-->
Peningkatan Kemampuan Menulis Kisah Fiksi
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA FIKSI 
DALAM BAHASA INGGRIS PADA GURU BAHASA INGGRIS 
ABSTRAK
Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keterampilan guru menulis dongeng fiksi dalam Bahasa Inggris, (2) meningkatkan kemampuan mengapresiasi dongeng dalam Bahasa Inggris sebagai materi pengajaran di sekolah bagi guru-guru SMU se-Kota Yogyakarta.

Peserta kegiatan ini ialah guru-guru SMU se-Kota Yogyakarta. Jumlah penerima yag ditargetkan ialah 25 guru, namun ketika registrasi banyak guru yang belum pernah mengikuti kegiatan sejenis, sehingga penerima menjadi 28 guru. Kegiatan ini terselenggara atas kejasama SMU Negeri 9 Yogyakarta dan MGMP mata pelajaran Bahasa Inggris se-Kota Yogyakarta. Metode yang dipakai dalam dedikasi ini ialah lokakarya pembinaan, dan petes menulis karya fiksi dan metode mengapresiasi dongeng sebagai materi pembelajaran di sekolah. 

Hasil yang diperoleh dalam dedikasi ini adalah: (1) menulis dongeng fiksi sangat efektif untuk melatih meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang sekaligus sebagai media pembelajaran di sekolah (2) apresiasi terhadap karya sastra ialah masukana efektif untuk penanamam kebijaksanaan pekerti, moral, budaya, dan pendidikan bagi seseorang (3) penulisan karya fiksi ialah proses yang perlu dilatih dan ditekuni, lantaran inspirasi dan gagasan yang disampaikan supaya sempurna pada samasukan/peserta didik (4) guru-guru bahasa Inggris di wilayah kota Yogyakarta masih perlu diadakan petes penulisan karya fiksi dan aplikasinya dalam pembelajaran di sekolah.
Kata kunci: menulis fiksi, keterampilan, apresiasi, proses pembelajaran

ABSTRACT
The objective of this social dedication are to (1) improve the teachers writing fiction skill in English, (2) to improve story apretiation ability in English as a material of teaching for SMU teachers in Yogyakarta.

The participant of this kegiatan are the teachers of SMU in Yogyakarta. This kegiatan is administered for twenty five teachers, but it is participated by twenty eigh teachers this kegiatan is conducted by SMU in Yogyakarta and MGMP of English teachers in Yogyakarta, this social dedication was in the front of workshop and pelatihan social of writing fiction and metode appreciating the story as the material for teaching and learning process at school. 

The product of this social dedication are (1) writing fiction is afective train for improving ones language skill as a media of teaching learning process at school, (2) appreciation at literature as an affective media to educated moral, culture, to some one, (3) writing fiction is important to be trained and to get more intentions for student, (4) English teachers in Yogyakarta still need a pelatihan of writing fiction and its application in the teaching and learning prosess at school.
Key word: writing fiction, skill, appreciation, learning process

A. Penlampauan
Pelajaran Bahasa Inggris ialah pelajaran yang wajib di Sekolah Menengah Atas. Materi yang diajarkan sebagian besar mencakup beberapa aspek tata bahasa dan menulis dalam bahasa Inggris. Bahkan ada beberapa sekolah yang memakai bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari di kalangan siswa dan gurunya. Salah satunya ialah pada guru bahasa Inggris di lingkungan Sekolah Menengan Atas Kota Yogyakarta. Kemampuan berbahasa Inggris ini hendaknya didukung oleh suatu keterampilan yang mendukung guru dan siswa untuk hidup berdikari sesuai dengan tujuan pendidikan menengah (Puskur Balitbang Depdiknas, 2006).

