-->
Cara Mengatasi Macam-Macam Penyakit Pada Anak
Ada beberapa jenis penyakit yang sering menyerang anak, baik yang sifatnya enteng maupun yang sangat berat dan sanggup berakibat parah bagi anak. Diantara penyakit yang sering kita jumpai diantaranya ialah :
1. Batuk Rejan
Batuk rejan ini biasanya menyerang anak berumur kurang dari 2 tahun yang tidak dilindungi dengan imunisasi. Penyebab batuk ini ialah basil bordetella pertussis, yang sanggup menular lewat percikan air liur, alasannya basil bermasukang disaluran pernapasan atas. Dipertamai dengan tanda-tanda pilek yang guah, alasannya disertai dengan mata berair, sedikit batuk dan demam tidak begitu tinggi. Seminggu kemudian timbul batuk yang khas, batuk beruntun dan diakhiri dengan helaan nafas dalam yang merinkik, lender kental sanggup keluar atau ditelan. Sebulan kemudian keadaan berangsur-angsur reda, namun batuk sanggup berkepantidakboleh hingga beberapa bulan.


Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi sanggup sering terjadi bila basil mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau sanggup pula gangguan pada otak. Pendarahan sanggup terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akhir batuk yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang indera pendengaran tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit.

2. Difteria
Penyakit ini terasa berat pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dan tidak begitu membahayakan pada anak yang usianya diatas 2 tahun. Tetapi komplikasi sanggup sering terjadi bila basil mencapai pembuluh paru-paru, sehingga terjadi radang paru-paru (bronchopneumonia) atau sanggup pula gangguan pada otak. Pendarahan sanggup terjadi di dalam otak, kulit selaput lender dan bola mata, akhir kerikil yang gencar, disamping kemungkinan terjadinya radang indera pendengaran tengah. Penderita yang berat perlu dirawat di rumah sakit. Penyakit ini sanggup timbul mendadak (akut) sekali. Penyebabnya alasannya kuman corynebacterium diphtheria yang praktis sekali menular melalui akses pernapasan penggalan atas. Kuman difteria ini sanggup mati pada suhu 60 derajat celcius selama 10 menit, namun sanggup bertahan hidup dalam es, air, susu dan lendir bekas penderita yang sudah mengering. Jika basil ini dibiakan, sanggup tumbuh menjadi tiga jenis, jenis yang ganas, yang sedang dan yang enteng. Ini sesuai dengan tingkatan serangan penyakitnya yang ganas, sedang dan enteng yang masing-masing sanggup menentukan serangan pada tenggorokan, hidung, kerongkongan dan kulit, dengan derajat keparahan yang tidak sama-beda. Yang paling berat bila penyakit menyerang tenggorokan, alasannya basil memmenolongk semacam membaran akan menutupi seluruh akses tenggorokan, sehingga penderita tidak bias bernafas. Jika spesialuntuk terkena sebagian dari akses pernafasan dianggap nanah sedang dan enteng saja dimana serangan basil memmenolongk membran terbatas pada hidung atau rongga mulut. Selain membentuk membrgua (Psudomembrance), basil difteri juga rajin memproduksi racun yang disemburkan ke dalam darah (eksotoksin), sehingga tanda-tanda penyakit difteria mencakup beberapa aspek tanda-tanda umum nanah seluran pernafasan atas dan tanda-tanda akbat racunnya yang terkena jantung, saraf, atau ginjal. Difteri pada hidung biasanya enteng, mirip pilek, namun ingus yang keluar sanggup bercampur darah, dan sanggup sembuh sehabis diobati secukupnya. Tetapi bila difteria menentukan serangan dikerongkongan atau kelenjar amandel (tosil), yang paling sering dijumpai mirip radang tenggorokan yang mungkin sanggup sembuh sendiri dan penderita menjadi kebal untuk selanjutnya. Jika penyakitnya berat, tanda-tanda faktual tampak sebagai pernafasan mirip mengorok, keluhan mirip radang tenggorokan, demam tidak tinggi, namun sanggup tampak adanya selaput putih kelabu di sekitar tenggorokan atau sekitar tonsil.


Serangan paling berat bila akses nafas tertutup sama sekali oleh selaput membran sehingga perlu dibentuk lubang sebagai pintu darurat antara udara luar dengan paru-paru. Sebelum anak mati kehabisan oksigen. Operasi darurat tracheotomy inilah yang akan menyelamatkan anak dari ancaman maut pertama. Ancaman maut kedua muncul sehabis anak bebas dari sumbatan jalan nafas yang fatal, akhir komplikasi pada jantung, dan penderita mutlak perlu dirawat di rumah sakit. Komplikasi lainnya sanggup pada lumpuhnya langit-langit mulut, kelumpuhan otot mata sehingga juling atau gangguan penutupan kelopak mata, dan kelumpuhan otot wajah, leher dan anggota gerak sanggup menyusul atau bersamaan dengan kelumpuhan otot pernafasan, yang sanggup berakhir dengan kematian.


