-->
Deskripsi Proses Sosialisasi Dan Pengaruhnya Pada Pengasuhan Anak
Pengertian

Setiap keluarga memiliki pola pengasuhan yang tidak sama-beda dalam rangka proses sosialisasi antara orang bau tanah dan anak atau sebaliknya. Coba kita perhatikan gambar atau perhatikan di lingkungan keluarga di sekitar kita, bagaimana orangtua anda mengasuh putra-putrinya! Pola pengasuhan di setiap keluarga sudah dimulai dari semenjak bayi dalam kandungan atau semenjak insan dilahirkan. Pola pengasuhan tidak terlepas dari efek budaya orangtua. Kebiasaan-kebiasaan yang selalu ditanamkan dalam keluarga itu biasanya ialah pewarisan nilai budaya dari generasi satu ke generasi diberikutnya. Hal ini bertujuan supaya anggota keluarga atau anggota suatu kelompok dalam masyarakat sanggup bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang dianut oleh generasi sebelumnya.

Penanaman atau proses berguru ihwal kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam suatu kelompok atau masyarakat disebut sosialisasi. Artinya, sosialisasi ialah sebuah proses penanaman atau pengalihan kebiasaan, aturan, atau nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok atau masyarakat. Pengertian lain menyatakan bahwa sosialisasi adalan proses berguru terkena pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan masing-masing individu. Dalam proses sosialisasi, individu mengetahui  dan menjalankan hak dan kewajibannya menurut perannya. Proses sosialisasi pada umumnya ditentukan oleh kebudayaan suatu masyarakat.

melaluiataubersamaini demikian, sosialisasi bertujuan untuk :
a. Memdiberikan keterampilan kepada seseorang supaya sanggup hidup bermasyarakat
b. Mengembangkan kemampuan seseorang supaya sanggup berkomunikasi secara efektif
c. Membuat seseorang bisa mengembalikan fungsi-fungsi organik melalui tes intropeksi yang tepat
d. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang memiliki kiprah pokok dalam masyarakat. 

Bagaimana orang bau tanah kita mendidik kita ihwal cara menghormati mereka? mungkin orangtua kita mencontoh nenek atau kakek pada ketika mendidik orang bau tanah kita doloe.

Teknik pengasuhan anak akan mempengaruhi kepribadian anak itu pada masa-masa kemudian. Teknik pengasuhan anak tidak sama-beda antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain. 

Perhatikan pola cara pengasuhan Anak di daerah-daerah Nusantara ini;

1. Pengasuhan Anak Masyarakat Minangkabau

Kita ambil pola masyarakat Minangkabau dalam cara pengasuhan anak. Masyarakat Minangkabau jaman doloe memiliki tradisi bahwa anak pria pulas di rumah semenjak usia tujuh hingga delapan tahun. Mereka pulas di Surau atau di Langgar tempat mereka menpenghasilan. Sesudah sholat Maghrib, mereka menpenghasilan Al-Qur'an hingga menjelang Isya kemudian dilanjutkan sholat Isya. Sesudah sholat Isya, mereka berguru adat-istiadat dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang.

Selain itu, mereka juga berguru bela diri silat menjelang tengah malam. Dari pola di atas, sanggup disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak keluarga Minangkabau ialah dari lahir hingga umur tujuh tahun sepenuhnya diasuh oleh ibu. Sesudah usia itu mereka juga berguru menpenghasilan dan ilmu, serta sopan santun istiadat di Surau atau berkelahi selain tentunya mereka bersekolah.

Untuk membuka wawasan kita terkena cara pengasuhan anak masyarakat tradisional di Indonesia, di bawah ini sanggup kita cermati bagaimana cara mengasuh anak di masyarakat Jawa.

2. Pengasuhan anak masyarakat Jawa

Dikalangan masyarakat jawa dikenal istilah mendhem jero, mikul dhuwur, artinya setiap anak dididik supaya selalu berbakti kepada orangtua dan membawa nama baik orangtua serta tiruana keluarga. Pola pengasuhan anak dimulai dari lima tahun pertama, orangtua memperlakukan anak sebagai layaknya seorang putra raja. Sesudah itu, mereka dilatih untuk memmenolong tugas-tugas pekerjaan di rumah. Usia 16 tahun ke atas diperlakukan sebagai kawan. Keteladanan orang bau tanah ialah sebagai ajaran sang anak, sesuai dengan petuah ing arsa asung tulada. Petuah itu memiliki arti orangtua harus mempersembahkan teladan. Inti dari pendidikan anak yang sudah sampaumur ialah rendah hati, ramah tamah, sopan, hormat kepada yang lebih tua. Selain itu, masyarakat Jawa menekankan pada anak untuk selalu hidup prihatin. Hidup prihatin berarti membiasakan hidup tidak bermewah-mewah, berguru atau bekerja keras dan selalu disiplin. Hidup selalu berwatak sosial, tolong menolong kepada sesama dengan tulus ikhlas.

Masyarakat lain tentunya memiliki pola pengasuhan anak yang tidak sama-beda sesuai dengan budaya masyarakat itu. Meskipun tidak sama, pada dasarnya pola pengasuhan atau proses sosialisasi ini ialah wadah pembentukan watak, kepribadian, dan akal pekerti yang dibutuhkan sanggup membentuk anak berprilaku sesuai dengan norma atau nilai yang dianut oleh masyarakat setempat.

Teknik pengasuhan anak pada masyarakat tertentu kadangkala diungkapkan dengan menggunakan upacara adat. Misalnya, upacara sopan santun masyarakat Jawa ibarat selamatan selapanan, selamatan sunatan, tedak siten, dan sebagainya. Upacara sopan santun itu memiliki makna masing-masing, yang pada dasarnya ialah ungkapan bahwa tiruana perencanaan, tindakan dan perbuatan diatur oleh budaya.

Demikian deskripsi proses sosialisasi dan pengaruhnya pada pengasuhan anak, semoga bermanfaa, terimakasih.

Sumber: disarikan dari aneka macam sumber!!
  

LihatTutupKomentar