Tujuan dari pendidikan menengah ialah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, adat mulia serta keterampilan untuk hidup berdikari dan megikuti pendidikan lebih lanjut. Bahasa Inggris menjadi salah satu materi penting dan kuat terhadap kemampuan guru dalam berkomuikasi. Melalui pengajaran bahasa Inggris, guru harus menguasai pengetahuan formal bahasa, baik yang terkait dengan pengetahuan kaidah bahasa, proses berbahasa, maupun keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat macam yaitu listening, speaking, reading dan writing. Akan tetapi, yang menjadi kajian di sini ialah pada keterampilan writing. 

Writing ialah keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara tertulis. melaluiataubersamaini menulis guru akan mengalami proses berpikir untuk mengungkapkan inspirasi dan gagasannya secara luas atau divergen thingking. Proses writing sangat terkait hubungannya dengan faktor pengembangan berpikir bebas, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Dimana pengalaman tersebut sanggup diperoleh melalui reading, listening dan diskusi.

Tujuan dan manfaat pembelajaran tersebut di atas tidak secara bersamaan sanggup dicapai, tetapi satu per satu mana yang menjadi prioritas dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh lantaran itu, pada peluang ini, penulis ingin memberikan wawasan yang serius pada fungsi mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai masukana pengembangan writing story. Dimana untuk menyebarkan penalaran, guru dituntut untuk bisa menulis dalam bahasa Inggris sebagai masukana mengungkapkan gagasan secara tertulis dalam wujut cerita. Nantinya dibutuhkan guru setelah membaca ini sanggup mengajarkan pada siswanya. 

Dalam menulis cerita, pertama dipertamai dengan mempelajari teori dan teladan dongeng fiksi yang ada di Indonesia. Sesudah itu, para guru didiberikan petes dan pembinaan menulis dongeng fiksi dalam Bahasa Inggris. Tahapan-tahapan dalam penulisan dongeng Bahasa Inggris akan dijelaskan dalam pembahasan diberikutnya.

Salah satu bentuk keterampilan yang sanggup dikembangkan oleh para guru Bahasa Inggris Sekolah Menengan Atas ialah menulis dongeng dalam bahasa Inggris. Keterampilan penulisan dongeng sudah dilakukan oleh sebagian guru, tetapi goresan pena tersebut spesialuntuk sebatas teladan ketika pembelajaran di sekolah. Oleh lantaran itu, kegiatan ini bertujuan untuk membekali guru menulis dongeng fiksi dalam Bahasa Inggris sebagai materi pembelajaran di sekolah masing-masing.

Program ini bermaksud untuk meningkatkan keterampilan kemampuan menulis dongeng fiksi dalam Bahasa Inggris pada guru bahasa Inggris di Sekolah Menengan Atas se-Kota Yogyakarta. Harapan dari kegiatan ini supaya guru sanggup menulis dongeng fiksi dan menerapkannya sebagai sumber pembelajaran di sekolah, sehingga para siswa akan mendapat pembelajaran menulis dongeng dalam Bahasa Inggris. Hal itu untuk mengarahkan guru pada suatu keterampilan untuk hidup berdikari yaitu memakai bahasa Inggris untuk menulis dongeng fiksi. Selain kemampuan guru menulis dongeng dalam bahasa Inggris, nantinya siswa secara tidak pribadi akan bisa menulis dongeng fiksi dalam bahasa Inggris ketika pembelajaran di sekolah. 

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa duduk kasus yang dihadapi di lapangan maka rumusan duduk kasus dalam kegiatan kegiatan ini ialah (1) bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan menulis dongeng fiksi berbahasa Inggris guru-guru Sekolah Menengan Atas se-Kota Yogyakarta? (2) bagaimana meningkatkan apresiasi dongeng fiksi pada guru untuk pembelajaran di sekolah?

melaluiataubersamaini kemampuan keterampilan menulis dongeng dan mengapresiasinya, maka guru akan sanggup berdikari untuk menulis dongeng dalam bahasa Inggris. Guru dibutuhkan bisa menulis dan memahami/mengapresiasi dongeng fiksi. Keberhasilan guru nantinya akan kuat terhadap perkembangan yang sangat berharga bagi dirinya dan menunjang proses pengajaran di sekolah masing-masing. melaluiataubersamaini demikian guru akan terbiasa melatih diri untuk menulis sehingga akan berkembang dengan sendirinya kemampuan berbahasanya.