Teknik mengobati difteria ini dengan Anti Difteria Serum (ADS) dengan dosis 20.000 unit, 2 hari berturut-turut. Untuk suntikan serum ini dibutuhkan uji kulit dan mata kalau penderita tidak tahan terhadap serum ini. Jika tidak tahan, cara pembasmian serum secara sedikit-sedikit (besredka). Untuk membasmi basil difteria yang bermasukang, ditembakan antibiotika, biasanya golongan penisilin, selain obat golongan kortikosterid untuk menjinakan ancaman komplikasi, khususnya terhadap jantung dalam 3-4 ahad anak sakit. Itulah mengapa perawatan sekurang-kurangnya selama 4 ahad untuk mengamati kemungkinan komplikasi jantung dengan terus memonitornya dengan Elektro Kardiografi (EEG).

3. Tetanus
Penyakit tetanus ini sanggup terjadi pada bayi gres lahir atau tetanus neonatorum, sanggup terjadi pada belum dewasa maupun orang dewasa. Perawatan tali sentra yang kurang suci hama menjadi penyebab munculnya penyakit tetanus pada bayi gres lahir, dengan angka maut terlalu tinggi. Kuman clostridium tetani yang hidup berspora di tanah,debu dan akses cerna insan penderita dan binatang menghasilkan racun. Berbeda dengan racun basil difteria, racun basil tetanus spesialuntuk menyerang system saraf, sehingga timbul tekanan kejang-kejang dan kekakuan otot-otot penggalan tubuh tertentu. Bagi bayi-bayi gres lahir dan anak masih menyusu ibunya, Serangan tetanus ditandai dengan ganguan mengisap, alasannya ada ganguan pada otot-otot pengunyah. Bayi tak mau mengisap, tampak kaku, dan pada anak yanga lebih basar mulutnya mencucu, mirip lisan ikan karper sebelum kejang-kejang yang muncul. Pemdiberian Anti Tetanus Serum (ATS) berpacu dengan seberapa banyak  racun teteanus sudah terikat dengan serabut saraf, kareana racun yang sudah terikat tak mungkin ditawarkan oleh serumnya. Lebih cepat lebih baik dan keselamatan nyawa anak tertolng. Gangguan menelan, kekakuan pada leher,lengan dan tungkai, hingga kejang-kejang sehingga terjadi kekakuan andal pada mulut, alasannya ketidak mampuan membuka lisan (trismus) yang diertai dengan kekakuan otot-otot wajah (meringis terus-menerus) dan alis mata tertaraik ke atas (risus sardonicus).


melaluiataubersamaini adanya kekakuan otot-otot dinding perut, leher dan pungggun sanggup menimbulkan keadaan kejang yang khas (ophisthotonus), dalam keadaan terlentang anak mengejang, perut terangkat melengkung ibarat busur panah, alasannya penggalan punggungnya tak melekat dengan ganjal pulasnya. Kematian biasanya terjadia akhir kelumpuhan otot pernafasn .Penderita amat gelisah, mata tak tahan melihat cahaya, bunyi gaduh membangkitkan kejangnya. Tindakan tracheostomy perlu juga dilakukan (seperti pada difteria)jika ganguan jiwanya mengancam jiwanya.

4. Tuberxulosis

Tuberxulosis atau Penyakit TBC ditandai dengan adanya tanda-tanda kelemahan tubuh yang umum, tidak mau makan, tubuh semakin kurus, sedikit batuk, dan demam enteng. Penyakit gres diketahui bila komplikasi sudah muncul, atau penyakit paru-paru sudah meluas dikedua belah paru-paru, bila bukan alasannya munculnya radang otak dengan tanda-tanda kejang dan anak tak sadar. Anak balita rentan sekali terhadap basil mycobacterium tuberculosis. Serangan pertama basil membentuk suatu noktah khusus di dalam paru-paru yang pada nanah ulangan, menimbulkan kerusakan paru-paru yang khas pula.
Dalam keadaan berat, anak yang mengidap penyaki TBC mengalami batuk tak sembuh-sembuh. Ada sesak nafas, dan pertumbuhan terhambat, sebelum komplikasi muncul pada susunan saraf pusat, tulang, ginjal atau meluas dikedua belahan paru-paru. Serangan sanggup mengakibatkan komplikasi ke otak yang berakibat cacat kebutaan, kelumpuhan, tuli, atau kerusakan saraf otak lainnya seumur hidup. Setiap diagnosa terkena penyakit ini, tes mantoux dikerjakan dengan cara menyuntikan zat protein khusus ke dalam kulit di penggalan bawah anak, dan beberapa hari kemudian gres sanggup dibaca hasil penyuntikan tersebut. Jika lebar bekas suntikan lebih dari sepuluh mm ukurannya, positif anak mengidap penyakit TBC. Untuk memperjelas dilakukan dengan tindakan foto rontgen paru-paru. Jika sudah positif seratus persen maka tindakan selanjutnya harus dilakukan pengobatan yang disiplin baik terhadap anak yang terinveksi maupun pencegahan penularan terhadap lingkungannya. Pengobatan dilakukan dengan fokus dengan pengobatan terus-menerus hingga paru-paru penderita membersihkan dari TBC yang kadang sanggup memakan waktu usang hingga 2 hingga 3 tahun lamanya, di tahap selanjutnya anak didiberikan IMH minimal 2 tahun. Jika tes mantoux negatif (kurang dari 5 mm), didiberikan vaksin BCG apa bila anak belum pernah didiberikan. Kemudian, Tes mantoux diulang setiap 6-8 minggu, untuk memantau kemungkinan terjangkitnya penyakit.

