Dilematika Membaca, Menulis, Berhitung (Calistung) Di Paud Dan Tk

Lagi-lagi dilema Membaca, menulis dan berhitung atau biasa disingkat dengan CALISTUNG, tampaknya sudah harus menempel dan tidak bisa lagi dipisahkan dari Pendidikan untuk Anak Usia Dini. Dari tahun ke tahun, masalah yang sama selalu muncul. Juga pertanyaan yang sama selalu ditujukan pada guru, penyelenggara sekolah atau praktisi Pendidikan Anak Usia Dini. Mengapa di sekolah ini anak saya spesialuntuk bermain? Kapan belajarnya? Kapan anak saya bisa membaca? Apakah sekolah ini akan menjamin anak saya bisa membaca? Begitulah kira-kira pertanyaan yang selalu muncul hampir di setiap saat. Membaca, menulis dan berhitung, seperti menjadi satu-satunya hal terpenting dalam pendidikan bagi anak usia dini. Menjadi tolok ukur apakah satu forum pendidikan anak usia dini diminati orang bau tanah atau tidak. Laris cantik atau belum sempurnanya anakdidik.

Orang bau tanah sering tidak memahami dan kurang menyadari bahwa ada banyak kemampuan dalam aspek perkembangan anak yang harus dicapai. Sedangkan membaca, menulis dan berhitung spesialuntuklah salah satu pencapaian dari sebuah pembelajaran yang eksklusif bisa terlihat. Hal ini seringkali menyulitkan posisi sekolah-sekolah untuk anak usia dini, mengingat adanya perbedaan persepsi antara forum pendidikan prasekolah (PAUD atau TK) dengan orang bau tanah dan SD (SD).

Antara Fakta, Harapan dan Tuntutan

Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity) atau Masa Kritis (critical period)" alasannya yaitu periode ini ialah masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi otak anak dalam mendapatkan aneka macam masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat masa 5 tahun pertama ialah masa yang  'relatif pendek'  dan tidak akan terulang kembali dalam kehidupan seorang anak. Karenanya, masa ini harus dimanfaatkan untuk membentuk anak menjadi anak yang berkarakter tinggi melalui aneka macam acara dan stimulasi. Pada masa-masa ini seyogyanya anak menerima stimulus yang sanggup mempersembahkan anak kemampuan berkembang seluruh aspek potensinya.

Mengacu pada Tahap-tahap Perkembangan Balita, anak usia di bawah 5 (lima) tahun belum siap untuk berguru secara formal. Mereka masih butuh bermain sebagai masukana mereka untuk berguru ihwal kehidupannya. Melalui permainan ini, seluruh kemampuan dasar mereka, menyerupai pembentukan karakter/akhlakul karimah, fisik, motorik, kognitif, sosial, emosional, bahasa, akan berkembang bila mendapatkan stimulasi yang benar. Mereka belum siap untuk duduk membisu mendengarkan guru berbicara di depan kelas alasannya yaitu masa serius mereka masih sangat terbatas. Jika diperhatikan  (Rumus serius = usia anak X 1 menit). Sesudah mengetahui rumus tersebut, kita sanggup mengerti jikalau mereka belum bisa untuk berdiam diri dalam jangka waktu lama. Sehingga akan sangat memberatkan jikalau mereka dituntut harus berguru sebagaimana bawah umur dengan usia yang lebih matang. Bergerak, menyentuh, melihat, mendengar eksklusif yaitu proses yang penting bagi balita untuk mempelajari sesuatu.

Bertolak belakang dengan tuntutan guru-guru serta penyelenggara SD yang sangat menginginkan bawah umur Taman Kanak-kanak yang mendaftar di SD mereka sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Alasannya, alasannya yaitu akan sangat merepotkan guru apabila anak didik mereka belum menguasai calistung. Mengingat kurikulum SD sudah sedemikian kompleks dan menuntut ritme yang cepat semoga tiruana indikator pembelajaran bisa terealisasi seluruhnya. Tidak jarang pihak penyelenggara SD mengadakan tes saenteng untuk menjaring anakdidik-anakdidik yang sudah menguasai calistung. Akibatnya, orang bau tanah anakdidik menjadi sangat sibuk mempersiapkan anaknya menguasai calistung semoga bisa diterima di SD kesukaan. Mereka tak segan-segan mengikutsertakan anak-anaknya dalam sebuah forum bimbel (bimbingan berguru calistung) untuk menuntaskan masalah tersebut. Atau menentukan sekolah Taman Kanak-kanak yang mengajarkan calistung sampai putera-puterinya siap masuk SD. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, tidak sedikit forum pendidikan yang mengajarkan calistung dengan cara yang kurang tepat dan terkesan dipaksakan. Namun bagi orang tua, bagaimana prosesnya bagi anak tidaklah penting. Apakah proses itu akan membuat anak terampas masa bermainnya atau tidak, bukan menjadi satu hal yang diperhitungkan. Yang terpenting, “Anakku bisa membaca dan diterima di SD Favorit”. Titik. Mereka tidak menyadari bahwa masa bermain yang terampas, kejenuhan alasannya yaitu terpaksa berguru yang belum saatnya, akan berdampak menurunnya semangat dan prestasi berguru di kemudian hari.

Sumber: http://paud-sentra.blogspot.com/ dengan sedikit perubahan dan penambahan