B. Tinjauan Pustaka
1. Deskripsi Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis ialah potongan bahasa yang berupa tulis menulis dalam rangka menyampaikan/mengungkapkan gagasan terhadap pembaca (Fajri, 2005). Tujuan menulis (writing) yaitu:
  1. menyampaikan pokok pikiran atau gagasan pada pembaca;
  2. menyampaikan informasi tentang suatu dongeng kepada pembaca;
  3. mempersembahkan hiburan kepada pembaca; dan
  4. mempengaruhi atau mengajak pembaca melalui tulisannya.
Berdasarkan tujuannya, menulis sanggup dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu goresan pena ilmiah dan nonilmiah (fiksi). Sedangkan, dalam anjuran ini akan diseriuskan pada upaya untuk meningkakan kemampuan menulis dongeng fiksi (nonilmiah). Bentuk goresan pena nonilmiah bahasanya tidak baku dan mungkin berupa adonan antara fiksi (khayalan) dan dongeng biasa. Sifatnya kadang kala logis dan terkadang tidak logis.

Tulisan dongeng narasi ialah paparan dongeng yang bersifat fiktif (khayalan) atau berupa pengalaman sendiri yang pernah dialami. Di dalam dongeng narasi biasanya terdapat dongeng yang berkesinambungan. Disajikan dalam citra yang terperinci antar tokoh-tokoh (lakon), jalan dongeng dan kawasan kejadian secara utuh. melaluiataubersamaini demikian, seperti pembaca mengalami secara pribadi kejadian yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan (Fajri, 2005: 952)

FENOMENA SASTRA INDONESIA MUTHAKHIR
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target=post;postID=3647052719405741820;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=93;src=link

Menurut Hernowo (2003: 38), menyatakan bahwa menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam tentang suatu kejadian atau pengalaman akan menghasilkan suasana hati yang lebih baik padangan yang positif, dan kesehatan yang lebih baik. Oleh lantaran itu, kegiatan ini nantinya akan mempersembahkan tes kepada guru bahasa Inggris di SMU se-kota Yogyakarta untuk menulis dongeng fiksi (narasi) dengan memakai bahasa Inggris. Dalam proses menulis dongeng fiksi dalam bahasa inggris tentunya tidak secara langsung, tetapi di pertama akan dijelaskan secara teoritik terkena struktur bahasa, isi, dan bentuk dalam buku English Skills (Langan, 1994). 

2. Menulis Cerita Fiksi
Untuk memulai menulis sebuah cerita, antara penulis yang satu dengan penulis yang lain dengan metode yang tidak sama. Saat memulai menulis dongeng fiksi biarlah hal ini menjadi kiprah yang terus berlaku, cari tahu berapa banyak yang perlu anda ketahui tentang materi buku untuk cerita. Jika ternyata sunguh-sungguh dalam menceritakan banyak sekali kejadian dengan benar-benar berdasarkan ingatan, tanpa berkeinginan mereka-reka sesuatu, bahkan tidak ingin melebih-lebihkan dan memperindah atau merinci, maka goresan pena tersebut ialah dongeng nonfiksi. Akan tetapi, kalau tulisannya berlawanan dengan hal di atas, maka goresan pena tersebut ialah dongeng fiksi (Hernowo, 2003).

Cerita fiksi seperti dengan dusta atau rekaan. Kita memulainya dengan sesuatu yang nyata, tetapi untuk tujuan tertentu (agar tidak ditangkap, menipu, mendapat uang) kita mengubah paling sedikit satu unsur penting dalam dongeng itu. melaluiataubersamaini kemampuan kita menulis dongeng fiksi secara bebas akan menyebabkan kita berpikir tanpa batas. Hal ini sangat baik sebagai masukana mengungkapakan ide-ide yang ada pada penulis seingga terangkai menjadi dongeng yang utuh. 