 
Pada dasarnya penyakit TBC tidak mematikan, tetapi penyakit ini sanggup menimbulkan komplikasi yang memperburuk keadaan pasien bila tidak diobati dengan fokus. Untuk kesembuhan pasien selain pengobatan, faktor makanan bergizi sangat menentukan kesembuhan penderita, disamping itu juga faktor kemembersihkanan dan kesehatan lingkungan tinggal, mirip ventilasi udara rumah yang memadai dan pencahayaan sinar matahari masuk, pengobatan yang didiberikan berbulan-bulan harus rutin terus menerus tanpa henti seharipun. Kuman TBC sanggup kebal terhadap obat antibiotik yang umum digunakan alasannya kurang disiplinnya penderita berobat.

5. Poliomyelitis

Penyakit ini terbanyak diderita oleh anak yang berumur kurang dari empat tahun di negara berkembang, dan pada usia yang lebih renta di negara yang membersihkan. Semakin membersihkan suatu Negara semakin kecil kemungkinan terkena polio. Jika pun ditemukan, mungkin terjadi pada orang dewasa. Anak kurang dari 6 bulan jarang terjangkit alasannya masih memiliki kekebalan alamiah dari ibunya. Dalam wilayah yang mewabah, penyakit ini sanggup ditemukan hamper pada seluruh anak balita, baik yang manifestasi maupun yang tidak bergejala, namun sudah menimbulkan kekebalan.
Virus polio tergolong virus yang hidup di usus dengan tiga tipe. Tipe pertama paling ganas, tipe kedua sering muncul sporadic, dan tipe ketiga enteng, yang masing-masing tipenya sanggup bertahan berbulan-bulan dalam air, kebal terhadap materi kimiawi, dan spesialuntuk mati oleh pengeenteng gerah. Satu-satunya tempat bermasukang ialah ditubuh manusia. Virus juga sanggup berada disampah atau lalat. Serangan polio tidak terlalu berakibat fatal. Jika system pertahanan tumbuh anak baik, serangan virus spesialuntuk akan membuat tubuh terangsang membuat zat antinya, tanpa adanya tanda-tanda berarti yang muncul. Jika tubuh tidak bisa membuat zat antinya maka virus akan mengganas, menyebar menyerang sel-sel saraf sentra yang sanggup menimbulkan kelumpuhan seumur hidup, alasannya maut sel saraf pelopor penggalan bawah. Ada tujuh tempat saraf otak yang sanggup diserang oleh virus polio dengan akhir yang tidak sama-beda.
Sesuai dengan tipe virus yang menyerang, daya tahan tubuh serta kemampuan membuat zat antibody, wujud klinis penyhakit polio sanggup menentukan empat macam. Infeksi yang enteng sekali tanpa tanda-tanda yang berarti terjadi masa wabah, hampir seluruh populasi, sehingga terbentuk kekebalan alamiah saja. Wujud kedua spesialuntuk ada gejela nanah virus umumnya mirip dengan influenza, dengan gangguan akses pencernaan. Oleh alasannya itu nanah sanggup diketahui dengan cara menemukan virusnya di jaenteng tubuh penderita. Penyakit polio tidak selalu menimbulkan kefatalan atau kelumpuhan. Gejala polio tanpa kelumpuhan spesialuntuk sanggup menimbulkan keluhan nyeri kepala, mual-mual, mutah, dan nyeri otot. Adapun nyeri otot biasanya ditemukan pada penggalan tubuh yakni batang leher penggalan belakang, punggung, dan tungkai.


