahun 1997.

Guna menumbuhkan kreativitas seniman dan budayawan di kawasan dalam membuat kreasi-kreasi gres seni-budaya, mulai tahun 1997/98 dikembangkan menolongan training seni-budaya di kawasan melalui Inpres Dati I. Pada tahun anggaran 1998/99 menolongan training seni-budaya di kawasan tersebut akan dilanjutkan, di samping terus dilakukan pula peningkatan gambaran seni Indonesia melalui acara parneran seni baik di dalam maupun di luar negeri, menolongan pengadaan peralatan kesenian bagi taman budaya, Kabupaten/Kotamadya dan daerah-daerah transmigrasi. Selain itu juga didiberikan menolongan peralatan sebanyak 100 unit bagi Perwakilan Diplomatik Negara Republik Indonesia di luar negeri. melaluiataubersamaini meningkatkan upaya training dan pengembangan kesenian serta dengan semakin memadainya masukana dan pramasukana yang diharapkan maka ketahanan budaya terhadap efek budaya luar terasa berangsur-angsur semakin kukuh.

5) Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah, dan Permuseuman
Program training tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman ditujukan untuk mendukung upaya training kebudayaan nasional yang berakar kuat pada tradisi dan nilai-nilai kesejarahan dengan tetap memelihara dinamika yang tinggi, serta untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti-bukti peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, untuk menunjang agenda pendidikan guna mempertinggi rasa cinta tanah air dan pujian nasional serta memperkaya budaya bangsa dan mendukung acara pariwisata.

Dalam rangka pelestarian dan memanfaatkan peninggalan sejarah dan purbakala, selarna empat tahun Repelita VI sudah dilanjutkan acara konservasi Candi Borobudur melalui observasi stabilitas watu candi 5.760 m2 dan lingkungan, penilaian struktur candi, dokumentasi, dan pengamanan Candi Borobudur. Selain itu, sudah dilanjutkan pemugaran bekas Kerajaan Majapahit di Trowulan, antara lain, pemugaran Candi Kraton dan Candi Gentong, serta Ianjutan pernugaran Kraton Kaibon di bekas kota usang Banten.

Pengamanan dan perneliharaan situs kepurbakalaan di daerah­daerah terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan pengamanan/ pemeliharaan terhadap 1.603 situs, pelestarian/memanfaatkan peninggalan sejarah dan purbakala di 48 lokasi, serta pemugaran benda cagar budaya di sebanyak 186 lokasi.

Dalam rangka pengembangan museum, selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan bazar sebanyak 104 kali dan menolongan kepada 72 buah museum swasta. Selain itu, dilaksanakan pengadaan dan penyiapan tanah museum negeri seluas 21 ribu m2 (antara lain untuk Museum Mpu Tantular di Jawa Timur dan Museum La Galigo di Sulawesi Selatan), dan rehabilitasi sejumlah gedung museum yang rusak, serta pengadaan koleksi, peralatan teknis, dan peralatan pengamanan.

Untuk lebih meningkatkan fungsi Museum Nasional semoga menjadi museum yang bertaraf internasional, selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan ekspansi tanah 7 ribu m2, serta rehabilitasi gedung seluas 12,8 ribu m2. Di samping itu sudah dilakukan pembangunan gedung Museum Nasional seluas 27 ribu m2, renovasi/ penyempurnaan tata bazar tetap Museum Nasional seluas 1.500 m2. Selanjutnya dilaksanakan pula penerbitan 130 ribu eksemplar folder dan brosur yang mencakupkan informasi terkena banyak sekali koleksi museum dan sudah diselenggarakan pula 35 kali bazar khusus.

Untuk mewujudkan gagasan pendirian museum iptek yang berfungsi sebagai masukana pendidikan nonformal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta untuk mendorong kesadaran dan motivasi masyarakat pada ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama generasi muda, mulai tahun kedua Repelita VI (1995/96) sudah dilakukan beberapa persiapan yang meliputi penyusunan master plan, pembuatan maket dan rancang bangun, survey koleksi di 6 propinsi, pengadaan tiga jenis benda cagar budaya, serta pembudayaan dan pemasyarakatan museum iptek.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dalam empat tahun Repelita V1 dilanjutkan pula penelitian arkeologi untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya luhur yang terkandung dalam peninggalan sejarah yang sudah menghasilkan naskah penelitian arkeologi dari 224 situs yang meliputi situs prasejarah arkeologi klasik, arkeologi lslam, dan arkeometri. Selain itu dilakukan pembangunan balai arkeologi seluas 2.700 m2 di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Kegiatan-kegiatan tersebut pada tahun 1998/99 akan dilanjutkan.

Selaras dengan meningkatnya upaya pemugaran, konservasi dan pemeliharaan benda cagar budaya, sangat besar lengan berkuasa bagi pengembangan sektor sosial dan ekonomi semakin meningkat serta lebih meningkatkan pula pemahaman jati diri bangsa terutama bagi generasi muda.

6) Program Pembinaan Penganut Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditujukan semoga tidak mengarali kepada pembentukan agama gres dan imtuk mengefektifkan pengambilan langkah-langkah semoga pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berlangsung berdasarkan dasar-dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

Sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan prograrn pernbinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa selama empat tahun Repelita VI sudah diselesaikan inventarisasi organisasi penghayat 24 naskah, bimbingan dan penyuluhan sebanyak 48 kali, serta penyebaran informasi wacana budaya spiritual dan budi luhur melalui media massa, khususnya TVRI dan RRI, sebanyak 180 naskah/tayangan. Di samping itu, sudah dilakukan pula acara pemaparan budaya spiritual di tiruana propinsi.

melaluiataubersamaini semakin intensifnya penyelenggaraan penyebarluasan informasi wacana budaya spiritual dan budi luhur melalui banyak sekali media, terasa semakin mantap terciptanya kerukunan antar dan antara penganut kepercayaan dengan umat beragama di Indonesia.

b. Program Penunjang
Program penunjang dalam pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas sumber daya insan di bidang kebudayaan dalam mendidik, melatih, dan mengelola kebudayaan, baik teknis maupun administratif, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kebudayaan, serta meningkatkan wawasan budaya masyarakat. Selama empat tahun Repelita VI sudah dilaksanakan petes bagi 1.471 orang tenaga teknis kebudayaan.


Program training anak dan cendekia balig cukup akal bertujuan untuk mempersiapkan anak dan cendekia balig cukup akal semoga mengenal, mendalami, dan menghayati nilai-nilai luhur budaya bangsa semenjak usia dini guna memperkukuh kepribadiannya. Selama Repelita VI, melalui agenda ini sudah dilakukan acara lomba 4 kali, temu seniman/sastrawan dengan anak dan cendekia balig cukup akal 12 kali, sayembara certa fiksi ilmiah bergambar 5 kali, serta penelitian sebanyak 6 kali.

Untuk menunjang pelaksanaan dan kelancaran kiprah di bidang kebudayaan, selama empat tahun Repelita VI sudah dilakukan acara pengembangan sistem informasi kebudayaan sebanyak 4 paket unhik 4 Jokasi yaitu sentra dan 3 kawasan (DI Yogyakarta, Bali dan Sulawesi Selatan) serta didukung dengan pengadaan peralatan bagi jaenteng sistem informasi kebudayaan sebanyak 93 unit.

LihatTutupKomentar