3. Manfaat Menulis Cerita bagi Guru
Definisi metode menulis dongeng fiksi di atas, sungguh sangat penting bagi kita untuk bisa menulis dongeng sebagai media mengungkapkan ide-ide, Koreksian, permintaan, pesan moral dan nilai-nilai pendidikan. Terlebih kita berkecimpung di dalam dunia pendidikan, untuk memberikan pesan-pesan di atas kita bisa melaksanakan melalui dongeng yang kita tulis. 

Berdasarkan fenomena tersebut, maka sangat penting untuk mengadakan petes menulis dongeng fiksi pada guru-guru SMA, sehingga sanggup diterapkan di sekolah masing-masing. Untuk lebih bisa bersaing di dunia global, kita akan memakai Bahasa Inggris sebagai masukana untuk menulis dongeng fiksi tersebut. Kemampuan guru menulis dongeng yang baik dalam Bahasa Inggris, akan menyebabkan teladan bagi siswa untuk menyebarkan bakatnya dalam menulis certa fiksi dengan memakai Bahasa Inggris, sehingga bisa bersaing dalam dunia global ketika ini.

C. Pembahasan
1. The teaching and learning or teenager literature in high school
Sistem pendidikan formal di Indonesia menempatkan guru pada posisi yang penting, guru ialah ujung tombak di kelas. Agar kekerabatan pribadi antara pembaca/siswa dan karya fiksi tidak terganggu, guru harus bertindak searif-arifnya. Menurut Damono, (2002: 1) guru harus menanamkan sikap bahagia pada karya fiksi lantaran selama ini siswa selalu merasa digurui atau bahkan dibebani membaca karya fiksi. Guru pun tidak diperkenankan memaksa anak didiknya menuruti tafsiran yang tunggal, yang diyakini oleh guru. Dalam meningkatkan apresiasi terhadap sastra guru tidakboleh selalu mendekte siswa. Guru harus selau terbuka sehingga akan meningkatkan dan menyebarkan pemikiran siswa lebih luas. 

Guru sebaiknya bersikap sebagai seorang yang menawarkan banyak sekali cara menulis karya sastra, membaca karya sastra, dan mengajak membaca karya sastra sebanyak-banyaknya. melaluiataubersamaini pengalaman yang lebih, guru sanggup memahami dan menghayati karya sastra itu tanpa maksud untuk memaksakan kepada siswa. Guru sastra harus selalu ingat bahwa ia bukan guru kebijaksanaan pekerti atau guru agama; guru sastra spesialuntuk bertugas memotivasi menulis dan mengapresiasi karya sastra. 

Proses penulisan dongeng fiksi sebagai media pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai diberikut. Kegiatan guru sebelum proses menulis yaitu melihat isi dan inspirasi goresan pena melalui observasi, brainstorming dan mendramatisasikan. Kedua ialah proses pengembangan dengan alur atau stuktur yang runtut. Komponen yang diungkap mencakup alasan, contoh, kronologi, kejadian, tokoh, dan kejadian perlu disugguhkan dalam tahap ini. Guru benar-benar diuji pengetahuan, pengalaman, dan kearifannya. Ia membicarakan karya fiksi satu demi satu, tidak secara umum, tetapi dituntut untuk menguasai teks-teks karya fiksi secara umum, mengetahui khasanah sastra secara luas. Kemudian ketika kegiatan menulis karya fiksi sebagai media pembelajaran sanggup dicermati dari retorika, bahasa, dan estetika. Untuk kegiatan setelah menulis ialah revisi, editing dan publishing

2. Motivasi metode menulis dongeng fiksi
Upaya untuk menumbuhkan kecerdasan, sosial dan moral/perilaku dalam pembelajaran sanggup ditempuh dalam banyak sekali cara, salah satunya yaitu melalui karya fiksi (cerpen). Cerita fiksi ialah salah satu media yang efektif untuk mendidik, menyalurkan talenta dan menghibur. Cerita fiksi sanggup dipakai Guru sebagai materi pembelajaran untuk memberikan pesan yang sifatnya unik dan menghibur. Ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk memulai menulis dongeng fiksi, sebagai diberikut.