Wujud terakhir dari penyakit polio muncul sebagai kelumpuhan otot atau beberapa penggalan anggota gerak hingga ke penggalan otak, sebagai kelumpuhan seumur hidup. Pada daerah-daerah penggalan anggota tubuh yang endemis virus ini sanggup memunculkan tanda-tanda tertentu alasannya tindakan pengobatan penggalan lain. Misalnya pada operasi amandel, penyuntikan atau pencabutan gigi  anak sanggup menjadi lumpuh. Anak yang menjadi lumpuh bukan alasannya suntikan atau operasi dan pencabutan gigi, tapi alasannya anak sebelumnya sudah menderita virus polio yang sudah menyebar ditubuhnya.

6. Campak 
Campak ialah suatu penyakit yang sudah dicegah semenjak bayi, penyebabnya juga berasal dari virus, yang memasuki akses pernafasan penggalan atas. Gejala-gejala yang tampak dalam penyakit campak biasanya berasal dari batuk, pilek kemudian timbul bercak merah pada kulit dan kemudian sembuh dengan sendirinya. Virus ditularkan lewat percikan air liur yang keluar akhir batuk penderita. Gejala campak ini dipertamai dengan batuk, pilek, mata merah berair, tidak tahan melihat cahaya, dan banyak ingus keluar yang berlangsung selama 5-9 hari.
Pada vase final dari tanda-tanda batuk pilek selanjutnya muncul bercak komplek pada selaput lendir perut akrab geraham bawah yang khas. Penyakit campak disusul kemudian dengan bercak merah, ruam kulit, dimulai dibagian belakang daun telinga, atas tengkuk, dan penggalan belakang pipi. Dalam dua hari bercak merah menjalar ke wajah menuju lengan atas dada, kemudian ke punggung, dilanjutkan ke perut dan alhasil ke tungkai. Bercak akan hilang sesuai dengan urutan munculnya.

Komplikasi sanggup terjadi dengan indikasi radang indera pendengaran tengah, radang otak dan radang pembuluh paru-paru bronkhopneumonia. Pada belum dewasa yang mengalami belum sempurnanya gizi tanda-tanda penyakit ini juga sanggup mengakibatkan kematian. Seperti halnya penyakit polio, campak juga belum ada obatnya, adapun obat-obatan yang didiberikan sifatnya spesialuntuk untuk meredakan tanda-tanda dan mencegah timbulnya komplikasi dengan memulihkan kondisi penderita. Zat anti gama-globulin  sanggup disuntikkan untuk menambah daya tahan pada tubuh anak yang menderita campak.

Teknik Pencegahan Penyakit Anak

Semua penyakit di atas sanggup dicegah menyerang anak kita dengan pemeliharaan kesehatan yang baik dengan menerapkan PHBS yang sesuai dengan setandar dinas kesehatan. Pemdiberian imunisasi pada anak harus dilakukan dengan benar dan teliti semenjak bayi berumur 2 bulan dengan menyuntik dan minum sirup polio. Imunisasi didiberikan berseri untuk Difteria Portusis Tetanus (DPT), biar terbentuk kekebalan yang lengkap dan penuh. Makara manfaat imunisasi ialah pemdiberian kekebalan biar bayi tidak praktis tertular penyakit, hepatitis B, tuberchulosa, difteria, batuk rejan, tetanus, polio dan campak. Berikan imunisasi sedini mungkin secara lengkap untuk mencegah timbulnya berbagia penyakit tersebut. Pemdiberian imunisasi ini sebagai pembentukan zat anti pada anak yang secara sedikit demi sedikit akan tepat bila didiberikan tepat waktu sebelum anak berumur 14 bulan.

Imunisasi dasar ini memerlukan pengulangan untuk memperbaharui kembali kekebalan yang dpernah terbentuk dan mulai menurun, khususnya untuk difteria dan tetanus sert TBC. Pada Ibu hamil dan perempuan usia reproduksi juga perlu didiberikan vaksinasi tetanus biar bayi yang akan dilahirkan lebih kebal terhadap ancaman tetanus tali pusar waktu lahir. Imunisasi yang sanggup didiberikan pada bayi itu dilakukan enam kali yaitu ;
Pertama, umur 0 bulan didiberikan imunisasi HB 1, BCG, Polio 1.
Kedua, umur 2 bulan didiberikan imunisais HB2, DPT1, Polio2.
Ketiga, umur 3 bulan didiberikan imunisasi DPT2, Polio3.
Keempat, umur 4 bulan didiberikan imunisasi DPT3, Polio4.
Kelima, Umur 6 bulan didiberikan imunisasi HB3.
Keenam, umur 9 bulan didiberikan imunisasi campak.


Referensi :
Edi Sigar, Ernawati, Buku Pintar Wanita, Dabara Begawan Jakarta, 1989.
Depkes RI, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Deparkawan Kesehatan RI, Jakarta, 1997.
Dr. Mansur, M.A, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2007

LihatTutupKomentar