Pertama, mengenali karakteristik pembaca. Artinya, pengarang dalam menuangkan inspirasi kreativitasnya didorong untuk membuat sesuatu yang baru, tujuannya supaya karya tersebut sanggup diterima oleh masyarakat pembaca. melaluiataubersamaini demikian, masyarakat pembaca ialah unsur yang tidak secara pribadi juga ikut menentukan perubahan unsur pembangun cerpen. Kaitan antara perubahan tersebut dengan kreativitas pengarang dan pembaca terkait pada perkembangan cerpen. Kecenderungan tersebut pada modus penulisan cerpen diubahsuaikan dengan penulisan media massa. Akhirnya, modus penulisan cerpen bergeser sebagai media hiburan, media informasi, dan masukana kontrol sosial.

Kedua, bahasanya simpel dimengerti oleh pembaca. Meskipun pilihan kata dan kalimatnya bermakna konotasi sebaiknya diubahsuaikan dengan masyarakat pembaca. Jika dongeng yang ditulis untuk materi pembelajaran, guru harus bisa menentukan kata yang dekat dipakai oleh siswa. Isu-isu di kalangan siswa sanggup kita jadikan materi untuk menyebarkan dongeng supaya lebih variatif dan menarikdanunik. Meskipun bahasa yang dipakai penulis menyesuaikan masyarakat pembaca, tetapi pesan dan nilai-nilai di dalam dongeng harus tetap dijaga keutuhannya. 

Ketiga, ada pesan yang disampaikan, yaitu unsur-unsur pembangun cerpen tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat relatif. Unsur-unsur tersebut berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan lantaran konsekuensi cerpen sebagai potongan dari dunia sastra bahwa dalam dunia sastra selalu saja ada yang melenceng dari kriteria yang definitif, selalu terbuka kemungkinan untuk menjadi sesuatu yang gres (Atmowiloto, 1981: 23). 

Keempat, ceritanya menarikdanunik dan menghibur, artinya cerpen menjadi semacam kebutuhan, di samping sebagai hiburan, cerpen juga mengemban misi Koreksi sosial. Sejalan dengan fungsi media alat kontrol sosial dalam masyarakat/pembacanya. Keterkaitan cerpen dengan masyarakat bekerjasama dengan kenyataan bahwa sumber materi cerpen ialah realita yang hidup dalam masyarakat. Tidak sanggup disangkal bahwa tema, tokoh, penokohan, dan jalan dongeng dalam cerpen merefleksikan keadaan masyarakat. Perbedaan cara merefleksikan keadaan masyarakat mungkin saja terjadi lantaran kenyataan dalam karya sastra ialah hasil refleksi imajinatif pengarang, walaupun tidak bisa juga ditolak bahwa realitas ada di dalamnya. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa ungkapan perasaan yang diangkat dalam cerpen terkait dengan kondisi emosional dan rasional masyarakat. 

3. The values, strategies and steps of writing
Sesudah mempelajari taktik menulis ada tiga tahap penting untuk menghasilkan goresan pena yang baik. Tiga tahap tersebut yakni preparation (penlampauan), prewriting (pramenulis)/menulis, dan editing. Dalam subbab ini diseriuskan pada proses editing sebagai langkah final menulis. Terdapat empat elemen penting dalam proses editing tulisan, yakni namely, unity, coherence, support and sentence skill. 

The component of sentence skill that must be observed during the editing proses are grmmar, mechanics, punctuation, and word use. Grmmar consists of structural construction such as subject and verbs, fragment, run ons, regular and regular verbs, subject verbsagreement and the like. Mechanics include the manuscript form, capitall leters and numbers and abbreviation. Apostrophe, quotation marks, comma, and other punctuation mark are thinks to lookinto in the punctuation component. Last but not least, word use comprise spelling improvement, commonly convused words, effectif word choice, editing test and ESL pointers. This papper will focus on the grammar section.(1) Subject and Ver, (2) Run-Ons, (3)Regular and irregular Verbs, (4) Subjek-verb Agrement.

4. Latihan Menulis dongeng fiksi untuk pembelajaran 
a. Menemukan Ide cerita
Beberapa pengarang pemula terkadang terhambat dalam menemukan inspirasi cerita. Untuk memperkaya inspirasi yang akan ditulis kita sanggup melakukannya dengan banyak sekali cara. Pertama, mencermati fakta atau relita yang terjadi di sekitar kita dengan melaksanakan pengamatan dan observasi terhadap duduk kasus yang ada. Teknik tersebut di atas sanggup dilakukan dengan banyak membaca buku-buku atau download materi dari internet untuk memperkaya pengetahuan kita. Kedua, melaksanakan kreasi dan imajinasi dengan mengolah dan mengkritisi fakta atau relita yang ada. Oleh lantaran itu, penting sekali menentukan inspirasi dongeng yang kita ketahui dan sering kita temui di sekitar kita.

Menurut Steven James (dalam Liliani: 2007) mempersembahkan resep LIFE untuk mengeksplorasi ide. L- untuk Literatur (memperkaya bacaan), I- Imagination (memperkaya imajinasi), F- Folklore (mengolah kembali dongeng rakyat), dan E- Experience (memanfaatkan pengalaman). Penulis dongeng sanggup menemukan inspirasi dari banyak sekali hal sudut pandang. Dapat juga sanggup dimulai dengan memanfaatkan dongeng rakyat, wayang, kethoprak untuk diolah atau dikemas kembali menjadi lebih menarikdanunik.

b. Mengembangkan inspirasi cerita
Dalam keterampilan menulis atau membaca ketika akan memulai menyebarkan inspirasi sanggup kita gagas dalam beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama sanggup dimulai dari kata what (apa latar belakangnya, konfliknya, apa yang ingin disampaikan dll). Pertanyaan kedua dengan kata who (siapa tokohnya, pemain dalam cerita, pembacanya). Ketiga when (kapan kejadiannya, dibaca). Keempat Where (dimana settingnya). Kelima why (mengapa terjadi masalah/penyebab masalah). Keenam, how (bagaimana tindaklanjutnya, pengaruhnya, kesesuaiannya dan kemenarikdanunikannya).

c. Membuat dongeng menarikdanunik
Cerita dikatakan menarikdanunik kalau sanggup meninggalkan kesan pada pembacanya. Ada beberapa unsur utuk menyebarkan dongeng menjadi menarikdanunik. Pertama, pilihlah tema yang sesuai dengan samasukan pembaca. Jika pembaca itu remaja, maka pilihlah tema yang sesuai dengan usia, pola hidup atau gaya mereka. Kedua, pembentukan huruf lingkaran pada tokoh cerita. Artinya tokoh sanggup memberikan huruf khusus yang sanggup berdampak pada pembaca. Ketiga, konflik sebaiknya di kemas secara menarikdanunik dan tidak berlebihan. Setiap konflik yang disajikan dalam cerita, sebaiknya diikuti dengan pesan/informasi untuk pembaca. Diharapkan pembaca setelah membaca sanggup mengambil pesan tersirat positif dari konflik di dalam dongeng tersebut. Keempat, ending atau titikpuncak dongeng disajikan tanpa disadari oleh pembaca. Seorang pembaca yang kritis biasanya akan meramalkan sendiri ending dari dongeng yang dibaca, untuk itu pengarang harus bisa menghadirkan sesuatu yang tidak sama di luar asumsi pembaca. 

5. Latihan dan diskusi metode mengapresiasi dongeng fiksi 
Latihan menulis dongeng fiksi dilakukan sesuai dengan langkah-langkah menulis yang sudah disamapaikan. Pada tahap preparation guru latihan menggali inspirasi untuk menentukan tema dongeng yang akan ditulis. Ada beberapa metode yang dilakukan, antara lain ada yang membaca buku cerita, diberimajinasi, kartu mimpi, interpretasi alam dan gambar. Masing-masing penerima menuliskan beberapa ide, kemudian dipilih inspirasi yang paling manarik dan baik untuk dikembangkan. 

Tahap diberikutnya ialah pramenulis. Pada tahap ini, penerima melaksanakan penulisan terhadap inspirasi yang diperoleh seluas-luasnya. Ide-ide tersebut dikembangkan dalam bentuk mind mapping atau draf untuk megampangkan proses menulis. Sesudah itu proses penulisan dilakukan. Peserta menuangkan inspirasi dan mengembangkannya berdasarkan pemetaan pikiran yang sudah dilakukan pada tahap pramenulis. Pada tahap ini biasanya penerima mengalami kesusahan dalam menyebarkan cerita. Oleh lantaran itu, penerima sanggup menerapkan teori 5W dan 1H untuk menyebarkan cerita. 

Proses terakhir ialah editing. Editing dilakukan pada kemampuan goresan pena bahasa Inggrisnya. Tahapan sanggup diamati dari namely, unity, coherence, support and sentence skill. This papper will focus on the grammar section to Subject and Verb, Run-Ons, Regular and irregular Verbs, Subjek-verb Agrement.

D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan kegiatan dedikasi yang sudah dilakukan, sanggup ditarik beberapa simpulan, antara lain:
  1. Menulis dongeng fiksi sangat efektif untuk melatih meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang sekaligus sebagai media pembelajaran di sekolah
  2. Apresiasi terhadap karya sastra ialah masukana efektif untuk penanamam kebijaksanaan pekerti, moral, budaya, dan pendidikan bagi seseorang
  3. Penulisan karya fiksi ialah proses yang perlu dilatih dan ditekuni, lantaran inspirasi dan gagasan yang disampaikan supaya sempurna pada samasukan/peserta didik
  4. Guru-guru bahasa Inggris di wilayah kota Yogyakarta masih perlu diadakan petes penulisan karya fiksi dan aplikasinya dalam pembelajaran di sekolah. Workshop yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan masih kurang terbaik.
Saran dari kegiatan dedikasi ini ialah sebagai diberikut.
  1. Petes penulisan karya fiksi (cerpen) berbahasa Inggris sangat bermanfaa sebagai media meningkatkan kemampuan menulis dan berbahasa bagi guru. Oleh lantaran itu, sebaiknya petes ini tidak spesialuntuk untuk guru, siswa pun perlu dilatih untuk menulis dan mengapresiasi dongeng fiksi.
  2. Kegiatan ini sangat baik kalau dilakukan dengan kerjasama antarintasi sebagai potongan pengembangan akativitas menulis dongeng fiksi dan apresiasi di forum pendidikan.
E. Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra Sebuah pengantar. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
_______.2002. Beberapa Catatan Tentang New Criticism. Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 
Hernowo. 2003. Quantum Writing. Yogyakarta: MLC
_______. 2003. Quantum Reading. Yogyakarta: MLC
Hariwijaya. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Langan, J. 1994. English Skills. London: Mc. Graw Hill.
Liliani, Else.2007. Penulisan Cerita Anak dan Dongeng. Laporan PPM. Universitas Negeri Yogakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Zul, Fajri E. 2006. Kamus Lengkap Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Difa Publisher.

LihatTutupKomentar